#O6.

69 17 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Disinilah sekarang Jisung bersama sang ayah tengah menatap sendu dua batu nisan yang bertuliskan nama orang yang mereka sayang.

Sang ayah berjalan pelan ke makam sang istri, dielusnya batu nisan bertuliskan nama 'Nami' disana.

Sang ayah melirik Jisung yang masih berdiri, "Sung, duduk disamping adek sana." suruh nya.

Pemuda kelahiran september ini menoleh ke samping makam ibu nya, disana tempat peristirahatan terakhir seorang perempuan cantik yang bertuliskan nama 'Runa'.

Jisung menghela nafas pelan, ia kemudian berjalan ke makam sang adek.

Tatapan kedua nya berbeda. Sang ayah yang begitu kehilangan, kesedihan, dan kemarahan menjadi satu, tatapan yang sulit di lupakan kenangan pahit dimasa lalu.

Sementara anak nya Han Jisung, hanya menatap biasa pada kedua makam yang bersampingan ini.

"Abang kaya rasa aneh, pah." Celetuk Jisung memecahkan kesunyian.

Sang ayah yang semula menatap sendu makam istri dan anak nya, beralih menatap Jisung yang juga melihat nya secara datar.

"Aneh kenapa?" Tanya nya lembut.

"Kaya ga kenal mereka..." Jisung menatap makam kedua nya secara bergantian, dan kalimat itu sukses membuat sang ayah tersenyum getir, ia memakluminya perubahan sikap dari anak lelaki satu-satunya.

"Bukan gitu, tapi maksud nya-- eum.. kenapa abang sampai lupa wajah mamah sama adek?" Kata Jisung meralat ucapannya begitu melihat perubahan wajah ayah dari dua anak ini.

Sang ayah diam, ia masih mendengar ocehan Jisung yang terus menanyakan ini berulang-ulang kali.

"Papah pernah bilang tiga tahun lalu Runa yang mati, baru mamah setahun lalu. Waktu singkat kaya gitu, kenapa sampai lupa?"

Ayah dari dua anak ini kembali tersenyum memaklumi, masa lalu pahit itu kembali terputar bak film jadul di otak ayah Jisung, dimana ia sudah kehilangan dua orang yang disayang dan anak sulung nya--.

"Kan udah papah bilang, setahun lalu kepala kamu kejedot tiang listrik gara-gara kamu sama Hyunjin nyuri jambu tetangga." balas nya, sang ayah bangkit membersihkan celana jeans abu, lalu menghampiri Jisung yang termenung menatap makam sang adek.

"Ayo pulang, hari nya mau hujan." Ajak papah. Jisung mengangguk, ia pun bangkit membersihkan celana hitam nya.

Papah Jisung menghampiri sebentar makan anak perempuan nya, dielusnya pelan batu nisan itu.

"Runa, papah sama kakak pulang dulu. di sana pinter-pinter kamu sama mamah." Kata ayah lembut.

Jisung ikut diam, ia menatap batu nisan Runa yang sama sekali ia tidak ingat wajah sang adek yang lebih muda dari nya dua tahun itu. Tahun ini Jisung sudah kuliah dan Runa pasti sudah lulus dari sekolah nya.

 [1] Another Me HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang