┉ˏ͛ ༝̩̩̥͙ ⑅͚˚ ҉ ⑅͚˚ ͛༝̩̩̥͙ ˎ┉
‘Welcome to our Dark Moons’
And Hi, it's our new book from :★~★
Senyuman secerah matahari terbit terlukis di rupa manis pemuda berwajah mungil tersebut, menyapa sang surya terdahulu yang baru saja menunjukkan sinarnya menerangi seluruh kota sibuk tersebut.
Guratan semanis gula beralih menjadi guratan ejekan mengarah sang surya.
“Loser.” Sindirnya, sebelum meninggalkan balkon kamar yang menyuguhkan pemandangan terindah, mengalahkan para tangan pelukis handal nan terkemuka.
Secangkir kopi hangat tengah ia seruput perlahan sembari memperhatikan siaran televisi pagi yang membahas ramalan cuaca hari ini. Matahari Cerah, itulah gambar yang ditunjukkan layar televisi sebelum menggelap seketika, dan memantulkan rupa manis dari si pemuda.
Kedua tungkai jenjang membawa ia berdiri tegap menghadap Picture Window, menyajikan hiruk-pikuk kota maju dengan jutaan manusia berlalu-lalang menjalani beraktifitas masing-masing.
Mata bulatnya menatap penuh minat tertuju pada pesisir pantai yang begitu menggoda untuk dikunjungi. Lihatlah, gulungan ombak berwarna biru, pasir putih menyilaukan, dan terakhir suasana masih terlihat sepi. Menggoda.
Ngomong-ngomong, terakhir kali ia ke sana sewaktu acara Prom Night— malam perpisahan yang begitu terkesan bagi ia sendiri.
“Tidak buruk, bagaimana kalau jalan-jalan ke pantai?” Monolognya.
♪Chord~♪
Atensinya teralihkan oleh notifikasi pesan baru masuk. Siapa yang mengirimnya pesan sepagi ini?
Layar smartphone-nya menunjukkan pukul 07.08 A.M, dan dibawah tampilan jam ada rentetan pesan dari nama kontak, Lee Jeno, Penerbit.
From : Lee Jeno, Penerbit.
| Park Jisung-ssi. Bayi besarku. Apa kau sudah bangun, sayang?
06.55 A.M| Bukalah pintu, aku diluar membawa sarapan berprotein agar kembali membuat novel terbaru.
06.59 A.M| Bukalah, bedebah. Kau membuatku menunggu. 😒
07.00 A.M| Hello, bayi besar!
07.02 A.M| Apa bocah ini mengabaikan ku? Akan ku dobrak.
07.04 A.MDan selebihnya adalah, kata-kata tidak terpuji dari sang oknum. Dengan santainya, ia berjalan menuju pintu utama, mengintip sedikit sebelum ia dikejutkan oleh garis wajah kecut Jeno.
"Sialan." Gerutu Jeno kesal.
Jisung menyunggingkan senyum polos. "Maaf, Jeno-hyung." Ucap Jisung kecil; menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Nih, makanlah."
Jeno memberikan paper bag yang berisi sarapan bernutrisi dari restoran ternama di kota. Jisung menyuguhkannya di atas dua buah piring sebelum mendudukkan dirinya berhadapan dengan Jeno di ruang makan.
Suasana hening seketika berkutat dengan masing-masing jalan pikiran. Seperti Jisung sedang lahap memakan sarapannya, sedangkan Jeno sendiri tidak berpaling mata dari layar smartphone legamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUT, SCHWEIB UND TRANEN🔞✅✅✅
Mystery / Thriller"I'm the person who's I want him, and I get him without any reason." "Bedebah!"