🧚‍♀️(Bonus 1) Blind Date🧚‍♂️

456 77 68
                                    

🦋

"Hah? Seriously?!"

Seulgi kelihatan syok bukan main setelah mendengar penuturanku yang belum pernah berkencan. Hey, lagian apa pentingnya berkencan? Aku masih ingin menikmati waktu sendiri dan kebebasanku. Di sisi lain, aku juga sibuk dengan urusan pekerjaan sampai tidak memikirkan laki-laki atau masalah percintaan. Bagiku, urusan cinta nantinya akan datang sendiri, jadi aku lebih memfokuskan diri pada karir. Kebetulan, profesi yang sedang ku jalani saat ini terbilang cukup bagus karena gaji dan bonusnya lumayan.

"Yaaa bagaimana bisa kau sudah berumur 30 tahun belum pernah berkencan sekali pun?" Seulgi berujar lagi tanpa menghilangkan tatapan syoknya membuatku memutar bola mata jengah. Oh, ayolah.... Seulgi terlalu melebih-lebihkan dalam segala hal.

"Yaaa lalu apa pentingnya? Kalau saatnya aku menikah, ya aku menikah. Kalau belum saatnya menikah, ya belum menikah. Lagipula masalah berkencan, tidak ada dalam pikiranku." balasku sembari menatap lurus ke arah etalase yang terpajang cupcake yang cantik dan terlihat enak. Lalu, aku bangkit berdiri, "Aku ingin cheesecake, kau?"

Seulgi mengangguk, "Eo, nado."

Aku pun berjalan ke arah etalase itu. Melihat-lihat cupcake yang lebih terfokus pada cheesecake serta macaroon. Aku pun memesannya; dua cheesecake, satu red velvet cake, dan tiga buah macaroon strawberry. Makanan manis adalah kesukaanku. Setelah itu aku kembali ke meja, duduk dihadapan Seulgi lagi yang tadinya sedang mengecek ponsel lalu menunjukkan sesuatu padaku.

"Mau ku kenalkan pada laki-laki ini?" Seulgi kelihatan menggebu sekali ingin membuatku berkencan.

Aku menggeleng bahkan tanpa melihat foto di layar ponsel yang ditunjukkan Seulgi, "Yaaa kau ingin menjodohkan ku dengan teman-teman pria mu, begitu?"

Seulgi mengangguk lalu semakin mendekatkan layar ke depan wajahku, "Pabwa (lihat)! Bukankah dia tampan? Pabwa!"

Sahabatku itu terus memaksa membuatku akhirnya melihat foto seorang laki-laki berkulit putih pucat yang terpampang di layar ponsel. Laki-laki itu juga kelihatan tersenyum. Senyumannya manis sekali.

"Dia juga dari kota yang sama denganmu. Daegu." Ujar Seulgi memberitahu, tapi itu tidak cukup menjadikan alasanku ingin berkenalan dengan laki-laki itu. Aku menggeleng lagi, "Sirheo. Aku sudah bilang tidak mau berkencan dengan siapapun. Aku tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal itu. Lagipula masih banyak pekerjaan yang harus ku urus."

"Yaaa!" Seulgi memprotes, "Berkenalan dengan seorang laki-laki bukan berarti kau akan berkencan dengannya. Yah, kenalan saja. Kalau tidak cocok, kau bisa berteman. Kalau cocok, kau bisa berkencan. It's so simple."

Tak lama, cupcake pesanan ku datang di antar oleh seorang laki-laki yang bekerja paruh waktu sebagai pelayan di cafe ini. Dia menaruh beberapa piring berisi cupcake ke atas meja dengan sopan, "Silakan dinikmati, nona-nona yang sudah dua jam mengobrol di sini. Apa kalian tidak lelah?"

 Apa kalian tidak lelah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang