1.SATU

34 8 3
                                    


5 TAHUN KEMUDIAN...
*
*
Suasana hari ini cukup bagus, burung-burung berterbangan dari pohon kepohon untuk beristirahat sejenak lalu kembali terbang. Bunga-bunga mulai bermekaran cantik dijalanan dan perkarangan rumah. Banyak orang-orang berlalu lalang untuk pergi ketempat tujuan mereka masing-masing, dari mulai anak sekolahan sampai orang lanjut usia, semuanya ada dan terkumpul disatu jalanan yang padat.

Seorang perempuan cantik berdiri didekat jendela, matanya melihat sekeliling, wajahnya benggambarkan bahwa ia tampak tidak baik-baik saja. Tidak seperti orang-orang diluar yang punya kesibukkan, perempuan itu hanya terdiam dan menatap nanar keluar jendela.

"ain"
Perempuan itu menarik nafas panjang, membalikkan badannya, memandang dalam kearah seorang perempuan yang sedikit lebih tua darinya, seperti sedang berakting, kedua pasang mata itu saling bertatapan.
"ainta kau tidak boleh terlalu lemah dan bodoh, ini adalah kesempatan pertama dan terakhirmu"
Ainta menundukkan kepalanya, ia meremas tangannya dengan rasa marah dan takut. Rambut lurusnya berterbangan menutup sebagian wajahnya yg tertunduk.

"ainta"
Panggil perempuan itu lagi.
"kak zan, jika itu membuat kak tisa senang dan membuat kak zan legah, maka ain akan melakukannya"
Mendengar hal itu Zan tersenyum. Ia tahu bahwa ainta akan menurutinya dan ini adalah hal yang menggembirakan untuk tisa. Zan lalu memeluk Ainta dengan senang berlipat ganda, Zan yakin rencana yang ia susun selama bertahun-tahun akan berhasil. Dan itu tidak akan lama lagi, Zan hanya butuh beberapa waktu untuk membuatnya jadi sempurna.

👑👑👑

Ainta menghirup udara segar dengan perlahan, sudah 5 tahun ia tidak pernah lagi kembali ketempat kelahirannya. Diluar dugaan, Ainta pikir ia tak akan mengenali tempat ini lagi, dimana tempat ini adalah tempat yang menyimpan sejarah dirinya dan tisa. Ternyata ia salah, tempat ini masih sama seperti dulu. Hanya ada beberapa yang tampak sedikit berubah.

Kali ini Ainta tidak sendirian, ia datang bersama Zan. Perempan itu akan menemani ainta sampai semuanya beres. Mereka akan tinggal disalah satu rumah mewah milik paman dan bibinya. Sudah sejak dua tahun rumah itu di beli, namun belum ada yang menempati, hanya sesekali tukang membersihkan rumah datang.

Rumah itu tidak jauh dari apartemen yang pernah ditempati Ainta dan Tisa dulu. Ada rasa sedikit sesak seperti tercekik ketika mengenang masa itu. Menyesal, pasti selalu ada rasa menyesal. Kesalahan terbesar Ainta yang tidak akan ia maafkan adalah disaat kakaknya dalam kesulitan dan butuh bantuan, ia malah tidak tahu dan bahkan pergi meninggalkan kakaknya sendiri.
Sejak kecil Ainta dan tisa memang bisa dikatakan kurang dekat. Meskipun mereka hidup bersama, mereka tak jarang tidak saling bertemu dalam beberapa hari. Bahkan untuk makan dan berbincang pun sangat terhitung. Itu diakibatkan karena tisa sejak kecil sudah terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, namun Ainta tahu bahwa kakaknya sangan menyayangi dirinya lebih dari apa pun dan ainta juga tahu sesibuk-sibuk tisa, dari kejauhan tisa selalu melindunginya.

Ainta mendongakkan kepalanya, melihat keatas. Kehamparan langit mendung dengan awan tebal bergelayut rendah siap menumpahkan rintihan air yang bisa membasahi semuanya kapan saja.
"ain"
Ainta menoleh, dilihatnya suapa yang baru saja memanggil namanya tersebut.
"ainta, ayo masuk sebentar lagi hujan. Sekarang bukan waktunya untuk bermain-main"
"iya kak, ain masuk"
Jawab ainta bangkit dan berjalan masuk kerumah.

Pukul setengah empat sore cuaca masih sangat menudung, namun sepertinya mendungnya langit tidak menjamin akan turun hujan. Angin yang berhembus kencang menyelimuti kedinginan yang menusuk hingga tulang-tulang, pohon dan rerumputan seperti bak menari-nari dengan alunan irama angin yang berpusar dititik yang sama. Burung-burung tidak lagi berterbangan, bersembunyi disarang mereka yang berada dibalik pohon berdaun lebat.

Ini adalah sambutan yang sangat mengharukan bagi ainta, ia sangat senang. Seperti mengetahui isi hati ainta, langit pun seolah mengapresiasikannya dengan mengubah langit cerah menjadi mendung. Sekarang adalah waktunya, ainta tidak mau menyanyakan kesempatan yang sudah dipercayakan pada dirinya. Jika kakaknya rela mati sendiran demi menyelamatkannya, maka ainta pun harus siap demikian.

Ainta melirik kearah Zan yang sedari tadi sibuk akan berkas-berkas kepindahan mereka, ia tidak akan mungkin mengecewakan zan apa lagi tisa. Mereka sudah mengorbankan hidup mereka demi Ainta. Dan sekarang anita harus membayar jasa-jasa mereka.

Setelah melirik kearah Zan sebentar, ainta lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah baju sekolah yang akan ia kenakan kembali disini. Untuk menyempurnakan rencananya, ainta harus rela memalsukan identitasnya yang sebenarnya sudah sejak lima tahun lalu ia lulus sekolah, menjadi anak sekolahan kembali masuk sekolah dengan usia palsunya yaitu 16 tahun.

Dan inilah awal dimana ainta akan menghancurkan semua orang. Semua orang yang bersangkutan dengan tisa yang tewas akibat jebakkan keji mereka. Ainta akan memulai pembalasannya dari cabang perusahaan yang begitu berpengaruh bagi perusahaan itu sendiri. Cabang itu adalah sekolah ternama BLACK ROSES yang sangat-sangat bergengsi dan begitu penting bagi seluruh perusahaan CITA ALTA yang penuh dengan kekotoran dan kepicikkan pemimpinnya.

AINTA (HATE AND LOVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang