Ketulusan {Revisi}

0 0 0
                                    

Nama : Nurhayati Daulay
Tugas 7 : Elipsis, Dash, endash, dan emdash

****

Apartemen

"Lo gila, hah?" teriak Winwin sambil memukul dinding apartemen, "kenapa lo harus mencintai ...?"

Arsyila, yang melihat Winwin sangat marah hanya bisa menangis memeluk kedua lututnya. Sungguh dia sangat takut karena sebelumnya Winwin tidak pernah marah dengannya.

Winwin yang mendengar suara tangis Arsyila, langsung berjalan mendekatinya dan membawa Arsyila ke pelukannya. Winwin mencoba menenangkan Arsyila dengan mengelus lembut punggungnya.

"Maaf-maaf, gue gak bermaksud bentak lo," sesal Winwin sambil mencium puncak kepala Arsyila.

"Jangan marah-marah please, gue takut," lirih Arsyila sesenggukan.

Winwin merasa bersalah sudah membentak Arsyila. Sungguh Winwin tidak bermaksud, dia terlalu emosi melihat tingkah Arsyila dikampus tadi, yang menurutnya sangat menjijikkan.

"Sudah jangan nangis lagi, nanti matanya bengkak," ujar Winwin sambil melepas pelukan mereka, lalu menghapus air mata Arsyila, dan mengecup kedua matanya.

Arsyila yang diberlakukan seperti itu hanya bisa diam sambil menatap wajah Winwin, sahabat yang selalu ada di sampingnya yang tidak pernah meninggalkannya dan selalu membelanya, padahal sikapnya selama ini sangat buruk, suka membully dan bersikap murahan dengan mengejar cinta laki-laki yang tidak pernah melihat kearahnya.

"Arsyila boleh gue minta sesuatu ke lo?" tanya Winwin serius dengan menatap wajah Arsyila.

Arsyila tidak menjawab, dia hanya mengerutkan keningnya dengan wajah yang bingung.

Winwin yang mengerti langsung berkata, "Permintaannya gak sulit. Gue hanya minta sama lo, tolong berhenti ngejar-ngejar dia."

Arsyila yang mendengar permintaan Winwin menghela napas sambil menolehkan wajahnya kearah lain. Lalu Arsyila melihat kembali kearah Winwin sambil berkata, "Gue akan berhenti ngejar dia, asalkan lo mau bantuin gue. Lo mau, kan?"

"Tentu aja gue mau bantuin lo. Gue akan selalu ada di samping lo," ujar Winwin seraya tersenyum manis sambil mengelus rambut Arsyila

"Terima kasih, lo selalu ada di sisi gue. Terima kasih sela---"

Belum selesai apa yang dikatakan Arsyila, Winwin langsung menghentikannya dengan menaruh jari telunjuknya di bibir Arsyila seraya berkata, "Sudah jangan dilanjutkan, lo gak perlu terima kasih ke gue."

Kenapa gue bodoh banget menyia-nyiakan cowok yang selama ini selalu ada di sisi gue, dan lebih memilih Lucas. Cowok yang tidak pernah melihat kearah gue, bahkan dia selalu menyakiti fisik dan batin gue. Batin Arsyila sambil melihat wajah Winwin.

Winwin yang melihat Arsyila melamun menjentikkan jarinya di depan wajah Arsyila seraya berkata, "Eh, kenapa lo melamun? Awas tar kesambet."

Arsyila yang tadinya sedang melamun langsung tersadar. "Gak papa, gue cuman berpikir perbuatan yang udah gue lakukan selama ini sungguh sangat menjijikkan dengan selalu ngejar-ngejar Lucas, bahkan gue selalu membully cewek-cewek yang mencoba mendekatinya," lirih Arsyila.

"Sudah jangan dipikirkan lagi," ujar Winwin dengan kembali membawa Arsyila ke pelukannya.

"Gue beruntung punya sahabat kayak lo," ujar Arsyila, mengangkat kepalanya melihat Winwin seraya tersenyum manis.

"Sebenarnya gue gak mau hanya lo anggap sebagai sahabat, karena gue ... sudahlah lupakan aja."

"Maksud lo apa Win?" tanya Arsyila bingung.

Winwin menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Sudah lupakan itu tidak penting. Lebih baik kita siap-siap untuk ke kampus. Jam 14.40--16.10 kita ada mata kuliah Fiqh Mawaris."

Arsyila melihat jam tangannya yang ternyata sudah jam setengah satu siang, langsung saja dia berdiri dan berjalan keluar apartemen Winwin dan kembali ke apartemennya yang bersebelahan dengan Winwin.

Gue mencintai Lo, Arsyila. Batin Winwin seraya melihat kepergian Arsyila.

.
.
.
End

My DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang