Aku Cemburu.

1 1 2
                                    

Saat seperti ini seharusnya aku yang di temani karena dia adalah suamiku. Namun, dia malah tidak perduli kepadaku.

Aku terbaring di ranjang rumah sakit sejak sepekan lalu. Namun, suamiku tak ada niatan untuk menjengukku. Miris memang! Namun inilah kenyataan yang aku hadapi sekarang.

Perkenalkan namaku Indira, lebih tepatnya Indira putri danuarta. Orang-orang biasa memanggilku Indira atau dira.

Sudah dua hari ini aku dirawat di rumah sakit ini. Bau obat-obatan terasa mencekikku. Aku ngga betah sebenarnya, namun dokter menyuruhku untuk tinggal hingga satu hari lagi. Sakit tipes yang aku alami mengharuskanku dirawat inap.

Aku merasa sangat kesepian, suamiku lebih memilih meluangkan waktu di rumah kekasih hatinya. Ya, dia memang punya hubungan dengan wanita lain sebelum kami menikah. Maklum, kami menikah karena dijodohkan.

Hari-hari aku lalui tanpa hadirnya. Aku terkadang iri, melihat pasangan lain yang terlihat bahagia bersama menikmati waktu luang mereka.

Seperti sekarang, aku berinisiatif untuk jalan-jalan pagi di luar. Tak lupa dengan selang inpus yang selalu aku bawa.

Aku bosen dikamar terus, jadi sekali-kali ini aku mencoba menghirup udara bebas di luar.

Dua sejoli yang aku lihat itu, terlihat sedang duduk di bangku taman. Rumah sakit ini memang luas dan ada sebuah taman yang lumayan besar untuk hanya sekedar menjadi penyegar mata.

Laki-laki itu terlihat membopong si wanita yang terlihat kesusahan berdiri, sebab sepertinya mereka suami istri, melihat si wanita itu sedang mengandung besar. Mungkin mereka sedang menantikan kelahiran buah hati.

Sontak aku memegang perutku. Kapan ya, aku bisa punya anak. Membayangkan saja rasanya mustahil. Mengingat suamiku terlihat enggan menyentuhku. Tidur aja tidak sekamar, eh!

Sedih memang! Tak terasa air mataku membasahi pipi.

Aku kemudian memutuskan untuk duduk dibangku kosong dekat pohon rindang.

Cuacanya tampak begitu cerah dan itu tidak sesuai dengan suasana hatiku saat ini. Rasanya sesak, dia tidak menjengukku bahkan sejak pertama aku masuk ke rumah sakit.

Kelihatannya dia tidak peduli. Memang kenyataannya begitu. Ya sudahlah. Memikirkannya membuatku pusing.

Aku lebih memilih melihat pemandangan sekitar. Banyak tanaman yang tumbuh di sini, mulai dari bunga warna-warni, tanaman kecil hingga pepohonan yang menyejukkan mata.

Namun, ada satu yang berhasil membuatku terkejut.

Seseorang yang baru saja aku pikirkan, tiba-tiba saja ada dihadapanku. Menatapku tajam dan dingin. Tak ada senyuman sama sekali yang menghiasi paras rupawan suamiku.

"Boleh duduk??" Tanyanya membuka suara. Aku pun mengangguk saja dengan mata menatap lekat sosoknya yang jangkung itu.

"Kamu kok kesini?" Tanyaku penasaran. Dia menatapku sekilas.

"Kenapa? Ngga mau aku jengukin? Ngga suka?!" Jawabnya datar dan terkesan dingin.

Aku berusaha untuk mengontrol detak jantungku yang lari marathon.

"B-bukan gitu!?.."

"Aku kesini karena Mama. Beliau yang nyuruh aku jemput kamu?" Dia terlihat mendesah panjang.

"Owh! Yaudah kalo gitu, yuk kita ke ruangan aku. Mau beberes," Dia terlihat menurut saja.

Terlihat keberatan mengikuti ku, namun hari ini dia kayak berbeda. Setelah satu bulan pernikahan, dia dan aku hanya mengobrol seperlunya saja. Dan kali ini, ia terlihat begitu beda aja, atau mungkin karena moodnya lagi baik atau gimana, yang jelas aku sedikit mengulas senyum kecil.

The Beauty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang