01

3 0 0
                                    

"Luna? Liatin Langit lagi nih pasti"

"Ihh Hujan apaan sih"

"Ngaku wkwk"

Namanya Hujan, hampir mendekati sempurna, dia cantik, kaya, dan juga lumayan pintar. Dibandingkan denganku, sangat terasa jauh bedanya.

"Tuh kan bengong lagi"

"LANGIT SEMANGAT!! " Teriak hujan semangat melihat pertandingan basket dilapangan.

Aku benar-benar kagum melihat Hujan, dia terlihat seakan-akan bersinar diantara kerumunan penonton pertandingan. 

Hujan sangat berbeda denganku.

Ku alihkan pandanganku ke arah Langit,  dia keren. 
Keringat mengalir membasahi leher dan dadanya.  Langit Mendribble bola mencoba memasukkan bolanya kedalam ring lawan.

1

2

3

3 menit berlalu, aku hanya fokus melihat pertandingan. Langit terlihat semakin kewalahan melawan tim dari kelas sebelah.

"Langit semangat!! " Teriakanku bercampur dengan teriakan para penonton lainnya.

Pertandingannya selesai, tim Langit menang walau hanya selisih beberapa poin dari tim lawan. Langit berjalan menuju kearah ku dan Hujan, berdiri tepat dihadapan kami.

"Boleh minta airnya? " Ucap Langit yang pandangannya tertuju ke arah botol mineral milikku.

"Nih" Sahutku memberikan sebotol air mineral.

"Wihh selamat ya ngit, lu keren banget tadi" Ucap Hujan sambil mengacungkan jempol.

"Wkwk biasa aja kali"

"Gue mau ke yang lain dulu, makasih ya lun airnya" Sambung Langit langsung beranjak pergi menuju kerumunan teman temannya.

Aku menatap punggung Langit yang mulai menjauh.

Aku dan Langit sudah berteman sejak kecil, tapi saat mulai masuk kesekolah dasar aku pindah dan sejak itu kami tidak saling berkomunikasi lagi, aku tidak menyangka akan bisa bertemu lagi dengan Langit.

"Lunaa"

"Eh iya? " Hujan menyadarkanku.

"Mikirin apa sih? Ayo ke kelas" Sahut Hujan membawaku menjauh dari lapangan.

***

Aku menyusuri lorong sekolah, terasa hampa tapi nyatanya tidak. Banyak orang yang berlalu lalang kesana kemari. Kulihat Hujan berlari mengejarku.

"Lun pulang naik apa? " Tanya Hujan mengikutiku menuju halte.

"Nunggu angkutan"

"Gue anter aja ya, sekalian jalan jalan mau ga? "

"Boleh, mau jalan kemana?"

"Udah ikut aja" Sahut Hujan lalu pergi menuju parkiran mengambil sepeda motor miliknya.

"Aku naik ya" Ucapku bergegas duduk dibelakangnya. 

Kami mulai bergerak menyusuri kota, sore hari yang padat. Mobil dan kendaraan bermotor berlalu lalang. Aku sangat menikmati perjalanan ini, hembusan angin terasa sangat menyegarkan.

Hujan

Langit

Mereka berdua terlintas dipikiranku, hanya melihat tatapan Langit untuk Hujan aku sudah bisa menebak bahwa Langit memendam perasaannya untuk Hujan.

Entahlah Hujan, apakah ia juga menyukai Langit?

"Lun lu udah ijin mau jalan? " Ucap Hujan

"Lupa, nanti aja nelpon mama" Sahutku melihat sekeliling.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang