28 - MENYAKITKAN

49.1K 4.2K 161
                                    

Azgar melangkahkan kakinya menuruni tangga. Matanya menyorot menatap ke arah Ale yang kini tengah menatapnya dengan tajam. Dengan gerakan cepatnya, Ale melangkahkan kakinya menuju Azgar. Meraih kerah baju Azgar dan menggenggamnya kencang.

"Apa yang lo lakuin ke Gerald?!!!" sentak Ale. Rahang lelaki itu mengeras. Tangannya menggenggam kerah baju Azgar dengan kencang. Wajah merahnya menyiratkan kemarahan.

Azgar terkekeh meremehkan, "Kenapa? Dia mati?" tanyanya dengan nada tengil yang semakin membuat Ale marah tak tertahankan.

*BUGH*

Satu pukulan di pipi kanan Azgar melayang dari tangan kakak kandungnya. Ale tak terima kaki tangan Calextro generasi pertama sekaligus temannya diinjak-injak harga dirinya oleh Azgar. Azgar tertawa kencang. Memegangi pipinya yang tak terasa ngilu sedikit pun. Tangannya kini meraih kerah baju Ale. Keduanya begitu tersulut emosi.

"LO TANYA SAMA ANAK BUAH LO!! BECUS GAK JAGA CALEXTRO?!!" teriak Azgar, urat lehernya kini terlihat. Tangannya sudah siap untuk menghajar Ale. Namun lelaki itu mengurungkan niatnya. Ia melepas cengkraman tangan Ale di kerah bajunya.

"LO TOLOL!!! NGAPAIN LO MASIH PERCAYA SAMA PENGKHIANAT?!!" bentak Azgar dengan jari telunjuk yang kini menunjuk ke arah Ale.

Ale mengerutkan keningnya bingung. Tak mengerti dengan perkataan yang adiknya sampaikan. Sebulanan ini memang Ale disibukan dengan proyek bisnis club malamnya di luar kota. Ale meraih lengan Azgar yang kini berlalu dari hadapannya.

"Apa maksud lo?" tanya Ale dengan mata memicing tajam. Ia butuh penjelasan. Dari awal, hingga akhir.

Azgar memberikan seringainya, genggaman Ale yang berada di lengannya Ia hempaskan dengan keras. Kakinya kini melangkah ke arah sofa. Dan mendudukkan dirinya di sana.

"Gerald, dia sekongkol sama Enrico. Dia bawa Bondot, juga Topo. Selama ini lo terlalu percaya sama dia, Bang. Semua berkas Calextro back upnya pun lo kasih ke dia. Bahkan uang iuran anak-anak generasi pertama, juga lo percayain ke dia" tutur Azgar dengan tangan yang mengepal.

Azgar menghela napas, "Agam sama Axel. Mereka yang nyelidikin semuanya. Barang bukti yang mereka punya hilang. Pelakunya Bondot tap..." belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ale menyelanya dengan teriakan kencang.

Ale menggeleng tak percaya, Ia terkekeh tak terima. "Gak!! Gak mungkin!! Dia temen gue Gar, lo tau kan? Calextro yang bentuk itu gue sama Gerald!! Lo tau kan Gar?!!"

"Gak mungkin Gerald ngelakuin itu ke gue tanpa alasan, Gar!!!" teriak Ale tak terima. Azgar menghela napasnya. Ia sudah menduga sejak awal mengetahui bahwa akan sulit diterima oleh Ale bahwa pelakunya adalah Gerald.

Ale dan Gerald, keduanya telah berteman sejak menduduki Sekolah Dasar. Bermula saat Gerald tengah diolok-olok karena hanya memiliki seorang Ibu penjual roti di kantin sekolah tanpa memiliki sesosok Ayah.

Kejadian itu terjadi saat Ale dan Gerald menginjakan kakinya di kelas lima Sekolah Dasar. Gerald yang saat itu dirundung oleh beberapa siswa kelas enam di toilet sekolah, Ale yang tak sengaja ingin buang air kecil pun mau tak mau harus menelusup masuk. Betapa terkejutnya Ale saat itu, Gerald dengan seragam merah putih yang telah basah kuyup. Dan menangis dengan sejadi-jadinya membuat Ale dengan cepat mendorong tiga siswa kelas enam dengan tenaga kecilnya. Penyelamatan Gerald oleh Ale, membuat keduanya memutuskan untuk berteman. Hingga detik ini. Bahkan Ale menganggap Gerald adalah saudara kandungnya, begitu pula dengan Gerald.

Ale menjambak rambutnya frustasi. Berteriak kencang meluapkan segala peningnya isi kepalanya saat ini. Bagaimana bisa sosok yang Ia anggap sebagai saudara kandung mengkhianatinya?

AZGARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang