04: Munculnya Rino

30 2 0
                                    

"Dasar cinta yang paling tulus ialah mengikhlaskan, bahwa kamu dan dia tidak akan bisa bersama walaupun kalian saling mencintai satu sama lain."

__________

Sebelum baca part ini, jangan lupa vote dulu part sebelumnya. Jgn lupa follow author yaaaa...

Selamat membaca

__________

        Setelah kejadian itu, Dira terus membeku. Ia sekarang masuk ke dalam kamarnya dan melihat Naya dan Asya sedang menonton televisi disana. Wanita itu masuk dan menutup knop pintu, ia melemparkan tasnya ke arah asal. Lalu pandangan matanya menjadi kosong.

       Asya mulai melambaikan tangannya ke arah Dira.

       "Hei, Dira. Kamu kenapa?" tanya Asya bingung.

       Dira tidak biasanya membeku seperti ini, ia masih linglung karena kejadian tadi benar-benar membuatnya sangat kaku sekali. Ia tak tahu harus berkata apa saat itu adalah ciuman pertamanya, dan orang yang menciumnya malah orang yang ia benci.

       "Kenapa? Kesambet?" timpal Naya yang saat itu masih tak mengerti.

       Dira menatap kedua temannya itu, ia menyentuh bibirnya sendiri, lalu menatap kedua temannya secara bergantian.

       Asya menutup mulutnya. "Really? Sama siapa?" tanya Asya kepo.

       "Alden." jawab Dira singkat.

       "What?!" teriak Asya histeris.

       "Ha, serius?" kali ini Naya baru mengerti mengapa Dira terus saja diam. Karena malam itu benar-benar membuat spot jantung.

       "Aku udah gak suci." ucap Dira polos.

       Naya dan Asya saling bertatapan, lalu mereka saling tertawa hingga terbahak-bahak. Bahkan, Asya memukul Naya dengan bantal yang ada disampingnya.

       "Gak lucu deh!" sebal Dira.

       "Polos banget kamu, Dir." sahut Asya memberitahu Dira.

       "Polos? Emangnya kalian udah pernah ciuman apa?" tanya Dira kepo.

       "Several times." jawab Asya dengan enteng, menyatakan bahwa memang dia sudah berkali-kali melakukan itu.

       Dira membelalakkan matanya, ternyata selama ini Dira memang benar-benar polos sekali. Ia pikir ciuman membuatnya sudah tidak suci, tapi memang nyatanya begitu. Dira mendengus kesal, lalu ia pergi mandi dan mengganti pakaiannya.

       Malam ini dira benar-benar lelah, ia tak ingin diganggu. Pikirannya terus terusik dengan kedatangan Alden. Lelaki itu memang tidak waras, ia bisa melakukan apa saja yang ia ingin.

       Dira duduk di balkon kamarnya, lalu memandangi awan dan langit yang warnanya memiliki perpaduan indah.

       "Brengsek banget, Alden." lirih Dira yang tiba-tiba saja sangat membenci lelaki itu.

Alden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang