TL - 14

1.3K 206 16
                                    

°✥✤✣  Triplet Lee  ✣✤✥°

"Aunt Nana? Dedek bayinya mana?" Tanya Jisung sambil melihat perut Jaemin yang sekarang sudah mengecil. Jaemin tertawa kemudian memangku Jisung.

"Bayinya lagi di rumah kakek sama nenek. Nanti kalau Ji main ke sini lagi, kamu mau nemenin dedeknya, 'kan?" Tanya Jaemin sambil menciumi pipi Jisung.

"Iya! Lele sama Yuno juga bakal ikut nemenin!" Seru Jisung antusias. Dia jadi ingin memiliki adik kecil juga. Tetapi, ia ingin meminta adik yang tidak berisik seperti Juno.

"Aunty, boleh tolong telponin Daddy?" Pinta Jisung tiba-tiba.

"Mau apa, Sayang? Daddy kamu kayaknya lagi kerja sekarang," jawab Jaemin memberitahu.

"Kalau gitu, Papi aja, deh," kata Jisung lagi. Jaemin yang tidak tahu apa yang akan Jisung lakukan pun hanya bisa mengikuti keinginannya. Ia segera menelpon Renjun dan lima menit setelahnya barulah diangkat panggilan darinya.

"Ya? Ada apa, Na?"

"Jisung mau ngomong sesuatu, nih," jawab Jaemin kemudian menyalakan mode loud speaker.

"Papi?" Panggil Jisung.

"Ya, Sayang. Kenapa anak Papi?"

"Papi, kasih Ji adik bayi!" Jisung malah langsung mengutarakan keinginannya tanpa aba-aba. Di sebrang sana, terdengar suara seseorang yang tersedak.

"Bayi? Kenapa?"

"Biar dedeknya Aunt Nana punya temen yang banyak!"

Jaemin tertawa pelan mendengar alasan Jisung. Saat ini, Renjun pasti sedang kelimpungan mencari alasan untuk menolak.

"Loh, Ji, Lele, sama Yuno 'kan bisa jadi temennya dedek? Kenapa Papi harus punya bayi lagi?"

"Beda Papi. Aku, Lele, sama Yuno itu kakaknya dedek, bukan temen."

"Umm... Nanti 'kan ada dedeknya dari Aunt Echan. Ji lupa, ya?"

"Eung?" Jisung memiringkan kepalanya. Matanya berkedip-kedip mendengar pertanyaan Renjun.

"Ji?" Panggil Renjun.

"Ya?"

"Ji boleh punya adik kalau udah masuk sekolah, ya."

"Hah?! Iya?!" Tanya Jisung antusias.

"Iya. Kalau Ji bisa jadi kakak yang baik buat dedek dari Aunt Nana dan Aunt Echan, Papi bakal kasih adik buat Ji," ucap Renjun santai.

"Hore! Makasih, Papi! Ji bakal jadi kakak yang baik!"

"Oke. Ji udah makan belum?"

Bukannya menjawab, Jisung malah melihat ke arah Jaemin. "Kenapa Ji belum makan?" Tanyanya bingung.

"Ji udah lapar?" Tanya Jaemin kembali.

"Hu'um."

"Ya udah, ayo kita ambil dulu makanannya. Say good bye dulu sama Papi."

"Bye, Papi~ Ji mau makan sekarang," ucap Jisung memberitahu.

"Iya, Sayang. Makan yang banyak dan jangan ngerepotin Aunt Nana, ya? Kasihan nanti Aunt Nana kecapekan."

"Iya, Papi. Ji bakal jadi anak baik!"

Jaemin tersenyum kemudian mengambil ponsel yang sudah disodorkan kembali oleh Jisung. "Oke, Njun. Gue tutup telponnya, ya."

"Siap. Titip Ji ya, Na. Bye-bye~"

Jaemin pun memutus sambungan telponnya dan langsung mengambil makanan untuk Jisung. Di tempat Renjun berada, pria manis itu sedang memijat pelipisnya. Dia tidak menyangka Jisung akan kepikiran meminta bayi padanya.

"Sayang, kenapa?" Tanya Jeno khawatir saat melihat suaminya sedang memejamkan mata dan memijat-mijat pelipisnya.

"Gapapa. Hari ini emang harinya Triplet punya banyak keinginan, deh."

"Lele sama Yuno minta apa lagi?" Jeno bertanya sambil melihat kedua anaknya yang sedang tertidur pulas di ranjang yang sengaja Jeno simpan di dalam ruangannya.

"Bukan mereka tapi Ji."

"Ji?"

"Iya, tadi Nana nelpon katanya Ji mau ngobrolin sesuatu. Aku kira apaan ternyata dia minta bayi biar anaknya Nana punya temen," jawab Renjun kemudian menghela napas kecil.

Jeno tertawa kemudian berjongkok di hadapan Renjun. "Terus kamu jawab apa, Sayang?" Tanya Jeno sambil menggenggam tangan sang suami.

"Aku bilang ada anaknya Haechan yang bakal jadi temennya anak Nana. Terus, aku juga bilang Ji bakal dikasih adik kalau dia udah masuk sekolah."

"Kenapa gak diturutin sekarang aja?" Jeno malah bertanya lagi sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Renjun langsung memukul bahu Jeno dengan kencang. "Jangan aneh-aneh! Yang bakal keteteran ngurus 'kan aku, bukan kamu. Apalagi Lele nanti mau beli anak anjing. Kamu gak usah mempersulit keadaan," balasnya kesal. Jeno ini terkadang hanya mau enaknya saja.

"Aduh, aku bercanda doang, ih. Galak banget kamu kayak harimau," kata Jeno sambil mengelus bahunya sendiri.

Renjun menggulirkan bola matanya malas. "Kalau aku itu harimau, udah aku gigit kamu dari dulu."

"Kalau kamu harimau, aku juga gak akan nikah sama kamu kali."

"Berisik, ah. Jen, lapar~" keluh Renjun saat teringat jika mereka ternyata belum makan siang.

"Oh, iya. Aku udah pesen makanan buat kita. Kayaknya udah dianter, deh. Ayo, keluar dulu," ajak Jeno dan menggenggam tangan Renjun keluar dari ruangan kecil tersebut. Sebelum pergi, Renjun membatasi setiap sisi dengan bantal agar Chenle dan Juno tidak jatuh.

"Injun~"

"Napa?" Tanya Renjun tanpa melihat ke arah suaminya.

"Injun~" Panggil Jeno sambil memeluk Renjun dari belakang.

"Apa, sih?"

"Makannya suapin, ya?" Pinta Jeno sambil mengedip-ngedipkan mata. Dagunya ia taruh di bahu Renjun dan menengok ke arah suaminya.

"Gak anak-anaknya, gak Daddy-nya, hari ini banyak permintaan banget. Padahal aku bukan jin pengabul permintaan," jawab Renjun dan berjalan ke arah sofa yang ada. Di belakangnya masih ada Jeno yang setia mengikuti sambil memeluknya erat.

"Aku jarang minta sesuatu loh, Njun?"

"Jangan pura-pura amnesia. Kamu malah sering banyak permintaan banget sama aku. Barusan aja kamu minta keinginan Ji dikabulin, 'kan?"

Jeno malah cengengesan mendengar jawaban Renjun. "Loh, iya. Akunya lupa, Njun."

"Nih makan buruan," ucap Renjun sambil menyodorkan sesendok nasi dengan lauk pada Jeno yang duduk di sebelahnya sambil memeluk dirinya posesif. Dengan senang hati Jeno membuka mulutnya dan menerima suapan dari Renjun.

"Gak tahu kenapa tapi tiap harinya aku makin cinta aja sama kamu, Njun," ucap Jeno tiba-tiba.

"Huft, kamu mau beli apa, Jen?" Tanya Renjun yang sepertinya tidak terpengaruh oleh gombalan yang diberikan Jeno.

"Hehehe ada lego keluaran terbaru. Aku boleh beli, ya?"

"Jen, kamu segabut apa, sih? Kerjaan kok cuma ngerakit lego mulu."

"Ya masa aku mau ngerjain urusan kantor terus, Njun? Ngerakit lego 'kan jadi solusi alternatif buat refreshing. Daripada aku beli mobil? Kamu lebih pilih yang mana hayo?"

"Ya udah, iya. Inget, beli secukupnya aja. Kalau udah selesai rakit, baru boleh beli lagi."

"Yuhuuu! Makasih, Sayang~ Tuh 'kan, aku bilang juga apa. Aku jadi makin cinta sama kamu~ Aaaaa lagi dong makannya~" pintanya sambil mangap-mangap.

Renjun hanya tertawa kecil kemudian menyuapi Jeno kembali. Mereka sibuk bercanda di sela-sela makan siang. Hingga akhirnya terdengar suara tangisan Chenle yang menginterupsi kegiatan keduanya.

°✥✤✣  Triplet Lee  ✣✤✥°

Tuan Lee Jeno mulai lupa umur keknya, padahal anak otw punya 4

-Auva✨

Triplet Lee || NoRen [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang