Lelaki Sejati

458 55 8
                                    

"Abel," Bobi berlari-lari dengan cepat. Sorotan matanya menampakkan kecemasan. Ia sudah berulang kali bulak-balik ke kelas Abel. Tapi tak jua bertemu. Ini sudah jam pulang sekolah, biasanya Abel akan menunggunya di depan kelas.

Tiba-tiba Bobi langsung terdiam, ia melihat ke sekitar dengan pandangan luasnya. Suasana sekolah sangat ramai karena jam pulang sekolah. Ada begitu banyak siswa-siswi yang keluar dari kelas mereka masing-masing.

Bobi langsung masuk ke dalam keramaian dan mencoba melihat satu-persatu wajah para siswi yang keluar kelas. Siapa tahu Abel ada di sana. Bobi mendesah kesal, Abel belum juga ditemukan. Ia lalu keluar dari keramaian dan berdiri di samping tempat sampah.

Ia menelan ludahnya dalam, "Abel!" Teriak Bobi hampir membuat orang-orang di sekitarnya kaget. Bobi langsung berlari dengan kencang, sampai-sampai ia menubruk seorang siswa hingga terjatuh.

"Vito, gue tadi lihat Bobi lari-lari ketakutan. Dia nyebut-nyebut nama Abel," ucap Rama sembari menepuk pundak lebar Vito.

Vito pun menoleh ke belakang, "Abel? Adiknya Bobi?"

"Iya, mungkin. Gue gak tahu, Bobi kelihatan kalut banget. Andre sama Dio udah pulang barusan. Jadi mereka gak tahu soal Bobi," terang Rama dengan wajah cemas.

Vito terdiam, tiba-tiba ia merasakan kepalanya sakit, dan telinganya mendengung. Vito seperti mendengar suaranya sendiri yang sedang berbicara di dalam kepalanya.

"Bobi butuh bantuan lu. Bantu dia, lu pasti tahu dia ada dimana sekarang," ucap suara itu.

Vito memegang kepalanya, lalu ia menatap Rama mantap, "ikut gue, Ram!"

👊👊👊👊

"Lepasin Ade gue! Lu punya masalah sama gue, kan? Jangan bawa-bawa Ade gue!" Bobi berteriak penuh emosi. Ia ditahan dan ditarik oleh teman-teman Fredi sehingga ia kesulitan bergerak.

Kedua mata Bobi sudah berkaca-kaca, rasanya ia ingin menangis melihat adik perempuan satu-satunya diperlakukan seperti itu. Abel terlihat sangat ketakutan, ia bahkan hanya bisa menangis. Fredi menjaganya di kursi kayu, ia lalu merangkul pundak Abel dengan kencang. Abel hanya bisa menutup kedua mata, tubuhnya gemetar saking takutnya.

"LEPASIN ADE GUE!" Bobi berteriak seperti kesetanan. Ia terus memberontak agar bisa lepas dari pegangan teman-teman Fredi. Tapi, Bobi kesulitan karena ia kalah jumlah.

Fredi tertawa kencang, ia lalu berjalan mendekati Bobi.

"Kalau lu mau gue lepasin Ade lu. Lu sujud sama gue, dan lu harus setor duit dua kali lipat sama gue."

Bobi menatap Fredi penuh kemarahan, teman-teman Fredi menarik Bobi kasar hingga ia terjatuh dan terduduk di hadapan Fredi. Seolah ia seperti sedang memohon-mohon.

"Apa bedanya lu sama gue? Lu juga beraninya keroyokan. Kemarin-kemarin itu lu bawa teman lu si Vito itu. Lu sengaja mau mempermalukan gue, kan? Tukang ngadu lu! Mulut lu gak bisa dipercaya, bangsat!" Teriak Fredi sambil menempeleng kepala Bobi begitu kasar.

"Sujud, gak?" Fredi menarik rambut Bobi kencang dan mendorong kepala Bobi agar mau menunduk dan bersujud kepadanya.

"Berhenti!" Teriak Vito dengan suara yang lantang. Ia berjalan mendekat ditemani Rama bersamanya.

"Kak, lu bisa berhenti, gak? Perbuatan lu itu salah. Ini udah termasuk tindakan buli. Lebih parah, ini udah masuk tindakan kekerasan," ujar Vito berusaha memberanikan dirinya.

Alter Ego | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang