2. Perkenalan Alina dan Winda

7 1 0
                                    

Winda dan Bimo duduk di sebuah bangku yang saling berhadapan. Mereka memutuskan untuk makan di salah satu restaurant di mall. Mereka berdua memesan bakso dan minuman dingin. Kini mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka datang. Winda bermain HP, sementara Bimo terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Bimo mencolek tangan Winda dan langsung membuat Winda tersadar. "Iya, Bim?. Kenapa?." Tanya Winda.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu, Win." Bimo memasang mimik wajah seriusnya.

"Bilang aja, Bim. Ada apa?." Winda meletakkan HP-nya dan menatap Bimo dengan mengeryitkan keningnya. Ia seperti merasa ada hal penting yang akan Bimo sampaikan padanya.

"Aku sebenernya tentara. Bukan baru daftar jadi tentara, Win. Maaf selama ini bohong sama kamu." Ucap Bimo dengan nada berat. Ia menghela napas beratnya.

Seperti waktu yang berhenti. Winda kaget bukan main. Selama ini Bimo membohonginya dengan berkata bahwa ia baru akan mendaftar menjadi tentara. Entah apa yang ingin Bimo rencanakan padanya hingga harus berbohong pada awal perkenalan mereka.

"Kamu kenapa berbohong?." Nada bicara Winda mulai kesal.

"Aku cuma mau tahu aja sejauh mana kamu terima aku. Maaf kalau kamu merasa kesal dan tertipu." Bimo merasa bersalah atas keputusannya berbohong di awal perkenalannya dengan Winda.

"Oke.." Winda menghela napas sebelum ia melanjutkan kalimatnya, "Oke. Kali ini aku maafin kamu. Tapi ke depannya kamu harus jujur ya." Winda memutar bola matanya dan menyandarkan punggungya ke bangku.

"Aku bener-bener minta maaf. Iya aku janji sama kamu, Win." Bimo menghela napas lega. Ia mengacak-acak rambutnya, terlihat sangat menyesal.

"Tapi, kenapa kamu harus bohong sih?."

"Karena aku cuma mau tahu kamu tetap terima aku waktu nganggur dan belum punya kerjaan, soalnya aku bilang ke kamu kalau aku masih mau daftar tentara jadi aku belum ada pekerjaan sebelumnya. Tapi ternyata kamu terima aku apa adanya sampai akhirnya aku jujur sekarang." Bola mata Bimo yang tadinya menatap ke bawah saat berbicara perlahan menatap kedua mata Winda.

"Aku selalu berkenalan sama laki-laki yang jujur dan apa adanya. Baru kali ini aku dibohongi apalagi di awal perkenalan kita." Aku Winda.

"Maaf ya. Aku nggak akan ulangin lagi." Bimo tersenyum kaku.

"Iya, buktiin aja ya." Ucap Winda singkat.

*****

Beberapa minggu setelah itu perlakuan Bimo pada Winda semakin dekat, hingga mereka sering berpergian berdua setelah pulang kuliah. Hingga pada suatu sore Alina pergi ke rumah Winda karena hari itu Winda meminta Alina menemaninya di rumah karena sedang tidak ada orang di rumahnya dan pada hari itu sedang libur tanggal merah.

"Winda." Panggil Alina dari depan pagar rumahnya.

"Iya, iya. Tunggu, Lin." Sahut Winda dari dalam rumah.

Winda langsung keluar dari rumah dan membukakan pagar rumahnya untuk Alina.

*****

Mereka selalu memasak bersama jika sedang bersama. Ada Bibi Ijah sebagai asisten rumah tangga Winda, tapi jika ada Alina maka bi Ijah bisa santai karena Alina dan Winda pasti masak makanan.  Sore itu Alina dan Winda memasak ayam kentaki dan sayur kangkung tumis. Di sela-sela memasak, Alina dan Winda pasti bercanda bersama ataupun saling bercerita satu sama lain.

"Win, gimana lo sama Bimo?. Keliatannya makin deket aja. Gue liat lo sama dia di Instagram mulai foto-foto berdua tuh." Alina bertanya dengan santai sambil menumis kangkung, sementara Winda masih menepungi ayam kentaki mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secercah Harapan Untuk WindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang