Menyatu

638 59 1
                                    

Vito melindungi perut dengan tangannya yang terlihat memar, ia lalu berusaha menarik kaki seorang pria yang tengah menendangnya berulang kali. Vito terus berusaha menahan kaki pria itu agar berhenti menendangnya.

Vito kemudian terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Darah itu berceceran di lantai. Vito merasa sudah tidak kuat lagi. Rasanya seperti sebentar lagi ia akan mati.

Pria yang menendang Vito itu mulai berhenti menendangi Vito, ia langsung mencekik leher Vito dengan sangat kencang dan kuat. Membuat Vito menggelepar-gelepar seperti ikan yang kehabisan oksigen.

Dengan sisa tenaganya, ia berusaha melepaskan cengkraman tangan pria yang sedang mencekiknya saat ini. Vito berusaha keras, tapi tetap saja tidak bisa. Apa ini artinya Vito akan segera menuju akhirat?

"Hah, hah, hah!" Vito membuka kedua matanya. Ia melihat ke atas langit-langit kamar. Ternyata hanya mimpi. Ya Tuhan, mimpi macam apa ini? Sangat menyeramkan. Sekujur tubuh Vito dibasahi dengan keringat.

Vito pun terbangun dan duduk di atas tempat tidur. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dari mimpi buruknya. Vito tidak bisa melihat wajah pria di dalam mimpinya itu. Hanya saja Vito merasa tidak asing dengan apa yang pria dalam mimpinya itu lakukan. Vito merasa pernah berada di situasi yang sama, tapi, entah kapan.

Kedua kaki panjang Vito beranjak bangun dari tempat tidur. Ia berjalan keluar dan pergi menuju dapur, sesampainya di dapur Vito mengambil segelas air putih, lalu duduk di kursi makan, dan menegaknya hingga habis.

Vito lihat, waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Lagi-lagi Vito terbangun dari tidurnya. Ada apa dengannya? Kenapa akhir-akhir ini kualitas tidur Vito memburuk?

Vito berjalan pelan menuju kamarnya kembali, ia menutup pintu kamar pelan lalu berjalan mendekati jendela. Ia lalu membuka gorden pelan-pelan, takut-takut ia melihat Jackson berdiri di depan halamannya seperti malam waktu itu. Tapi, untungnya tidak ada siapa-siapa. Vito menghela napas lega.

Vito pun berniat tidur kembali, ia kemudian memutar tubuhnya, namun, "ciluk ba!"

Vito kaget bukan main begitu Jackson tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Vito hampir saja jatuh terpeleset. Tanpa berpikir panjang, Vito langsung menarik kerah baju Jackson dengan kuat. Kedua matanya menatap tajam dan marah ke arah Jackson. Tapi, Jackson malah tersenyum manis seolah-olah ia sangat bahagia.

"Kangen gak sama gue?" Ucapnya lalu tertawa renyah.

"Mau lu apa, hah? Kenapa lu ganggu gue terus? Salah gue apa sama lu? Gara-gara lu gue terlibat banyak masalah! Bisa gak lu pergi menjauh! Jangan ganggu gue lagi!" Vito menatap Jackson penuh emosi.

"Lu yakin pengen gue pergi dari kehidupan lu?"

Vito tersenyum sinis, "lagipula, lu tuh sebenernya siapa, sih? Gua bahkan gak kenal lu sama sekali."

"Jadi, sampai saat ini lu belum sadar juga gue siapa? Ya, ampun! Lu dungu!" Jackson lalu tertawa sambil memelintir tangan Vito, hingga Vito meringis kesakitan.

"Lu udah neror gue, tindakan lu ini bisa dipidanakan. Lu gak takut?"

Jackson menepuk-nepuk kepala Vito, "gue gak takut sama apapun kecuali Tuhan. Kalau gue penakut, gue gak bisa jagain diri gue, dan orang-orang di sekitar gue. Gue ini pahlawan, jadi harus berani."

Vito menepuk jidatnya dengan tangan, Jackson benar-benar orang gila sepertinya. Pahlawan katanya? Pahlawan macam apa yang hobinya membuat keributan dan masalah?

"Daripada lu sibuk mikirin gue. Mending lu pikirin si bajingan itu dua tahun lagi bakal keluar dari lapas, kan? Lu udah punya rencana apa tentang itu?"

Alter Ego | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang