"Lee Jeno dan Mark Lee sialan! Aku akan menendang pantat kalian setelah ini." Sungut seorang laki-laki berparas bak aphrodite yang memiliki tinggi badan 170cm, dengan lip piercing menghiasi bibir kissablenya.
"Bisa-bisanya ia memberikan gadis perawan kepadaku." Dengan perasaan masih kesal, laki-laki itu menendang pintu bercat coklat membuat dua orang yang dipanggil Jeno dan Mark berjengit terkejut padahal keduanya tengah menikmati surga dunia di pagi hari.
"Masih terlalu pagi Huang Renjun." Geram Jeno karena kegiatan menanam benihnya diganggu oleh temannya.
Renjun dengan dagu terangkat dan mimik wajah sinis menatap jijik kepada Jeno dan Mark tak lupa dengan seorang jalang masih menjilat kejantanan yang mengeras itu secara bergantian.
"Pergi, aku ada urusan dengan kedua Lee yang brengsek itu. Jika kau tidak menurut, aku bisa mengikat tubuhmu lalu ku arak menggunakan lamborghini kesayanganku agar seluruh isi tubuhmu tercecer di jalan." Perintah Renjun dengan ancaman yang tentu saja bukan hanya sekedar ucapan.
Renjun ini sangat kejam jika ia tengah kesal akan sesuatu.
Wanita itu hanya menurut, ia kembali memakai pakaiannya secara asal-asalan dan lari terbirit-birit ke luar dari kamar Lee bersaudara.
Jeno dengan terpaksa memakai kembali celana pendeknya tak lupa decakan sebal dan sebuah gerutuan ke luar dari bibirnya.
Sedangkan Mark lebih memilih diam, menurut.
Mark menuang whiskey di sloki dan meminumnya setelah mengenakan kembali celananya dan duduk dengan tenang di sebuah sofa empuk.
"Kalian tidak ada yang mau menjelaskan sesuatu padaku?" Erang Renjun kesal.
"Baby tenanglah, aku dan Jeno memberikan gadis itu supaya kau bersenang-senang. Setidaknya kau pernah merasakan lubang perawan." Mark bersuara, ia memerintahkan Renjun untuk duduk tepat di sampingnya.
Renjun menurut. Ia duduk di sebelah Mark dan kemudian di susul Jeno.
Saat ini tubuh kecil itu diapit kedua Lee bersaudara.
"Aku tidak membutuhkannya." Gumam Renjun, ia meraih sebotol whiskey dan menenggaknya.
"Aku harus membayar lebih untuk harga keperawanannya." Sungut Renjun kesal.
"Harganya sama dengan jalang yang biasa kau pesan." Jawab Jeno membuat Renjun menoleh dan menatapnya tajam.
"Sudah kukatakan, aku menghargai keperawanannya yang telah ku bobol."
Jeno mengatupkan kedua bibirnya, Renjun sangat menakutkan. Jika tatapan tajam Renjun adalah pisau sudah dipastikan tubuh atletis milik Jeno tidak ada bedanya dengan daging potong segar yang digantung di pasar.
"Sudah, sudah." Lerai Mark, menengahi pertengkaran adiknya dengan Renjun.
Renjun membuang muka meski masih mempertahankan wajah bengisnya.
"Oh iya, aku baru tahu rupanya kalian suka berbagi." Lirik Renjun kepada Mark dan Jeno, ia tengah memulai sindirannya.
"Dan apa itu? Menjilat hampir seluruh tubuh. Dia anjingkah?" Sinis Renjun.
Memang betul sebelum wanita itu mengulum kejantanan milik Jeno dan Mark ia terlebih dahulu menjilat abs milik Jeno dan Mark secara bergantian.
"Aku rasa aku mengenalnya. Arin? Mahasiwi jurusan hukum. Iya kan? Aku tidak tahu moralnya begitu rendah." Renjun masih berlanjut membuka mulutnya dengan berbagai untaian kata yang sangat pedas.
Mark dan Jeno meletakkan whiskey dan sloki di atas meja. Lalu menatap Renjun dengan tatapan jengah.
"Baby, pagi ini kau sangat berisik." Bisik Mark dengan satu kuasanya mulai menjelajah di tubuh sintal milik Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Fall | Jaeren ✔️
Short Story[COMPLETED] Apa kalian tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang menganggap kita hanya pengganti kekasihnya?