'Hati Seorang Wanita '

0 0 0
                                    

Pagi hari adalah waktu yang pas untuk memulai semangat baru dalam bekerja.

Segelas kopi beraroma vanilla latte menjadi pilihannya. Aroma asap yang mengepul di udara, bagai sebuah karya seni bagi Indira.

Hingga sampai setengah kopi yang dihabiskan, membuat Indira tersadar dari lamunannya dan segera kembali ke tempat duduknya untuk bekerja.
Setelah seharian bekerja, Indira akhirnya bisa pulang ke rumah sekarang.

Tak ada yang spesial di rumah, ia hanya perlu masuk ke kamar dan istirahat.

Satu jam di kamar membuat Indira bosan setengah mati. Mau tak mau, ia pun memutuskan untuk keluar kamar.

Di dapur terdengar suara seseorang sedang berbuat sesuatu. Karena penasaran, ia akhirnya melihat ke dapur. Seseorang bertubuh tegap terlihat oleh mata Indira, sosok tinggi itu sedang berkutat dengan segala peralatan yang ada di tangannya.

Ada mixer di tangan kanannya dan sebungkus tepung di tangan kirinya.

Terlihat seperti membuat kue. Entah untuk siapa kue itu dibuat. Yang jelas Indira tak mau ikut campur.

Indira mengambil air dari kulkas lalu berniat pergi, namun baru beberapa langkah, seseorang memanggilnya.

Mau tak mau pun Indira berhenti melangkah dan membalikkan badannya.

"pfffttt,, Hua ha hahaha....!!" Indira tertawa terbahak bahak tanpa sadar.

Radit terlihat cemong dengan sebagian tapung di wajahnya. Radit bingung, Indira ini kenapa?? Pikirnya.

"Mas, kamu yang benar aja!?" Komen Indira kemudian.

Indira berjalan mendekati Radit dan mengambil tisu untuk membantu Radit membersihkan muka.

Radit terlihat menegang dengan perhatian kecil Indira. Seperti terhipnotis, Indira menatap setiap inci wajah Radit, lalu mulai mengelap wajah Radit dengan lembut.

Sejenak keduanya terdiam, dengan posisi wajah keduanya yang berdekatan.

Beberapa saat kemudian, Indira tersadar akan tingkah lakunya dan segera mengambil jarak aman.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan detak jantungnya. Rasanya, jantungnya itu terasa habis lari marathon.

Radit memalingkan mukanya ke arah lain.

"Bantu aku buat kue. Kamu bisa kan??" Radit berkata demikian.

Indira hanya mengangguk lalu mulai membuat adonan kue. Setelah jadi, Indira memasukkan adonan yang sudah jadi ke oven. Sekarang tinggal menunggu kue selesai di oven.

Keduanya duduk sambil sibuk dengan dunianya. Radit mengecek ponselnya, sementara Indira meminum air putih yang sempat dianggurkan olehnya.

"Kamu tinggal nunggu aja, entar setelah mateng ovennya akan mati sendiri." Kata Indira sambil berdiri dari duduknya.

"Hari ini Vanya Ulang Tahun," Mendengar pernyataan Radit, Indira yang akan menaruh gelas kosong terdiam sejenak.

"Jadi, Aku berencana ngasih surprise ke dia. Ini salah satu kado dariku untuknya!" Lanjut Radit kemudian.

Indira hanya mendengarkan dan mulai menaruh gelas tersebut karena tadi sempat terhenti.

"Owh." Indira hanya menanggapi ucapan Radit dengan singkat.

Kata-kata Radit seolah-olah sangat peduli dengan kekasihnya itu. Dan itu ternyata mampu melukai seorang Indira. Namun Indira juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Dengan langkah cepat, Indira pergi dari hadapan Radit. Sebelum Radit kembali berbicara dengan ungkapan yang membuatnya sakit hati. Sesampainya di balkon kamar, Indira melamun sambil menatap ke langit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Beauty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang