Renjun menatap jendela kamarnya, di luar sana hujan tengah turun membasahi bumi.
Tangannya mendorong pintu kaca itu yang mengarahkan ke sebuah beranda lantai dua, ia ingin menikmati dinginnya malam hari di kala hujan.
Ditemani sebatang rokok di tangan kanannya dan sebotol smirnoff di tangan kirinya.
Renjun memiliki banyak minuman beralkohol di keranjang pendingin khusus yang tersimpan di bawah tempat tidurnya.
Renjun bersandar di pembatas besi menghadap ke dalam, tak sengaja tatapannya terpaku pada sosok yang tengah sibuk di ruangan yang telah dikatakan bahwa Renjun tidak memiliki akses ke dalam sana.
Kamar Jaehyun dan Renjun bersebelahan, dan jaraknya tidak jauh. Renjun dapat langsung melompat jika ia ingin untuk langsung sampai di beranda kamar milik Jaehyun.
Sosok yang sangat dikenal Renjun itu tengah menatap dan mengusap sebuah bingkai foto berukuran 3R.
Memori yang akan selalu terkenang tercipta disebuah selembar kertas diabadikan dengan sebuah kamera.
Itu potret Jaehyun bersama Winwin.
Tatapan Renjun kembali pada raut datarnya.
'Menyedihkan.' Sindir Renjun entah untuknya atau Jaehyun.
Yang jelas sebatang rokok marlboro dan sebotol smirnoff tidak akan cukup untuk menemani Renjun di malam dingin kali ini.
Renjun berbalik membelakangi kamarnya dan menatap hamparan pamandangan malam memanjakan matanya, meski langit gelap, tak berbintang.
Hidupnya sudah biasa dengan gelapnya malam bahkan menyatu hingga rasanya Renjun tidak dapat menemukan bayangannya di kala malam.
Jaehyun di dalam ruangannya kembali menyimpan figura setelah melepas fotonya di sebuah kotak yang berukuran cukup besar.
Pandangannya tak sengaja menatap Renjun yang sedang berdiam diri di beranda, sebuah asap berwarna putih dihembuskan oleh Renjun.
Jaehyun akhir-akhir ini tahu bahwa Renjun selalu menyempatkan diri untuk minum alkohol dan merokok di kala senggang.
'Mencoba untuk membunuh dirimu secara perlahan.'
Tapi aneh, saat berciuman kemarin Jaehyun tidak merasakan adanya bau tembakau dari mulut Renjun. Atau mungkin karena es krim vanilla mendominasi?
Seketika, bayangan tentang begitu lembut dan kenyalnya bibir Renjun kembali hadir dalam ingatannya.
Jaehyun menggelengkan kepalanya agar segera mengenyahkan pikiran liar itu. Setelah menutup kotak kertas itu, Jaehyun berdiri di pintu kaca yang hanya tertutup tirai putih.
Tidak banyak yang ia lakukan.
Hanya menatap Renjun dalam diamnya.
Andai saja ia lebih berani, maka dirinya akan menghampiri Renjun dan menemaninya. Meski berbagai macam bentuk penolakan dilayangkan oleh Renjun, Jaehyun tidak peduli.
Itupun jika Renjun mengomel dan akan lebih baik mendengar omelannya, karena pada kenyataannya Renjun terlihat tidak tertarik untuk menanggapi kehadiran Jaehyun di sisinya.
'Renjun....' Manik tajam itu menyorot dengan tatapan sendu. Tidak ada yang dapat ia lakukan. Keduanya memiliki ego yang begitu tinggi sehingga dinding pagar pembatas semakin menebal.
□
Suntuk, itu yang dirasa Jaehyun dan semilir angin yang menerpa membuatnya terkantuk. Meski suara bising dari alat pembangunan terdengar .
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Fall | Jaeren ✔️
Short Story[COMPLETED] Apa kalian tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang menganggap kita hanya pengganti kekasihnya?