"Lu siapa?!" Vito menunjuk-nunjuk ke arah seorang pria yang mengenakan jaket jeans yang sedang tersenyum lebar ke arahnya.
Vito tidak bisa melihat dengan begitu jelas, karena pandangannya buram dan berbayang-bayang. Ia lalu menyeka darah segar yang mengalir dari ujung bibirnya yang terluka. Vito berusaha bangkit dari jatuh, kedua tangannya gemetar berusaha keras menahan tubuhnya yang habis dipukuli.
Pria gila macam mana yang memukulinya dengan brutal dan sadis begini? Di pagi-pagi buta yang sepi di halaman depan rumahnya. Apa pria ini pasien rumah sakit jiwa atau seorang psikopat?
Terdengar deruan napas Vito yang terengah-engah karena ia mulai kewalahan, tangannya memegang perut yang habis ditendangi oleh pria gila yang ada di hadapannya ini.
"Gue tanya, nama lu siapa?" Vito kini sudah bangkit, ia berdiri sempoyongan seperti orang yang sedang mabuk.
Pria itu lalu tertawa sambil berkacak pinggang, "nama gue siapa? Lu mau tahu nama gue siapa? Gue pikir, lu gak akan peduli soal itu."
Vito menarik rambut hitam legamnya ke belakang, rambutnya basah seperti habis keramas. Produksi keringat Vito benar-benar banyak pagi-pagi buta ini. Ia mengerjapkan kedua matanya berulang kali, berusaha melihat wajah pria itu dengan jelas.
Pria itu kemudian berjalan menghampiri Vito, ia menepuk pundak Vito sambil menatap wajahnya dengan senyum lebar.
"Salam kenal, gue Jackson, ingat baik-baik. Nama gue Jackson!"
Vito melihat wajah pria berhidung mancung itu, mengapa kedua matanya itu tak asing bagi Vito? Rasanya, ia sering melihat mata bulat dan jernih itu. Pria itu memiliki alis yang tebal, dan bulu mata yang lentik. Wajahnya tidak terlihat seperti berandalan. Hanya saja senyum lebarnya itu benar-benar menyeramkan. Seperti senyum seorang penjahat kawakan.
Vito balik tersenyum menantang ke arah pria itu, lalu sepuluh detik kemudian ia terjatuh dan ambruk ke atas tanah.
👊👊👊👊
"Vito! Bangun Vito!" terdengar suara seorang perempuan muda di telinga Vito. Vito menghela napas berat sambil membuka kedua matanya. Ia terdiam untuk beberapa saat.
"Kamu tidur semalaman di halaman? Kamu pikir ini kasur apa?" Ucap Nabila, kakak Vito yang berusaha membangunkan Vito dari tidurnya. Vito pun bangkit dan duduk bersila sembari melihat ke sekitar halaman rumah. Ya Tuhan, jadi semalaman Vito tidur di halaman. Vito memijat-mijat keningnya karena tiba-tiba merasakan sakit dan pening.
"Kamu kenapa? Ibu kaget begitu melihat pintu ruang tamu terbuka. Ibu lebih kaget lagi melihat kamu berbaring di halaman. Ditambah ada luka di ujung bibir kamu. Apa yang telah terjadi, nak?"
Ibu memegang luka di ujung bibir Vito, Vito meringis kesakitan. Ia pun kembali terdia. Raut wajahnya seperti orang yang sedang kebingungan. Namun, kemudian ia bangkit dan berdiri sambil melihat ke sekeliling dengan gerakan mata yang cepat. Ia lalu berlari keluar rumah dan melihat sekitar, seperti mencari sesuatu.
"Ibu, kakak, pagi-pagi buta tadi ada orang gila yang datang ke sini. Dia yang mukul Vito sampai begini. Vito gak tahu dia datang darimana. Vito harus cari dia. Vito takut dia ganggu ibu dan kakak. Jangan-jangan dia pencuri lagi. Bagaimana ini, ibu, kak?" Vito tiba-tiba menjadi panik sendiri. Ia bergerak-gerak dengan gelisah. Wajahnya terlihat ketakutan.
"Kamu yang tenang, jangan panik begitu. Coba ceritain yang jelas," ujar Nabila sambil menyiram tanaman di halaman.
"Jadi gini, dia datang ke sini. Buka pintu, lalu dia senyum ke arah Vito. Dan dengan gerakan cepat dia langsung mukul wajah Vito. Gak sampai di situ, dia juga nendang perut Vito berkali-kali. Namanya siapa, ya? Aduh!" Vito menjambak rambutnya sendiri. Ia memejamkan kedua matanya sebentar, berharap bisa mengingat kepingan kejadian mengerikan pagi-pagi buta tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego | TELAH TERBIT
Teen FictionKisah tentang seorang anak SMA yang memiliki Alter Ego, dan mengidap Dissociative Identity Disorder (DID). Vito Nugroho, siswa yang dikenal sebagai anak yang penurut, ramah dan pintar di sekolahnya ternyata memiliki banyak pengalaman menyakitkan. Ya...