Chapter 1

92 10 2
                                    

Darah yang merembes ditanah itu memberikan rasa ketakutan pada pemuda yang memegang pedang bertuliskan 'Ksatria Kwon Ji Young'. Tangannya yang menggenggam gagang pedang bergetar hebat, genangan air itu mulai membasahi kedua iris Obsidian miliknya. Drinya terjatuh bersimpuh karena lututnya terasa lemas, dan dengan kurang ajarnya, air mata itu akhirnya lolos membasahi kedua pipinya.

"K-kenapa?"

Sepatah kata itu keluar dari bibir penuh darah sang gadis. Tangannya yang terbalut pakaian merah khas kerajaan itu menggengam erat bilah pedang hingga tangannya mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Namun, darah yang keluar dari tangannya tak sebanding dengan yang mengucur deras dibalik baju kerajaannya. Air matanya telah tumpah sejak tadi, menambah rasa bersalah pada pemuda pemilik pedang itu.

"Maafkan saya, Yang Mulia." Dengan segenap tekad dan rasa bersalah yang ia kumpulkan, ditariknya pedang itu hingga darah yang tumpah semakin mengalir deras dari perut sang gadis.

Ia melangkah mundur dengan langkah yang patah-patah, semakin merasa tak percaya dengan pandangan didepannya. Nafasnya semakin cepat, bersamaan dengan degup jantung yang juga memburu. Pedang yang awalnya tergenggam erat itu jatuh dari pergelangan tangannya. Ia menengadahkan kedua tangan, melihat dengan jelas noda darah yang menghiasi telapk tangan dan bajunya.

Dalam kondisi sekarat, sang gadis masih berusaha sekuat mungkin mengucapkan kata-kata yang menghantui setiap kehidupan yang Ji Young miliki.

"Aku tak akan memaafkanmu, Kwon Ji Young."

***

"ANDWAE!"

"AISHH!"

Ia mengerjap dengan cepat saat kesadarannya mulai kembali seperti semula. Hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan dengan nuansa putih, infus yang tergantung dan seorang pria dewasa yang sedang mengelap bekas kuah Ramyeon yang tumpah dimeja dengan tisu.

"Rumah sakit?" Gumam Ji Young dengan suara lirih namun masih bisa terdengar oleh pria disampingnya.

"Aniyo, penjara. Kau sedang di penjara!" Jawab Pria itu dengan jengkel karena kuah Ramyeon miliknya tumpah. "Aishh! Kenapa kau berteriak seperti itu setelah bangun? Bikin kaget saja!" Cerocosnya dengan mulut yang masih mengunyah.

"M-memangnya aku berteriak seperti apa?" Tampiknya, ia menghindar dan segera membaringkan badannya diatas bangsal serta menarik selimutnya hingga sedada.

"Kau berteriak 'ANDWEE!', seperti itu," Jawab Pria itu dengan memeragakan secara detail bagaimana Ji Young terbangun.

Hening sebentar melanda, Ji Young yang sibuk dengan pikirannya dan pria itu yang fokus memakan Ramyeon. Ji Young segera menoleh kesamping saat pria tadi melakukan pergerakan tiba-tiba dan mengeluarkan mangkok Jajangmyeon. Ia mengatur meja dan memperbaiki letak posisi Ji Young untuk duduk menyandar pada kepala ranjang.

Ji Young sedikit terkekeh melihatnya. "Hyung, bagaimana bisa kau memberikan semangkok Jajangmyeon pada pasien yang sedang sakit?"

"Makan saja. Bukannya terakhir kali kau merengek memintaku membelikan Jajangmyeon jam 11 malam?" Suruh pria itu, ia kembali kekursinya dan menyesap kuah Ramyeon miliknya.

"Kau tak punya pasien, Hyung?" Celetuk Ji Young sembari tangannya mengaduk perlahan Jajangmyeon dihadapannya. Ia menoleh karena dirasa tak ada jawaban dari sana, bisa ia lihat raut pria itu berubah menjadi sendu namun berpura-pura baik-baik saja.

"Aku dipecat," Sahutnya singkat.

"APA?!"

Untuk yang kedua kalinya, ia terbatuk, dan kali ini seluruh Ramyeon miliknya tumpah ke lantai rumah sakit. Ia mengumpat dan segera mengambil tisu untuk mengelap mulutnya. Tatapan tajam nan sinis itu membuat nyali Ji Young ciut seketika. Ia memilih mengaduk Jajangmyeon dan menyuapkan sesendok penuh kedalam mulutnya.

"YA! Kau mau mati?! Berhenti berteriak, Bedebah Sialan! Kau mengagetkanku!" Berang pria itu dengan emosi yang masih tertahan. "Aku hanya bercanda, mana mungkin aku dipecat," Lanjutnya.

"Lee Seung Gi-ssi, kau ada pasien."

Panggilan dari seorang suster yang membuka pintu membuat keduanya menoleh kearah pintu. Yang dipanggil dengan panggilan 'Lee Seung Gi-ssi' itu segera bangkit dan memperbaiki pakaian serta rambutnya.

"Jangan lupa bersihkan ini," Suruh Seung Gi. Ji Young hanya mengangguk menurut, dirinya memilih untuk fokus memakan Jajangmyeon didepannya dengan lahap.

Tak butuh waktu yang lama bagi Ji Young untuk keluar dari ruangan pasien sebagai Dokter Spesialis Tulang. Ia dibawa kerumah sakit karena terlalu banyak begadang dan jam makan yang sering tidak teratur. Ditambah dengan dirinya yang sangat sering kelelahan oleh pekerjaannya sebagai dokter yang memakan waktu dirumah sakit.

Ia membunyikan tulang pada jari tangan dan pergelangan tangannya serta memutar kepalanya untuk mengusir rasa lelah yang mengikutinya sejak dirinya tertidur dibangsal rumah sakit. Helaan napas ia buang dan dirinya memfokuskan diri pada dokumen-dokumen yang berada di atas mejanya.

Dering telepon mengalihkan seluruh atensinya kearah ponsel pintar miliknya tang tergeletak disisi meja lainnya. Nama 'Seung Gi Hyung' yang tertulis disana membuat Ji Young menarik napas berat sebelum menggeser icon hijau itu.

"Waeyo, Hyung?" Tanya Ji Young sembari tangannya mencentang satu persatu tabel diatas permukaan kertas.

"..."

"Membantumu diruang operasi? Memangnya Seung Ri kemana?" Tanya Ji Young bingung. Setahunya, Seung Gi lebih sering mengandalkan Seung Ri sebagai asisten diruang operasi.

"..."

"Baiklah, aku segera kesana," Sahutnya.

Dengan berat hati, ia melangkahkan kakinya ke luar dari ruangannya menuju ruang operasi.

***

"Wawancara penerimaan kerja?" Tanya Ji Young disela dirinya melepas pakaian operasinya.

"Eoh, kau bisa membantuku, Hyung?" Tanya Choi Min Ho dengan wajah memelasnya.

Ji Young mengerucutkan bibirnya sedikit seraya berpikir keras. "Kapan? Besok aku punya jadwal operasi," Jawabnya. Min Ho akhirnya bisa menghela napas lega mendengar jawaban dari Ji Young.

"Dua hari lagi, Hyung."

Ji Young mengangguk mengerti. Ia membasuh tangannya di wastafel yang dipasang didinding serta membasuh wajahnya dengan sedikit kasar. 

"Hyung, kau tahu?Aku dengar, ada satu calon yang paling bertalenta dan melamar kerja disini." Min Ho kembali berceloteh meskipun ia tahu Ji Young tak terlalu mendengarkan dirinya.

"Kalau tidak salah, namanya Kim Taeyeon."

Seketika, Ji Young yang sedang meneguk sebotol air terbatuk hingga tenggorokannya terasa perih bukan main. Min Ho menepuk punggung Ji Young karena terkejut Ji Young tiba-tiba saja terbatuk.

"Min Ho-yaa," Panggil Ji Young dengan nada rendah.

"Nama Kim Taeyon, bukan hanya satu saja, bukan?" Tanya Ji Young, a menatap intens Min Ho berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Min ho yang ditatap hanya bisa menganggukkan kepalanya dua kali karena sungguh, ia tidak mengerti dengan ucapan Ji Young sekarang. Ia kembali menepuk punggung Ji Young sebagai usaha menenangkan yang lebih tua.

"Kau mengenalnya, Hyung? Si Kim Taeyeon?" Tanya Min Ho yang ternyata penasaran akan alasan Ji Young terbatuk hanya karena mendengar nama Taeyeon disebut.

"Aniyo, aku tak mengenalnya."

Ji Young segera berjalan menjauh, meninggalkan beribu pertanyaan dikepala Min Ho.










To Be Continue...

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang