Menikahlah denganku!

2 1 0
                                    

     Masih menikmati ice cream, diam-diam Adam mengamati tingkah Arumi. Mulutnya sigap melahap hiasan cookies dan brownies, sesekali menjilat ice cream dark-nya.

     "Arumi ...."

     Mata Adam beralih pada sepasang kupu-kupu yang baru saja hinggap di atas benang sari hibiscus rosa berwarna kuning, tak jauh dari tempatnya duduk.    

     "Hm?"

     "Beberapa tahun di masa yang akan datang, apa masih bisa lihat kupu-kupu, ya?" Pertanyaan random keluar dari benak Adam.

     Arumi menoleh pada Adam. Lalu berganti mengikuti arah pandangan mata Adam. "Mungkin, akan ada jenis kupu-kupu baru hasil mutasi genetik. Atau ... ada kupu-kupu ciptaan manusia."

     Adam langsung kembali menatap Arumi yang masih santai dengan ice cream. "Arumi tumben hari ini pinter?" goda Adam.

     "Ini tuh hasil didikan Geo. Enggak sia-sia, kan, jadi murid Geo selama ini. Haha."

     "Eh, Arumi kenapa suka panggil Geo? Adam kan bisa, atau Adam G."

     "Kenapa Geo baru tanya sekarang? Kita, tuh, kenal udah dari kecil, dari Geo pindah di samping rumahku."

     "Baru kepikirannya sekarang aja."

     "Soalnya nama Geo tuh keren. Hihi. Karna Geo terlihat bisa diandalkan," jujur Arumi.

     Adam menarik salah satu sudut bibirnya. Menyimpulkan, Arumi memang ajaib.

     "Arumi, semalem aku mimpi aneh. Konyol banget. Rasanya aku tuh sakit jiwa."

     "Geo mimpi apa?"

     Adam menceritakan mimpinya pada Arumi dengan sangat detail. Dimulai dari ingatan pertemuan dengan paranormal kemarin. Lalu bermimpi dipertemukan dengan mama Adam sebagai guru Sosiologi dan murid. Dibawa kakaknya, Ekuivalen, ke rumah lama Adam bersama Diaz. Kemudian dipaksa menikahi sahabat Ekuivalen, Dinda. Adam mengulang-ulang jika mimpinya terasa sangat nyata.

     "Tunggu! Anak jurusan IPA apa ada Sosiologi?" potong Arumi gemas di tengah cerita Adam.

     Adam menggerak-gerakkan kepala naik turun, "Iya juga, ya ...." serunya.

     "Nah, jadi itu beneran mimpi. Geo lagi enggak halu."

     "Eh, Arumi mau ngabisin punyaku?" sodor Adam, mengarahkan tangan yang masih memegang ice cream pada Arumi. Adam melihat Arumi baru saja menghabiskan ice cream miliknya sendiri. Arumi mengangguk. Meraih ice cream pemberian Adam. Girang.

     Ice cream kepunyaan Adam terlihat utuh. Adam hanya mencecap tak banyak. Meski suka, Adam memilih memberikannya pada Arumi. Arumi selalu senang mendapat bagian ice cream Adam. Mungkin sebagian orang akan menganggapnya menjijikkan. Awalnya, Adam pun berpikir demikian. Seiring bertumbuh bersama Arumi, bukan hanya ice cream, Adam lebih menikmati membagi apa pun miliknya dengan Arumi. Selama Arumi suka. Begitu pula Arumi, tak segan berbagi dengan Adam.

     Arumi anak tunggal keluarga Piezoe. Orang tua Arumi berteman dekat dengan orang tua Adam. Sifat kekanakan Arumi yang ditunjukkan hanya pada Adam, juga sisi lain Adam yang hanya diketahui Arumi, membuat mereka menjadi seperti saudara.

    Sebenarnya, bertiga bersama Ekuivalen, mereka akan dianggap kakak beradik kandung oleh orang lain yang tak tahu perihal mereka. Ekuivalen sangat dekat dengan Arumi melebihi kedekatan dengan Adam. Jadi, sekadar berbagi beberapa hal ringan menjadi tak masalah bagi mereka.

JELLY BEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang