Kamar Shelly terlihat bersih dan rapi. Samar- samar tercium aroma wangi khasnya. Aku mendekati sebuah meja yang berada di ujung kamar. Meja itu dipenuhi buku novel dan buku catatan, di tembok tertempel kertas tentang kegiatan yang dilakukannya. Ku lirik Kalender, terlihat sebuah tanda lingkaran pada tanggal 13 April dan tertulis 'My Birthday!' yang justru hari itu hari dimana ia tewas dibunuh. Aku mengigit bibir menahan tangis.
TAK! Kubuka laci meja yang lagi-lagi dipenuhi koleksi buku novel. Namun bedanya tumpukan novel ini adalah novel-novel terbitan lama. Aku mengangkat buku itu satu persatu hingga tatapanku berhenti pada sebuah kotak berwarna hitam pekat yang berada di dasar laci. Karena penasaran, ku ambil kotak itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah buku catatan. Ku buka buku catatan itu yang ternyata adalah buku harian Shelly.
Ku buka satu persatu lembarannya dan berhenti pada bab yang berjudul Aku Capek.
03 April 20xx
Aku capek. Aku gak tahan lagi. Rasa-rasanya aku lebih suka ditelan bumi daripada harus menjalani hidupku yang serba sulit ini. Orang tuaku cerai saat usiaku menginjak umur 15 tahun dan hari itu juga ayah pergi dari rumah meninggalkan aku,adik, dan ibu. Tak lama setelah hari itu kudengar ayah menikah lagi dengan seorang janda dari Belanda dan memutuskan untuk menetap di Belanda. Ibu pun mulai bertingkah aneh dan sering marah-marah tanpa alasan. Lalu aku terpaksa membawanya ke rumah sakit jiwa atas saran dari seorang dokter yang tidak sengaja bertemu denganku. Kondisi ibu parah membuatnya harus dikarantina disana sampai saat ini. Akhir-akhir ini aku baru boleh mengunjunginya sekali dalam seminggu. Keadaan memaksaku menjadi tulang punggung keluarga. Aku harus bekerja di usiaku yang seharusnya kugunakan untuk belajar dan bermain dengan teman-temanku. Tidak ada yang tahu tentang keadaanku karena aku memang sengaja menutupinya dengan kecerianku. Aku tidak mau merepotkan orang lain bahkan pada adikku sendiri. Kurasa aku akan baik-baik saja tapi ternyata sekarang aku merasa benar-benar lelah. Ternyata berpura-pura bahagia itu melelahkan. Aku harus menangis diam-diam dari adikku dan sahabatku.
Aku tertegun. Tubuhku terguncang dan rintik hujan mulai turun dari kedua mataku. Tak kusangka sahabatku yang selama ini terlihat gadis paling bahagia ternyata menutupi masalahnya dariku. Tapi kini aku sudah terlambat untuk menyadari semuanya. Shelly benar-benar gadis yang kuat. Lalu kubuka lembaran berikutnya.
Orang Itu
10 April 20xx
Akhir-akhir ini aku merasa seperti diikuti oleh seseorang dimana pun aku berada. Bukan sekali dua kali aku merasakannya tapi sudah berkali-kali. Tapi aku tidak tahu siapa sosok yang mengikutiku dan apa yang ia inginkan dariku. Laki-laki kah? Atau perempuan? Aku tidak tahu. Aku memikirkannya dan ketakutan hingga membuatku tidak bisa tidur selama dua hari berturut-turut. Semoga malam ini aku bisa tidur dengan tenang
Tunggu... 10 April? Itukan tiga hari sebelum kematian Shelly? Tapi dia tidak pernah bilang apapun soal ini. Aku menghela nafas panjang, ternyata selama ini aku tidak tahu apa-apa tentang sahabatku sendiri. Hah... Itu catatan terakhir Shelly, lembar-lembar berikutnya kosong. Aku menutup buku harian Shelly dan mulai mencatat kesimpulan dari kasus Shelly. Menurutku dari bukti-bukti yang kudapat pembunuhan Shelly. Pertama, polisi menyatakan bahwa tidak ada barang yang hilang. Buktinya ponselnya masih ada walau mati total karena terjatuh dan beberapa barang lainnya yang aman di dalam tas. Tidak ada tanda-tanda pelaku berusaha mengambil sesuatu dari Shelly. Jadi, pelaku murni ingin membunuhnya. Kedua, melihat ada beberapa tusukan yang mengenaskan di tubuh Shelly diduga motif pelaku membunuhnya adalah karena dendam yang cukup parah. Ketiga, beberapa hari sebelum Shelly dibunuh ia merasa dibuntuti oleh seseorang hingga akhirnya ia dibunuh setelah ia keluar dari kampus. Diduga seseorang yang membuntutinya itulah yang membunuhnya karena si pembunuh tau apa saja aktifitas Shelly dan si pembunuh menunggu saat-saat yang tepat untuk menghabisinya. Keempat, bisa saja pembunuhnya itu adalah orang yang dekat dengannya karena Shelly dibunuh tepat pada malam ulang tahunnya. Tapi bisa saja itu kebetulan saja, jadi dugaan ini bisa saja salah.
Langit mulai gelap, aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah tidak lupa membawa buku itu. Ketika aku sibuk memikirkan siapa pelaku pembunuhan ini dan berharap kasus ini akan segera selesai, beberapa hari kemudian ada sebuah berita menggemparkan di seluruh kota dan media sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddle
Mystery / ThrillerLagi lagi kejadian menyesakkan terjadi hari ini. Hanya perlu waktu untuk menghilangkan rasa sesak di dada. Susah sekali merangkai kata dan mendeskripsikan sebuah rasa. Mungkin rasa kecewa, marah, penasaran dan kehilangan bisa menjadi wakil yang tepa...