Bulletproof : Ep.3

0 0 0
                                    

Di sisi lain belahan bumi, Bora dan Seokjin sudah sampai di Distrik Gangdong. Mereka datang dengan menaiki angkutan umum yaitu subway. Dari perhentian subway, mereka harus menaiki taksi untuk bisa sampai di titik pertemuan yang sudah disepakati.

Saat di dalam taksi, Bora hanya menunjukan alamat yang ada di ponselnya dari pesan teks yang dikirim oleh sang klien, tapi syukurlah sopir taksi tersebut langsung mengetahui tujuan yang dimaksud dari alamat itu, lalu kemudian melajukan kendaraannya.

Selama perjalanan, Bora terus berusaha menghubungi sang klien namun nihil, tak sekali pun panggilan suara darinya di jawab. Itu membuat Bora kebingungan. Walau ia tak mengatakan apapun, terlihat jelas di raut wajahnya bahwa ada sebuah kekhawatiran besar yang ia sembunyikan. Namun itu tak membuat Bora putus asa, ia terus menghubungi sang klien dan tak henti-hentinya mengirim pesan teks padanya.

Melihat kecemasan dari raut wajah adiknya itu, Seokjin pun akhirnya mulai membuka suara, “tidak diangkat?” tanyanya pada Bora.

“Ah? Iya. Mungkin beliau sedang sibuk menyiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangan kita nanti,” ucap Bora yang mencoba berpikir positif.

“Kau yakin? Bagaimana kalau sebenarnya orang itu hanya mempermainkan kita?” kata Seokjin.

“Itu tidak mungkin. Aku percaya pada instingku.”

“Perasaanku sedikit tidak enak, sebaiknya tadi kau bawa Jungkook atau Jimin juga.”

“Aku sudah meminta mereka untuk datang nanti.”

“Kapan kau melakukannya? Kau selalu bersamaku sejak tadi tapi aku tidak melihat kau melakukannya.”

“Aku melakukannya. Di stasiun pemberangkatan tadi, aku menelepon Jimin saat aku pergi ke toilet,” jelas Bora.

“Aishh, jadi bahkan kau sendiri sudah ragu sejak saat itu? Kh..,” kata Seokjin terkekeh seraya menyeringai kecil.

“Bukan begitu, itu hanya untuk berjaga-jaga, aku hanya mencoba belajar dari pengalaman sebelumnya.”

"Baiklah anggap saja begitu. Lalu kapan mereka akan datang?”

“Aku bilang pada Jimin, jika dalam waktu 2 jam kita belum kembali, maka mereka harus datang ke sini,” jelas Bora pada Seokjin, “bahkan mungkin mereka sudah dalam perjalanan sekarang. Mereka tidak pernah bisa mempercayaiku,” lanjut Bora.

“Ahh 2 jam itu bahkan terlalu lama, aku tidak yakin aku bisa menjagamu sampai selama itu jika ‘sesuatu’ terjadi, nanti.”

Bora menyeringai mendengar perkataan Seokjin, lalu berkata, “bahkan kau juga tidak mempercayaiku? Itu sangat keterlaluan. ~Kau tidak perlu menjagaku, aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Bora dengan tegas.

15 menit berlalu sejak percakapan itu. Suasananya jadi sedikit canggung karena mereka saling bungkam.

Dengan tatapan mata yang tidak berarah, mata Bora terus menerawang jauh keluar kaca jendela mobil. Tidak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Bora juga sangat cemas, ia tidak ingin kalau sampai kesepakatan bersama kliennya kali ini gagal lagi seperti yang sudah-sudah. Karena ini satu-satunya kesempatan untuk memperbaiki perekonomian Crew yang ia pimpin itu.

Keuangan mereka sedang turun drastis, itu membuat Bora dan para Paman kewalahan untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka harus mencari uang tambahan dengan bekerja di beberapa tempat sekaligus dari pagi hingga malam dengan waktu istirahat yang sangat minim.

Bahkan mereka yang di sebut Tetua itu harus mengurangi jatah makan mereka perhari agar para anak-anak yang di sebut ARMY itu bisa makan teratur 3 kali sehari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BulletproofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang