Prolog

9 5 0
                                    



Pernahkah kamu berpikir tentang masa depan? Andai kamu bisa menembus waktu, dan datang ke masa depan, apa yang kamu inginkan? Aku? Aku akan belajar sains masa depan, lalu kembali ke tempat asalku kini, dan menjadi penemu hebat! Ah, tidak! Aku akan menghidupkan kenangan lama!

⚛ ⚛ ⚛ ⚛ ⚛

      Manusia dilahirkan ke dunia adalah kehendak Tuhan. Kita tidak dapat memilih dengan siapa kita dilahirkan, bagaimana kita dilahirkan, atau dalam keadaan seperti apa kita akan terlahir. Pada akhirnya, mau tidak mau, manusia harus melanjutkan hidupnya, kisahnya atau ceritanya.

      Tuhan juga selalu punya alasan untuk setiap hal yang terjadi. Manis, pahit, susah, senang, sedih, bahagia, bangga dan kecewa adalah warna-warni di setiap perjalanan hidup manusia. Benar, sungguh berwarna, bukan?

      Bahwa hidup itu bukan seperti permen mint yang notabene berwarna putih. Bukan pula seperti biji kopi yang biasanya berwarna hitam. Hingga ketika dipadukan, akan menjadi abu-abu. Ah, terlalu klise!

      Seharusnya, hidup itu seperti Jelly Beans. Yang kau temukan dalam kotak permen, beraneka rasa dan warna. Bahkan, kau tak akan tahu ada rasa apa dari warna yang kau ambil secara acak hingga akan tahu saat mengunyahnya. Itulah hidup! Seajaib permen mungil, Jelly Beans ....

⚛ ⚛ ⚛ ⚛ ⚛

      Seorang anak lelaki terpaku menatap sebuah foto usang, sembari tangan kanannya membetulkan letak kacamata yang nyaris melorot. Foto Mama yang sudah lama meninggal. Hanya itu yang tersisa dari miliknya. Kenangan akan Mama, sebentar saja.

      Anak itu beralih memandang ke luar jendela kamar. Sepasang burung yang bertengger di ranting, seakan menyapanya. Bersiul, mengucapkan selamat sore. Anak itu tersenyum. Tatapannya berubah, lurus melihat jendela kamar yang jaraknya beberapa meter tepat depan jendelanya. Kamar yang selalu saja suram. Itu kamar milik Arumi. Satu-satunya teman sekaligus sahabat yang dikenalnya. Juga satu-satunya orang yang memilih memanggil Geo, ketika yang lain menyebut Adam G.

      Nama anak tersebut, Adam Geometry. Orang-orang memanggilnya Adam atau Adam G. Sejak Mama meninggal, Adam bersama Papa dan Nenek pindah ke rumah berlantai dua, lebih mungil dari rumah terdahulu. Tepat di samping rumah Arumi. Arumi menjadi teman pertama Adam, hingga kini.

      Adam memiliki bentuk wajah oval dengan dagu terbelah. Matanya bulat dengan jenis monolid, tidak memiliki lipatan mata. Berwarna netra hitam, dengan tatapan tajam. Adam berahang kokoh, dengan tulang pipi menonjol, membuat wajah Adam terlihat kaku. Bibirnya sedikit tebal dengan philtrum tajam. Adam tampak dingin karena bentuk wajahnya ini. Jika diperhatikan, kesan tak berdaya jelas saat kacamata digunakan.

      Adam sedang memikirkan kejadian siang tadi, ketika ia dan Arumi pulang sekolah. Mereka berpapasan dengan -yang katanya- seorang paranormal. Paranormal itu tiba-tiba menebak jika Adam akan kembali bertemu dengan orang dari masa lalu, orang yang telah pergi dari hidupnya. Adam hanya mengangguk, tak pernah percaya. Namun, Arumi sungguh mempercayainya.

     Arumi penyuka hal-hal mistik. Jangan heran kalau kamarnya, ia permak dengan hiasan serba hitam. Adam menyebutnya, suram. Mungkin karena Arumi seorang movieholic, Arumi seperti kecanduan segala hal yang berbau mistis, gelap, kelam, dan sejenisnya.

      Arumi bukan tak sering menceramahi Adam soal kesukaannya ini, mencekoki Adam bahwa mistik itu keren. Terkadang, membuat Adam jengah. Adam tak pernah menyela, marah, atau tak acuh pada Arumi. Adam hanya mampu mendengarkan sambil mengiyakan saja. Adam hanya berpikir, kelak saat sudah beranjak dewasa, dirinya mungkin tak bisa bertemu Arumi lagi. Saat Arumi mulai jatuh cinta dengan lawan jenis, saat Arumi mulai memutuskan menerima perusaahan mana yang akan ditempati praktik kerja, lalu bertemu teman-teman baru. Jadi, Adam sangat menikmati sebagian masa kecil juga masa remajanya kini bersama Arumi.

      Karena terbiasa bersama Arumi, Adam seringkali berpikir irrasional. Sesekali, Adam pernah berharap, orang-orang yang sudah tak lagi bersamanya, dihidupkan atau dikembalikan ke sisinya. Seperti Kakek yang menghilang, meninggalkan Nenek. Seperti Mama yang meninggal saat Adam masih berumur sepuluh tahun, juga seperti kakak perempuannya dan sahabat yang meninggal karena kecelakaan mobil.

      Berpikir seperti itu, membuat Adam lelah. Adam lebih suka segera melupakan, dan nanti akan berlalu.

⚛ ⚛ ⚛ ⚛ ⚛

JELLY BEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang