Nama : Nurhayati Daulay
Tugas 5 : di-ke, dan Ku-mu-nya****
Zahra Humaira Arshad, sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat bulan bersinar terang dan bintang yang gemerlapan.
"Subhanallah, indahnya langit malam ini," ujar Zahra yang larut akan keindahan langit malam.
Tidak berapa lama terdengar suara pintu kamar terbuka, "Assalamualaikum Adek, boleh Bang Zaidan masuk?" tanya Zaidan dengan melihat ke dalam kamar Zahra.
Mendengar suara abangnya, Zahra langsung membalikkan badan melihat ke dalam kamar, "Waalaikumsalam, masuk aja Bang, adek ada di balkon."
Mendengar jawaban Zahra, Zaidan langsung masuk ke dalam kamar dengan nampan di tangan, dan berjalan ke balkon tempat di mana Zahra berdiri.
Tiba di balkon, terlebih dahulu Zaidan menaruh nampan yang dia bawa di meja, dan langsung berjalan ke arah Zahra.
"Lagi apa hmm?" tanya Zaidan sambil mengelus rambut Zahra.
"Lagi lihat bulan sama bintang," jawab Zahra sambil tersenyum, melihat wajah abangnya.
"Adek udah makan?" tanya Zaidan tetap mengelus rambut Zahra.
"Udah tadi."
"Bagus deh," setelah mengatakan itu Zaidan melihat ke arah langit, masih dengan mengelus rambut Zahra.
"Oh iya, Abang ngapain ke kamar adek?" tanya Zahra bingung.
"Gak ada, abang cuman mau ngobrol sama Adek."
"Ohhhh, terus itu Abang bawak apa?" tanya Zahra sambil berjalan ke arah meja, tempat Zaidan menaruh nampan tadi.
"Itu, abang bawa cokelat panas, sama keripik ubi," ujar Zaidan, ikut berjalan ke arah meja.
"Wih, enak nih" Zahra langsung duduk di kursi sebelah kiri meja, dan langsung meminum cokelat panasnya.
Zaidan tersenyum kecil melihat Zahra menikmati cokelat panas yang dia bawa, setelahnya Zaidan duduk di bangku sebelah kanan meja, dan ikut meminum cokelat panas.
"Abang, Zahra makan keripik singkongnya pake saus ya?" tanya Zahra dengan memiringkan kepalanya melihat Zaidan.
"Dikit aja."
Mendengar persetujuan Zaidan, Zahra langsung mengambil keripik singkong, lalu mencoleknya ke saus, dan langsung memakannya.
"Keripik singkong dan saus adalah perpaduan yang paling sadap," ujar Zahra setelah memakan keripik singkong.
"Kamu ini Dek, sadap sadap. Kamu kira sadap WhatsApp." ujar Zaidan kesal.
"Ya suka-suka hati Zahra, mau bilang apa," sewot Zahra dengan wajah cemberut.
"Iya emang suka hati adek, tapi tolong gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar."
"Kan bener sih Bang, salah aja Zahra di mata Abang," kesal Zahra
"Gini nih kalau nilai bahasa Indonesia merah, jadi gak tahu mana kata yang benar, tahunya cuman bahasa alay aja."
"Biar aja nilai Bahasa Indonesia merah, yang penting matematika sama Bahasa Inggris seratus." ujar Zahra dengan sombong.
"Iya lah tuh. Oh iya Zahra, ada yang mau abang tanya sama kamu,"
Mendengar suara abangnya, Zahra langsung berhenti makan dan menghadap kearah Zaidan, "tanya apa Bang?"
"Gimana hubungan kamu sama Azkal, pacar kamu itu?" tanya Zaidan serius
Sebelum menjawab pertanyaan Zaidan, terlebih dahulu Zahra masuk ke dalam kamar mengambil sesuatu. Setelah mendapatkan yang dicari, Zahra balik lagi ke kursi tempat mereka duduk.
"Nah Bang," ujar Zahra memberikan benda yang dia ambil tadi.
"Undangan pernikahan? Undangan siapa Dek?" tanya Zaidan heran, melihat apa yang dikasih Zahra.
"Undangan pernikahan Azkal sama cewek lain." jawab Zahra melihat langit dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa? Kenapa bisa?" Zaidan kaget mendengar perkataan Zahra.
"Semalam Azkal ngajak Zahra ketemuan, terus dia ngasih undangan itu, dia bilang kalau selama ini dia gak pernah serius sama Zahra, dia cuma jadikan Zahra pelampiasan aja, hikss" ujar Zahra terisak.
"Kurang ajar! Berani banget dia nyakitin kamu!" marah Zaidan dengan tangan terkepal.
"Dahlah Bang, ini emang udah takdir Zahra," ujar Zahra, dengan mengelus tangan Zaidan yang terkepal.
"Ya, Abang yakin kau pasti akan mendapatkan lelaki yang lebih baik. Sekarang kau jangan nangis lagi ya, Abang gak suka melihat adek cantik Abang nangis." Zaidan menghapus air mata yang membasahi pipi chubby Zahra, dan langsung membawa Zahra ke pelukannya.
"Terima kasih ya Bang, selalu ada buat Zahra."
"Sudah tugas abang, Dek." Setelahnya hanya ada keheningan. Mereka melihat langit malam yang indah, sambil berpelukan.
Padahal aku tulus mencintaimu, tapi ini yang aku dapatkan. Semoga kau bahagia bersama dia, perempuan yang kau cintai. Doa Zahra.
.
.
.
End