KEADAANKU

5 0 0
                                    

Seperti biasa, pagi yang cerah ini aku sarapan dengan mbok Atun di dapur. Aku ikut merasakan kebahagiaan disaat aku melihat keluarga umi di meja makan dengan penuh canda tawa, dan juga kebahagiaan. Ketika aku sedang melihat kearah mereka, tidak sengaja umi melihatku, lalu beliau beranjak dari kursi meja makan, dan mendatangiku ke dapur.

"Rii, sini nak, ibu mau bicara sama kamu". Pinta Umi kepadaku.

"Ibu Ratih, suaminya, anak-anaknya terutama nak Faiz akan datang kesini, apakah kamu sudah memiliki jawabannya?". Tanya umi kepadaku secara tiba-tiba.

Aku menunduk, sembari menautkan jemariku, tiba-tiba air mataku mengalir secara cepat.

"Rii..". Ucap umi sembari memegang tanganku, lalu "Kamu kenapa rii?". Tanya umi dengan nada merasa bersalah.

Akupun segera mengusap air mataku, lalu menjawab

"Emm..nggak apa-apa kok mi, Riri jadi inget ibu aja, sama keluarganya ibu". Jawabku sembari menahan tangis yang akan muncul kembali.

"Rii..badan kamu kok panas, tadi subuh kamu mimisan, wajah kamu juga pucat lagiii ri, kamu sakit lagi ya ?". Tanya umi dengan nada yang panik.

"Ngg..nggak kok mii, Alhamdulillah Riri baik-baik aja, ini cuma kecapean aja kok mi". Jawabku lalu

"Ttapi..Alhamdulillah Riri sudah punya jawaban untuk perjodohan itu mi".

"Alhamdulillah kalo gitu rii, untuk jawabannya biar nanti ketika sudah ada ibu Ratih dan keluarga, kamu ucapkan jawabannya ya nak".

"Baik umii..". Jawabku dengan senyuman yang pucat.

"Rii..lebih baik kamu istirahat dulu sebelum keluarga ibu Ratih kesini ya rii, kamu pucat banget rii". Pinta umi yang khawatir dengan keadaanku.

"Iya mi, Insyaa Allah setelah beres-beres, nanti Riri istirahat".

"Nggak usah rii, biar mbok Atun sama umi yang beresin, kamu istirahat ya rii".

Karena umi bersikukuh memintaku untuk beristirahat, maka akupun menurutinya.

"Riri pamit mau istirahat dulu ya, mi, Terima kasih umi". Jawabku yang diangguki oleh umi.

~●~

Tepat pukul 13.00 setelah semua keluarga melaksanakan Sholat Dzuhur, aku dipinta umi untuk bersiap-siap dikarenakan keluarga ibu Ratih akan segera datang.

Aku mengenakan gamis favoritku berwarna maroon, lalu menggunakan jilbab segiempat berwarna hitam. Ketika aku sedang memakai jilbab, kepalaku terasaa pusing kembali, akupun sedikit menunduk, lalu tiba-tiba cairan berwarna merah keluar dari lubang hidungku. Akupun segera beranjak menuju kamar mandi sembari menutup lubang hidungku.

Wajahku sangat pucat ketika aku melihat pantulan wajahku pada cermin wastafel. Aku berusaha kuat untuk menahan pusing ini, tiba-tiba cairan merah itu mengalir kembali, dan membuatku merasa sangat pusing. Tiba-tiba umi memanggilku dan membuka pintu kamarku.

"Ya ampun Rii, kamu kenapa rii?". Tanya umi dengan nada yang panik.

Aku hanya mampu menjawab dengan gelengan kepala, lalu mencuci kembali tanganku yang terkena mimisan tadi.

"Rii..badan kamu panas sekali, kamu istirahat yaa".

Akupun hanya menuruti perkataan umi, lalu umi memapahku menuju tempat tidur.

"Mii, Riri nggak apa-apa kok mi, ini cuma pusing biasaa". Jawabku supaya umi tidak khawatir dengana keadaanku.

"Badan kamu panas gini rii, nggak mungkin kalo nggak kenapa-kenapa".

"Umi ambil kompresan dulu ya ri". Ujar umi kepadaku dengan panik.

Tidak tahu kenapa badanku terasa sangat lemah, perih di bagian lambungku, dan juga merasakan panas di sekujur tubuhku. Tidak lama dari itu, umi datang dengan membawa mangkok berisi kompresan air hangat. Umi pun segera menaruh handuk kecil diatas dahiku. Tanganku bergetar, lalu bibirku pun menjadi pucat.

Setelah selesai mengompres keningku, umi segera menelfon ibu Ratih,

"Halo, Assalamu'alaikum bun".

"Wa'alaikumussalam, iya mi, kenapa mi? Tunggu sebentar ya mi, ini aku sama keluarga lagi dijalan, soalnya nunggu faiz beres dari kantor mi".

"Bun, sebelumnya umi mau minta maaf, ini tentang Riri bun, tadi Riri mimisan terus badannya gemetaran dan panas juga, sekarang Riri lagi istirahat dulu di kamarnya, untuk acara lamarannya apa akan dilangsungkan saja bun?".

"Ya Allah, Kasian sekali Riri, ya sudah mi tidak apa-apa kami akan tetap kesana, sekaligus menjenguk Riri".

"Alhamdulillah, Terima Kasih atas pengertiannya ya bun".

"Nggak apa-apa kok mi, ya sudah nanti kalo aku sudah deket-deket komplek perumahan umi, bunda kabarin ya".

"Boleh bun, saya tutup ya bun telfonnya, Wassalammu'alaikum".

"Iya mi, Wa'alaikumussalam".

~●~

Yuhuuu..gimana nih ceritanya? Rame kah? Kesel kah? Atau ngebosenin niih?..😁
Tunggu terus sampe part selanjutnya yaa..see u🤗..

Fastabiqul Khoirot..😊


TentangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang