Tap...
Tap...
Tap...
Tap...Derap langkah yang beradu memenuhi koridor saat ini, semua murid berada dalam kelas dengan tertib.
Pukul 07.30 WIB. Dengan seorang guru di depannya, ia melangkah menuju kelas barunya dengan pandangan lurus kedepan tanpa tertarik pemandangan sekitar.
Hingga plang kelas bertulis XI MIPA 2 terjangkau pengelihatannya. Netra abu-abu itu menatap plang kelas, lalu berjalan masuk mengikuti Bu Indah - wali kelasnya.
"Selamat pagi. Dan selamat untuk kalian karena kedatangan murid pindahan dari SMA Taruna Jaya. Silakan perkenalkan diri, nak!"
Mengangguk singkat menuruti perintah, ia mengedarkan bola matanya ke penjuru kelas lalu kembali menatap lurus, "Ratu, dari SMA Taruna Jaya."
"Gila, dingin banget mukanya!"
"Rata kek tembok."
"Sial, gue kalah cakep"
"Lo liat gak? Lensanya abu dong cuy!"
"Pasti cupu nih, buktinya gak berani natap gue."
"Aura aura cewe galak nih bro"
"Cup! Punya gue. Jangan ada yang rebut."
"Cewe cakep gitu gak bakalan mau sama lo."
Bisik bisik mulai terdengar masuk ke telinga nya. Saat dipersilahkan duduk oleh Bu Indah, ia langsung melenggang dan duduk di pojok barisan belakang.
"Mari buka buku biologi halaman 105, kita bahas hari ini, dan 40 menit sebelum pergantian jam ibu akan adakan kuis harian!"
Sekelas riuh, penuh decakan sebal.
"Yahh, Bu... Masa udah kuis lagi?"
"Iya Bu, kemarin baru kuis matematika loh, Bu"
"Kepala kita masih berasep, Bu."
Bu Indah menggelengkan kepala pelan, tak habis pikir dengan anak kelas ini. "Tak ada bantahan, cepat keluarkan bukunya!"
Pelajaran biologi sebagai awal pembelajaran untuk Ratu disekolah barunya dimulai.
Kriiiiinggg....
Bel pertanda istirahat berbunyi nyaring. Pak Wawan selaku guru fisika membereskan meja lalu pergi keluar kelas setelah pamit pada muridnya.
Ratu memasukkan buku dan pena ke dalam tas.
Brakk
Mengalihkan atensinya dengan melirik pelaku, lalu kembali meneruskan kegiatannya, setelah resleting tas tertutup, ia menyenderkan tubuhnya seraya melipat tangan.
"Heh anak baru! Beliin kita makanan ke kantin!" Dua orang gadis dengan seragam ketat menatap Ratu.
Gadis yang memiliki rambut ombre biru baru saja memerintah. Nama nya Vanya Paramita, anak sulung dari keluarga Wijaya. Jadi, ia merasa berhak berkuasa, karena Papanya merupakan petinggi negara.
Ratu menaikkan alisnya bingung. Lalu membuang pandangan.
"Wah kurang ajar ya lo, belum tau dia kita siapa!" Gadis berambut sebahu dengan make up tebal itu menatap remeh Ratu. Tania, Tania Maheswari. Teman sepergaulan Vanya.
Dengan angkuh, Tania semakin memanasi Vanya, "Parah sih, Van. Songong banget ni anak."
Merasa perintahnya tidak diindahkan, Vanya menjambak rambut Ratu hingga kepalanya ikut terhuyung. "LO BUDEK APA TULI!" Bentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANASTA
Non-FictionSeorang gadis pindahan yang mempunyai paras cantik namun terdapat semburat bahaya yang bisa ia luapkan ketika merasa terganggu. Hal itu membuat seorang lelaki berparas tampan yang merupakan most wanted sekolah merasa tertarik mengganggunya. Namun, t...