04

29.7K 4K 191
                                    

Pelajaran pertama yang Kei dapatkan begitu menginjak usia dewasa adalah, jangan pernah mengandalkan siapa pun. SIAPA PUN! Meskipun dia adalah orang dekat yang dalam dirinya mengalir darah yang sama.

Mama punya seorang kakak yang biasa dia panggil sebagai Bude Ranti. Beliau meninggal ketika Kei baru masuk SMP. Sejak saat itu, putri Bude Ranti yang bernama Dona, dua tahun lebih tua darinya, tinggal bersama mereka. Mama tidak tega kalau sepupu Kei itu harus ikut ayahnya yang sudah menikah lagi.

Ketika Mama menyebutkan kalau Dona adalah satu-satunya ikatan yang tersisa antara beliau dan kakaknya, Kei mengharapkan sesuatu yang sakral atau holy dalam diri Dona. Apalagi jauh sebelum Dona datang, tak henti-hentinya Mama menjanjikan ini dan itu. Bahwa Dona akan menjadi kakak Kei, atau Dona yang siswa berprestasi itu akan banyak membantu Kei dalam belajar. Menjadi teman main, dan sahabat. Dona dan Kei akan memiliki persaudaraan yang indah seperti Mama dan Bude Ranti.

Saat membuka bekal makan siang yang disiapkan Mama dengan sepenuh hati tadi pagi, membuat Kei teringat pada Dona. Pada kejadian saat mereka di SMA. Ketika Kei untuk pertama kalinya mengetahui kalau Dona sering membuang bekalnya di tempat sampah, dan memilih untuk makan siang di kantin bersama gengnya.

Kejadian itu sudah belasan tahun berlalu. Dan Mama tetap tidak tahu.

Kei menatap nanar pada ponselnya ketika notifikasi pesan dari ibunya muncul.

Mama:

Gimana kerjanya Kei? Lancar? Jangan lupa makan ya.

Kei:

Lancar dong Ma. Makasih ya, tuna rica-ricanya nggak pedes. Pas banget sama selera Kei.

Lagian kalau Mama nekat kasih makanan pedes dan Kei mules-mules di kantor kan malu-maluin.

Mama:

Mama kan paham kalau anak mama nggak bisa makan pedes.

Kamu jangan ngaco di kantor baru ya.

Nggak boleh pecicilan.

Nurut sama bosnya.

Kalau dikasih kerjaan jangan ditunda2. Langsung kerjain.

Kalau ditanya jawabnya yang bener. Jangan ogah2an.

Jangan lupa bicara yang sopan. Jangan kasar.

Kamu bawa buku kuliahmu kan? Nggak lupa kan? Mama kuatir kalau kamu nggak bawa buku, nanti kalau bosmu nyuruh ngerjain sesuatu kamu nggak tahu caranya.

Kei ngikik. Memang hanya Mama seorang yang menganggap bekerja seperti ujian di universitas. Dan patokan kejujuran itu sebatas tidak boleh nyontek.

Kei:

Oke siap Mama

Mama:

Jangan lupa

(mama mengetik...)

Kei:

Beres Ma

Mama:

Beres apanya?

Mama nggak jadi ngetik.

Kei:

tapi kei udah tau mama mau bilang apa.

Mama:

emang mama mau bilang apa Kei?

Kei:

hehehe nggak tahu.

Thousand Sheets (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang