Prologue

157 13 3
                                    

Mereka bilang, semua orang pasti punya Happy Ending tersendiri. Lalu, bagaimana dengan dirinya? Apakah Tuhan melupakan satu insan yang tersiksa sendirian ini? Apakah semesta menghadirkannya di dunia hanya untuk menyiksanya dengan kenangan dan ingatan yang harusnya sudah sirna dari kepalanya? Dunia ini tidak adil, ia tahu pasti akan hal itu. Namun, Tuhan, ini terlampau tak adil baginya.

Tak ada tempat untuk protes baginya. Karena, sepertinya Tuhan sendiri telah menutup mata untuk dirinya.

Kwon Ji Young sendiri selalu pasrah dengan keadaan yang terjadi, karena sejujurnya, ia tahu dosa besar apa yang teah ia perbuat hingga dirinya harus dihukum dengan hukuman semenyedikan ini oleh Tuhan. Apa yang akan kau lakukan saat dirimu selalu mengingat kejadian pada kehidupan sebelumya dengan jelas? Apa kau akan berubah gila? Kau akan protes pada Tuhan karena tak menghapus kilasan kehidupan sebelumnya?

Semuanya berjalan baik-baik saja pada kehiduannya kali ini. Ia sudah berkerja menjadi seorang Dokter yang dihormati, sudah menjadi orang baik bagi semua orang. Namun, segala keoptimisan yang ia miliki hilang menjadi debu saat dirinya bertemu dengan sosok cinta pertama yang pernah ia miliki.

Sosok yang selama ini menjadi bayang-bayang kenangan indah nan manis namun menyedihkan dan mengerikan dalam waktu yang sama. Ia pikir, alasan dirinya tak bisa kehilangan memori ingatan disetiap kehidupannya adalah karena cinta pertamanya, karena dirinya belum bisa dimaafkan oleh sosok itu.

***

Deburan ombak itu terdengar sangat merdu, seakan menyambutnya untuk menyelami keindahan lautan didepannya. Dirinya berdiri disana dengan kedua tangan yang berada disaku celana, kedua manik Obsidian miliknya menatap jauh ke lautan. Entah sudah yang keberapa kalinya untuk hari ini, dirinya menghela napas lelah.

Menyimpan beribu kenangan pada kehidupan-kehidupan sebelumnya bukanlah hal yang mudah bagi Kwon Ji Young, itu adalah perkara paling sulit yang pernah ia terima dalam kejamnya dunia. Dirinya sendiri bahkan sudah tak ingat lagi dirinya berada dikehidupan yang ke berapa. Terlalu banyak.

Bunyi gemerisik air membuat Ji Young tanpa sadar menoleh pelan kearah suara. Dan disaat yang bersamaan, jantungnya hampir saja berhenti berdetak. Ia membatu, dengan iris Obsidian miliknya yang membola melihat pemandangan didepannya sekarang. Tangannya mulai bergetar diiringi dengan deguban jantung yang semakin memburu. Helai-helai rambutnya berterbangan karena angin laut sehingga terkadang menutupi penglihatannya.

Namun, bukan berarti dirinya tak bisa melihat dengan jernih dan jelas sosok yang sedang memainkan air laut dengan kaki mungilnya yang ramping itu. Dengan Dress berwarna putih selutut dan rambut hitam kecoklatan yang digerai, menambah kesan indah yang seolah tertanam dalam diri gadis itu.

Kedua kaki Ji Young yang terbalut sepatu kets berwarna putih terang itu melangkah dengan ragu kearah gadis yang masih belum menyadari keberadaanya. Napasnya semakin memburu waktu, tak terkontrol. Kata 'Tak mungkin', 'Bukan dia', terus ia rapalkan dalam hatinya.

Belum sampai dirinya melangkah mendekat, gadis itu menoleh kearahnya dengan gerakan pelan. Dalam detik itu, Ji Young yakin, memang dia orangnya.

"Aku menemukanmu, Kim Taeyeon."






To Be Continue.....

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang