Ingin Berharap.

0 0 0
                                    

Pagi ini adalah saatnya untuk pulang kerumah. Aku tak tahu sejak kapan Mas Radit udah tidur di sofa.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dan aku pun berniat untuk pergi ke kamar kecil.

Setelah selesai dengan urusan pribadiku, aku kembali lagi ke ranjang. Dan saat melihat ke arah sofa, Mas Radit udah tidak ada.

Detik itu juga, seseorang mengetuk pintu.

"Masuk?!"

Suster itu berjalan mendekatiku tak lupa dengan wajah senangnya.

"Selamat ya mbak, mbak sekarang udah bener-bener sehat dan dibolehkan untuk pulang. Selang inpusnya dicabut dulu ya mbak?" Kata Suster itu dengan lembut. Aku hanya mengangguk senang dan menurut saja. Ketika selang itu dijabut, aku merasakan perih di punggung tangan bekas selang inpus.

" Kalo begitu saya permisi dulu." pamit suster sesaat setelah Mas Radit datang.

Aku menatap wajah bersihnya. Mas Radit ini wajahnya bersih, jadi seger aja gitu untuk dipandang, hehe.

Aku hanya bisa menatap lekat Mas Radit. Ia pun terlihat menatap wajahku datar.

" Kamu mau pulang sekarang??" Tawar Mas Radit kemudian.

Aku mengangguk antusias lalu mulai turun dari ranjang dan membawa tas yang udah aku packing dari tadi.

Mas Radit tampak berdiri dan berjalan keluar ruangan, aku pun berjalan di belakangnya.

Sesampainya di parkiran mobil, aku dan Mas Radit memasuki mobil. Ketika aku mau masuk Mas Radit memanggilku.

"Duduk di depan! Kamu pikir aku sopir?" Nadanya terkesan menyebalkan, namun tetap saja aku turuti.

Aku pun duduk disampingnya. Setelah itu mobil pun berjalan membelah jalanan raya yang tidak terlalu ramai.

Lima belas menit berkendara, akhirnya kami sampai juga di rumah.
Rumah yang selama ini aku rindukan.

"Akhirnya pulang juga ke rumah!" Senangku setelah turun dari mobil.

Mas Radit terlihat menenteng tas bawaanku memasuki rumah. Aku pun mengikutinya dari belakang.

...

"Mas kamu ngga ke kantor?" Tanya ku saat melihat Mas Radit duduk santai di sofa ruang tamu.

Mas Radit terlihat diam saja, ia lebih memilih menatap layar laptopnya ketimbang membalas pertanyaanku. Aku sempat kecewa, udah kembali lagi deh ke sifat semula.

Aku pun tak ambil pusing dan segera berjalan ke taman belakang. Taman kecil yang ada di belakang rumah kami terdapat banyak bunga. Dari mulai anggrek dan mawar, menghiasi pelataran taman ini.

Aku senang dengan suasana ini. Membuatku sejenak merilekskan pikiran.

Saat asyik memandangi bunga, seseorang menepuk bahuku. Sontak aku kaget.

Mas Radit tanpa wajah bersalahnya, menatap ku seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Kenapa?" Tanya ku pelan.

"Ayok sarapan?" Ajaknya tiba-tiba.

"Eh?!"

"Aku dah pesen tadi." katanya lagi sambil berjalan masuk rumah.

Akupun berusaha mencerna Semua perkataannya. Sebab sebelumnya ia tak seperti ini. Mau sarapan atau makan malam tak pernah ajak-ajak, tapi sekarang?!

Aku pun berjalan ke arah dapur, laper juga.

Terlihat hamburger tersaji rapi disana. Mas Radit juga terlihat menikmati roti isi itu dengan menatap layar kaca laptopnya, entah apa yang sedang ia kerjakan.

The Beauty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang