глава четвертая

2.7K 199 5
                                    


Secarik kertas penuh guratan berada dalam jepitan kedua jari Jisung, pemuda semanis gula itu sedang membaca hasil psikotes dari rumah sakit yang menangani Haechan terdahulu- sebelum di pindahkan ke suaka kejiwaan tempat dimana Jisung saat ini terduduk.






RESULT

| N A M E : LEE HAECHAN
| A G E : 20 YEARS OLD
| J O B : CLOWN
| D I A G N O S I S : SCHIZOPHRENIA
| L E V E L : EXTREME

N O T E : Penampilan berpakaian cukup umum dengan langkah tegas dan berani, dia rileks- dalam jangka waktu 20 menit, dan postur tubuh bongsor yang terjaga.

Bersikap cukup kompeten- dalam jangka waktu kurang dari 10 menit, sebelum tatapannya teralih menjadi kosong dan tajam.

Mood sangat buruk dengan nada bicara sedikit lantang, tetapi raut wajah tampak tidak berekspresi sedikitpun. Kosong seperti di kendalikan.

Intonasi membentak dan cepat jika sudah memasuki fase pembicaraan serius- mengungkit masa lalu dirinya, atau sang kelinci imajinasi. Sangat sering membuat kata-kata tidak lazim.






Rangkaian kata memusingkan berakhir dengan keputusan pemerintah untuk menjebloskan Haechan ke dalam suaka kejiwaan ini.

Jisung memijat kedua pelipisnya kuat, denyutan yang ia rasakan semakin bertambah setelah mendengar gumaman Haechan yang duduk berhadapan dengannya.

"Kelinciku... Aku merindukanmu... Kau tidak merindukanku, ya?"


Jisung mengamati garis wajah Haechan dengan kedua mata berkaca-kaca. "Siapa kelinci itu?"


Haechan mendengar pertanyaan Jisung langsung mengebrak meja itu kuat. "DIA SAHABATKU! DIA PENJAGAKU! DIMANA KELINCIKU!!?" Hardik Haechan.


Kedua telinga Jisung berdenging seketika- rasanya menyiksa. "Aarggh.."


"Hell ya! Kau cantik sekali. Siapa namamu?" Tanya Haechan bernada ramah.


"A-aku?"


"Wajahmu tidak asing bagiku. Kita pernah bertemu, ya?"


Jisung mengerutkan dahinya, menatap penuh minat dengan apa yang baru Haechan ucapkan barusan. Dimana mereka bertemu sebelumnya?


"Ooohhh! Kau yan-" Ucapan Haechan terputus tatkala manik matanya berfokus pada langit-langit ruangan jenguk. "Eo-eomma...hiks...hikkkss... Mianhaee!"


Kedua telapak tangannya menggosok- memohon ampun pada seseorang. Jisung mengikuti arah mata Haechan yang mengarah pada jam dinding berbentuk bulat tersebut.


Pukul 13.44 siang.






"HAHAHAHAAAHAHAA!!" Tawa Haechan terbahak-bahak. Jisung bergidik ngeri pada perubahan mood, ekspresi, maupun kalimat yang dilontarkannya sangat kelam, dan mengandung makna menyimpang baginya.


"Setiap hari kelinciku mengkhawatirkan keadaan ku, tidak pernah sekalipun ia mengabaikan ku walaupun aku harus menanggung banyak luka ia torehkan. Dia hebat dalam urusan ranjang, kau akan puas jika bertemu dengannya. Dan sebagai balasan atas kebahagiaan ia berikan, ku sembahkan lah dia wanita brengsek yang terus menghukum ku. Kelinciku selalu memuji ku, tidak dengan wanita itu! SIAL!! KENAPA AKU SELALU DI PUKUL EOMMA!!!!?"


BLUT, SCHWEIB UND TRANEN🔞✅✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang