02: Sebuah tawaran

40 3 0
                                    

"Berkunjunglah ke jantungku bukan sebagai tamu, tetapi sebagai pemilik rumah, sebab di sana kau yang akan tinggal selamanya."


__________

Tok.. Tok.. Tok...

        Indira membuka knop pintu, ia tahu jika kedua temannya itu akan pulang di jam 7 kurang. Restoran akan buka dari jam 11 pagi hingga jam 6 malam saja, kecuali pada malam minggu, akan free 24 jam. Beruntungnya Dira mendapatkan shift sore karena hanya bekerja 3 jam saja. Naya adalah seorang koki, sedangkan Asya bekerja sebagai pegawai kantor. Hanya nasib Dira yang sedikit sial, ia hanya menjadi seorang pelayan, walaupun di sebuah restoran besar.

       Setelah membuka pintu, Dira langsung berbalik badan dan pergi balkon apartemen, ia sangat tidak ingin diganggu. Pikirannya hari ini benar-benar kacau.

       "Dir, kamu dipecat Pak Xavier?" tanya Naya tak percaya.

       "Ha? Kok bisa?" sahut Asya menimpali pertanyaan Naya.

       "Ssstt! Bisa diem gak, aku lagi butuh healing." jawab Dira ketus.

       Asya memutar bola matanya saat mendengar perkataan healing yang keluar dari bibir mungil Dira. Asya mengerti jika Pak Xavier memang seperti itu, jadi Asya tidak heran dengan kejadian itu. Xavier memang kerap akan memecat pekerjanya yang berbuat kesalahan sedikit saja. Sebenarnya Asya tau itu, tapi Asya hanya kaget, karena Dira sebenarnya adalah pekerja yang paling disukai oleh Pak Xavier karena pekerjaannya yang telaten dan bagus.

       "Pasti kamu dipecat karena kesalahan besar, makanya Pak Xavier rela mecat kamu. Jelas dia lebih sayang restoran mahalnya dibandingkan kamu." kata Asya, lalu diakhir kalimat, ia terkekeh.

       "Dih! Sotoy banget. Kamu gatau sih Pak Xavier gimana." sahut Dira tak terima.

       "Asya emang tau gitu loh, kan anaknya mbah dukun." jawab Asya, membuat Dira makin kesal dengan perkataannya itu.

       "Udah-udah. Kok berdebat sih, yaudah kita keluar dulu cari makan, aku laper banget." lerai Naya.

       Dira dan Asya mengangguk cepat.

       Lalu, mereka bersiap-siap, Naya dan Asya mandi di malam hari karena tubuh mereka letih dan lelah. Ketiga teman itu sangat cantik, membuat siapa saja tak berkedip, namun tak dipungkiri lagi, hanya lelaki tulus yang bisa menilai mereka. Karena di negara mereka, cantik bukanlah sebuah hal untuk membuat suka, namun sifat dan juga pemikiran yang leluasa.

 Karena di negara mereka, cantik bukanlah sebuah hal untuk membuat suka, namun sifat dan juga pemikiran yang leluasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang