Ice Cream G

3 2 0
                                    

      "Adam bangun! Hei, ayo bangun. Siap-siap berangkat sekolah."

      Pipi Adam seperti ada yang menepuk-nepuk. Sayup-sayup Adam mendengar suara seseorang. Samar, membuka mata. Mengucek-ngucek.

      "Papa?" seru Adam terkejut.

      Adam sigap bangkit, mengambil kacamata yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidur. Yang tampak di penglihatan Adam pertama adalah Papa. Duduk samping Adam. Sudah rapi mengenakan kemeja putih dan celana kain. Dasi berwarna abu-abu menggelantung di leher Papa, belum diikat. Tersenyum.

      "Hm, ayo bangun. Siap-siap berangkat sekolah."

      "M-mama? Mama dan Kak Val mana?" tanya Adam.

      "Ya ampun, Adam ... kamu masih belum mengikhlaskan mereka? Jangan banyak berpikir tentang sesuatu yang sudah enggak ada. Doakan mereka tenang di dunia lain. Syukuri apa yang kamu miliki sekarang. Ah iya, beritahu Papa kapan kamu akan menyatakan cinta pada Arumi?" ucap Papa seraya menggoda Adam.

      "Pa ...."

      "Haha, Papa hanya menggodamu. Kamu terlalu banyak berpikir. Kamu merindukan mereka hingga memimpikannya, ya?"

      Adam mengangguk, "Aku seperti bertemu mereka kembali."

      "Apa yang sudah pergi, biarkan pergi. Apa yang sudah tak bisa kembali, tentu tak akan bisa kembali," jelas Papa seraya mengacak rambut Adam.

      Adam membuka selimut yang membungkus dirinya. Berdiri, merapikan tempat tidur. Papa beralih, mengarah pada jendela yang sudah terbuka. Sepertinya dibuka Papa saat akan membangunkan Adam. Tangan Papa melambai.

      "Pagi, Arumi ...."

     "Pagi, Papa Neut," seperti biasa, Arumi selalu lincah.

      Kamar Adam berhadapan langsung dengan kamar Arumi. Kalau Adam ada perlu dengan Arumi, ia cukup melompat daripada harus turun dan mengetuk pintu rumah Arumi. Adam juga menyediakan jembatan kecil permanen untuk Arumi gunakan menemui Adam.

      Papa tersenyum simpul melihat Arumi. Menggeleng-geleng menggemaskan. Hanya Arumi yang memanggil 'Papa Neut'. Padahal nama papa Adam adalah Fermion, biasa dipanggil Fermi. Neut itu kependekan dari Neutrino, marga keluarga Adam.

     "Papa Neut, kenapa bisa masih setampan ini? Hihi," goda Arumi. Arumi merupakan penggemar papa Adam. Bahkan saat kecil, ingin menggantikan papanya dengan papa Adam. Meminta pada nenek, untuk mengadopsi Arumi supaya jadi anak 'Papa Neut'.

     "Aduh, Nona kecil keluarga Piezoe, kamu manis sekali ... Haha. Sudah sudah, nanti Papa Neut melambung tinggi. Siap-siaplah berangkat sekolah. Ini Adam baru aja bangun."

     "Oke, Papa Neut. Ah iya, Papa Neut ... enggak bisakah memberi sedikit ketampanan pada Geo? Apa Geo bukan anakmu? Dia terlihat buruk," ceplos Arumi. Adam yang mendengar saat akan beranjak ke kamar mandi, memandang Arumi dengan tatapan sinis di belakang papa.

     "Bye, Papa Neut. Arumi sarapan dulu," seru Arumi saat ketahuan Adam. Papa membalas dengan tertawa terbahak. Lalu keluar dari kamar Adam. Adam ngeloyor ke kamar mandi.

      Adam kembali mengingat apa yang terjadi. Baru sadar jika pertemuannya dengan mama dan Ekuivalen juga tragedi pernikahan dirinya dengan Dinda hanyalah sebuah mimpi. Hal terakhir yang dilakukan Adam adalah memandang foto mama di jendela sembari teringat pertemuan dengan paranormal.

     Adam tersenyum. Terlalu konyol, kejadian yang membuatnya nyaris sakit jiwa. Mungkin efek dari diracuni hal-hal mistis Arumi. Benar kata papa, yang berlalu sudah berlalu. Adam cukup fokus mensyukuri apa yang masih dimiliki.

JELLY BEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang