au lokal || friends to lovers || bahasa baku & nonbaku || blowjob, vanilla sex, kinda dirty talk, first time || 3190 words.
***
"Ten"
Ten menoleh, mendapati teman satu kostnya masuk ke dalam kamar, membawa plastik hitam dengan wangi enak. Bakso, pasti.
"Wih, tau aja dingin-dingin enaknya yang anget-anget"
Taeyong, teman kost Ten itu tertawa. Ia menaruh bungkusan di atas lantai, lalu kakinya bergerak ke arah dapur. Suara klontang mangkok plastik terdengar berisik.
"Aa, ambilin mangkok sama sendok buat gue juga!" Teriak Ten kini melepaskan ponselnya. Tangannya sudah cekatan meraih bungkusan, berbinar melihat dua bungkus plastik berisi kuah bakso, hangat. Yang satu tanpa bihun dan sayur, milik Taeyong. Yang satu lagi sayurnya saja, milik Ten.
"Babu banget dah gua" Taeyong keluar dari arah dapur, memegang mangkok dan sendok, juga sebotol air dingin dari kulkas dapur bersama. Ten tertawa, menjulurkan tangannya.
"Makasih ganteng" Ucap Ten setengah menggoda, Taeyong seperti biasa hanya tersenyum, mengelus belakang rambut Ten pelan.
"Beli baksonya di mana, a?" Tanya Ten sudah duduk khusu, satu kaki di tekuk ke samping dan satunya di tekuk ke atas, macam bapak-bapak main catur di pos ronda.
"Di bawah, yang deket pangkalan ojeg"
Ten mengangguk-angguk, tidak protes, bakso di situ enak.
"Ten"
"Hm?" Ten mendorong mangkok Taeyong yang tadi sudah ia pindahkan bakso ke dalamnya.
"Taun baruan mau main nggak?"
Ten menyeruput kuah bakso sejenak, "uhm? Kemana?" tanyanya dengan sendok masih ada di mulut.
"Vila yuk? Puncak?"
Ten tertawa, "staycation doang mah mendingan di sini, sama aja"
Taeyong balas ikut tertawa, "yeh, beda lah. Puncak enak pemandangannya seger, di sini rapet sama kontrakan." Ten mengerjapkan matanya beberapa kali, "terus kalo di puncak, besok paginya kita bisa jalan, gua kemaren nemu kamar bagus, murah, deket sama tempat wisata gitu." Sambung Taeyong lagi.
"Emang belum penuh?"
Taeyong meringis, "sebenernya gua udah book sih, lu nggak mau patungan juga nggak apa-apa"
Ten menatap Taeyong lebih baik, "gue bukan cadangan, kan?"
"Maksudnya?" tanya Taeyong bingung, menyuap satu bakso kecil.
"Ya kali aja lo tadinya mau ngajak cewek atau siapa gitu terus mereka nggak mau, akhirnya ngajakin gue" Ucap Ten dengan hidung merengut lucu. Taeyong tertawa, sedikit tersedak.
"Nggak lah. Lagian siapa yang bakal nolak kalo gua ajak?" Jawab Taeyong songong. Ten tertawa, memukul paha Taeyong pelan.
"Kalo gue yang nolak, gimana?"
Taeyong mendecak kecil, pura-pura kecewa. "Padahal gua beliin bakso biar lu mau"
"Idih, lo kira harga diri gue bisa dibeli daging bulet beginian doang?" Protes Ten masih tertawa, kembali memakan baksonya. "Tapi boleh deh, gue udah lama nggak nginep di vila"
Taeyong tertawa, sekali lagi menggusak rambut Ten yang terasa halus di tangannya.
***
Baik Taeyong dan Ten adalah perantau. Taeyong dari Bandung dengan gua-lu nya, Ten dari Surabaya dengan gue-lo nya. Keduanya bertemu saat wawancara kerja, untuk kemudian memutuskan pindah kostan ke tempat yang lebih dekat dengan perusahaan. Kamar keduanya bersebelahan, tapi baik Taeyong dan Ten sudah menganggap kamar masing-masing sebagai kamarnya sendiri. Kadang Taeyong tidur di kamar Ten, kadang sebaliknya. Perbedaan usia mereka yang hanya setahun sempat membuat Taeyong risih saat Ten memanggilnya mas atau aa. Tapi dia jadi terbiasa karena Ten bilang susah baginya menyebut nama Taeyong tanpa embel-embel. Ten akhirnya diperbolehkan untuk memanggil Taeyong dengan sapaan aa atau a saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Linger (TAETEN) 🔞 oneshot compilation
Fanfiction[Bahasa] Deskripsi cerita ini polos, sama polosnya dengan tubuh karakter di dalam tiap babnya. Atau di luar. Jadi, lebih suka di dalam atau di luar? _______________ © foto oleh cottonbro by pexel ◾ boyslove ◾ mature story (please be wise in choosi...