KEJADIAN YANG TAK TERDUGA

6 0 0
                                    

Langit senja pada sore hari, pepohonan rindang yang daunnya tertiup angin, suasana jalan yang dilewati dengan kendaraan-kendaraan umum dan pribadi. Sepulang dari Toko Buku, dan Tempat Makan, aku diantarkan pulang oleh Shila menggunakan sepeda motor menuju rumah umi.
Ketika sudah sampai di depan gerbang rumah umi, tiba-tiba Shila di telfon oleh ibunya supaya bisa pulang ke rumah, karena ayah dan ibunya menuju pulang ke rumah orang tua Shila yang berada disini. Shila pun menunjukkan suara yang sangat senang kepada ibunya, karena ia sangat rindu sekali dengan kedua orang tuanya, yang sudah hampir 3 bulan berada di rumah neneknya Shila. Shila pun meminta maaf kepadaku karena tidak bisa mampir terlebih dahulu ke rumah umi, dan menitipkan salam untuk umi, serta untuk keluarga.

Shila pun kembali mengendarai sepeda motornya, menuju ke rumah orang tua Shila. Ketika aku mulai memasuki gerbang rumah umi, ada satu buah mobil Rush berwarna hitam yang tepat berada di sebelah garasi rumah umi. Di dalam hati, aku mulai bertanya-tanya, siapakah tamu yang datang ke rumah umi dengan memakai mobil berwarna hitam itu. Sesampainya aku di depan pintu rumah, aku sedikit mendengar pembicaraan mereka,

Tamu perempuan seusia umi yang mengenakan hijab segi empat panjang berwarna biru, bertanya kepada umi

"Gini lho mi, aku mau nanya tentang Riri, Riri udah punya calon pasangan yang serius atau belum mi?". Tanya perempuan sebaya umi itu.

Tidak heran jika aku terkejut mendengar pertanyaan dari perempuan sebaya umi itu. Lalu umi pun menjawab

"Duh bun, kalo itu umi kurang tahu nih bun, soalnya umi belum pernah lihat Riri punya hubungan sama lelaki manapun, maaf bun sebelumnya, bunda kenapa nanyain tentang calon pasangan Riri yaa?". Tanya umi yang penasaran dengan pertanyaan dari perempuan sebaya umi tadi.

"Oh gituu mi, jadi gini saya pengeen bangett menjodohkan Riri dengan anak laki-laki kedua saya, namanya Faiz, dia bener-bener cuek banget sama yang namanya pernikahan mii, Tapi Alhamdulillah dia juga faham, bahwa pacaran sebelum menikah itu dilarang oleh Allah SWT"..

"Alhamdulillah kalo gitu bun, kalo soal ini, nanti akan umi sampaikan langsung ke Riri ya bun, apakah dia sudah siap ataukah belum jikalau ada laki-laki yang ingin menjalani hubungan yang serius dengan Riri..".

Sebelum obrolannya berlangsung lebih serius lagi akupun memberanikan diri untuk segera masuk ke rumah umi,

"Assalamu'alaikum umi..". Ucapku sambil tersenyum kepada umi, lalu berjalan ke arah umi untuk mencium tangan dan juga ke arah tamu perempuan sebaya umi tadi.

"Wa'alaikumussalam nak..". Jawab umi sembari dengan khas senyuman hangatnya. Lalu mengucapkan,

"Ini namanya ibu Ratih, kerabat dekat umi sejak umi sekolah".

Aku pun tersenyum ke arah perempuan sebaya umi tadi yang bernama ibu Ratih.

"Maasyaa Allah, cantik sekali kamu nak". Ucap ibu Ratih ketika melihat wajahku.

"Alhamdulillah, Terima Kasih ibu..". Jawabku sembari tersenyum.

"Umi, ibu, Riri izin mau ke kamar dulu ya".

Setelah mendapatkan anggukan dari umi dan ibu Ratih, akupun segera melangkah menuju kamarku. Setelah aku berada di dalam kamar, aku sama sekali tidak memikirkan tentang ucapan ibu Ratih tadi, justru yang ada di fikiranku yaitu keluarga dari ibu kandungku. Ada kejadian yang membuatku tidak berani untuk ke rumah keluarga dari ibuku, terutama kakek dan nenek.

Kakek dan nenek ku tidak pernah menganggap ku sebagai cucu nya, karena aku adalah anak hasil perzinahan ibuku. Pada saat Hari Raya Idul Fitri, aku mencoba untuk mengunjungi kakek dan nenek menaiki sebuah angkutan umum, tetapi ketika aku tiba di rumah kakek dan nenek, hanya tante Vina yang menanyakan kabarku. Kakek dan nenek tidak sudi menatapku sebagai cucu nya, padahal cucu-cucu yang berarti anak dari kakak kandung atau adik kandung ibuku selalu kakek dan nenek manjakan.

Akupun segera tersadar dari fikiranku, bahwa aku harus secepatnya untuk mandi, beres-beres, dan meminum obat.

Sekitar 15 menit, aku selesai dari kamar mandi. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar.

Tok..tok..tok..

"Ririi, ini umi nak, buka dulu nak, ada yang mau umi sampaikan".

"Sebentar umiii..". Akupun segera membukakan pintu kamar dan mempersilahkan umi masuk ke dalam kamarku, dan mempersilahkan umi untuk duduk di atas tempat tidurku.

"Umi yakin, pasti kamu tadi sedikit mendengar tentang pembicaraan umi, dan ibu Ratih ". Jelas umi lalu melanjutkan, "Jadi umi disini mau menyampaikan yang lebih jelas lagi, Riri..apakah kamu sudah mempunyai calon pasangan yang mengajakmu untuk menjalani hubungan yang serius?". Tanya umi kepadaku yang sontak membuatku terkejut.

Hening...

"Rii..". Ucap umi kembali sembari memegang tanganku.

"Eh emm..i..ii..iya umii". Jawabku yang gugup, lalu menghela nafas, dan melanjutkan,

"Kalo Riri, Alhamdulillah tidak pernah menjalin hubungan berpacaran, mi..".

"Alhamdulillah kalo gitu, Tapi jika kamu umi jodohkan dengan anak ibu Ratih, apakah kami bersedia?". Tanya umi kembali kepadaku.

"Emm..mohon maaf umi sebelumnya, Riri belum memikirkan untuk menjalani ikatan berumah tangga, Tapiii, Insyaa Allah..Riri akan fikirkan kembali tentang ini, ya mi". Jawabku supaya umi tidak terlalu heran dengan jawabanku.

"Ya sudah rii, umi sama ibu Ratih tunggu jawaban dari kamu ya, nanti jika kamu memang mau menerima atau mau bertemu langsung dengan anak ibu Ratih, Insyaa Allah mereka akan datang kembali kesini". Tutur umi sembari memegang kedua tanganku.

"Baik umi..". Jawabku sembari memeluk umi.

"Umi mau omongin ini lagi sama abi, ya nak".

Jawabku dengan anggukan dan senyuman kepada umi.

Umi pun segera beranjak keluar dari kamarku.

Aku tidak menyangka, bahwa hari ini aku mendapatkan kabar tentang perjodohan. Yaa, aku dijodohkan dengan anak dari kerabat umi.

~●●~

Jeng..jeng..

Halo temen²..gimana nih cerita bagian ketiga nyaa? Kasih aku saran donk, biar makin semangat ngelanjutin cerita selanjutnya..hehe
Jangan lupa vote and comment juga yaa🤩🤩

Fastabiqul Khoirot...🤩

TentangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang