ENAM

11 2 0
                                    

Seketika mataku membulat "Jadi lo yang namanya Leo?!" Pekikku terkejut.
Cowo yang ku simpulkan bahwa dia Leo ternyata -cukup kuakui-  memiliki paras diatas rata-rata. "Sorry, lo siapa ya?" Tanyanya dengan wajah bingung dan kaget.
"Kamu... Leo kan?" Tanyaku mulai ragu-ragu. Saking semangat nya aku sampai tidak sadar telah mengguncang-guncangkan bahu lebarnya.
Cowo itu berdecak "Iya," Dikedikkan bahunya menyuruhku melepas cengkraman. "Kenapa lo tau nama gue?"
"KENAPA GAK ANGKAT TELPON GUE?!" Kutumpahkan emosi yang sedari tadi meledak-ledak mengabaikan pertanyaan Leo. Oh jangan lupa, aku juga mengabaikan atensi orang-orang di halte.
"Bentar-bentar... Jangan bilang lo yang selama ini neror gue?"
"Hah? Neror gimana?"
"Nih," Leo menunjukkan layar HP nya "Ini lo yang nelpon gue daritadi? Eh, ralat. Dari kemarin?"
Aku mengangguk mantap "Iyap! Tepat sekalii.." kuacungkan jempolku.
Leo mendengus "Jadi... Apa alasan lo neror gue?"
"Ralat. Gue gak neror, gue nelpon lo soalnya urgent! Salah sendiri gak angkat telpon. Dasar keras kepal-"
"Lo yang keras kepala," Timpal Leo.
"Pantang menyerah, bukan keras kepala," Belaku.
"Serah lo deh. Cewek emang paling bener,"
"Ehmm," Aku berdehem "Jadi, gue butuh penjelasan dari lo langsung," Bisikku.
"Penjelasan? Justru gue yang harusnya ngomong gitu," Leo maju selangkah membuatku harus mendongak karena ia lebih tinggi dariku. "Apa maksud lo nelpon gue, tau dari mana lo tau nomer gue, nama gue, padahal kita kenal aja engga?" Cercanya seraya melipat tangan di dada.
Tak mau kalah, aku meniru gaya Leo melipat tangan di dada. "Penasaran?" Tantangku.
Tiba-tiba raut mukanya berubah lalu Dengan penuh percaya diri berkata "Ah... Jangan-jangan lo juga nge fans sama gue? Soalnya akhir-akhir ini banyak cewe yang  ngincer gue. Hahaha... Tau sih gue itu keren," Leo bersmirk.
"Dih, pede banget! Amit-amit gue ngefans sama cowo tepe-tepe kayak lo!" Aku menatapnya jijik seolah-olah mengatakan bahwa ia SALAH BESAR!
"Trus ngapain coba?"
Aku terdiam ketika melihat bus akhirnya datang. "Hm... Gimana kalo kita ngobrol aja di kafe seberang?" Jari telunjukku menunjuk sebuah bangunan kafe di seberang jalan. "Soalnya ini ra-ha-si-a!" bisikku.
"Cih, sok-sok an main rahasia. Sorry, gue ada urusan!" Leo berbalik hendak menuju bus.
Aku buru-buru menarik ujung bajunya membuat langkah Leo terhenti  "Lo mau tau soal gue yang tau semua hal tentang Lo kan? Terus alasan gue nelpon lo berkali-kali padahal selalu lo tolak, trus penjelasan apa yang pengen gue tau dari lo, ya kan?" Desakku.
Leo berbalik menghadapku "Lepasin,"
"Sorry," Aku menarik kembali tanganku.
"Denger, gue gak peduli apa yang udah lo lakuin, palingan lo cuma stalker,"
"Aduuhh... Gue serius!"
"Serius? Seberapa penting?"
"Penting banget! Lo bakal nyesel kalo nolak permintaan gue,"
Leo terlihat cukup lama untuk berpikir keras."Oke, sepuluh menit," Ujarnya kemudian.
"Hah?"
"Ck. Lo budeg? Gue bilang, gue kasih waktu sepuluh menit,"
"Oh... Sepuluh menit? Gak cukup," Tolakku.
"Kalo lo nolak gue cabut,"
"Hm... Tiga puluh menit aja gimana?" aku mencoba membujuknya.
"Maksa lo," Ketus Leo lalu berbalik lagi hendak menuju bus namun gerakannya terhenti.
Aku tertawa penuh kemenangan "Kenapa lo berhenti? Gak jadi pergi?"
Leo terlihat kesal "Lo sengaja ya bikin gue ketinggalan bus?"
Pertanyaan retoris. Tentu saja memang itu tujuanku sedari awal.
"Dasar bodoh, yang budeg itu lo! Masa suara bus pergi aja gak denger," Ejekku. Membalas hinaannya tadi. Lalu kucondongkan badan berbisik di dekat telinga Leo "Jadi gimana? Tertarik buat ikut gue?" Kali ini aku yakin Leo tidak bisa menolak.
Cowo berkaos putih yang dimasukkan ke dalam celana dan dipadukan dengan luaran kemeja itu mendesah. Dalam hati aku memuji gaya pakaian nya yang lumayan keren.
"Dua puluh menit,"
"Hey! Gue bilang tadi tiga puluh menit!" Protesku.
"Dua puluh menit atau engga sama sekali," Leo berkata dengan tegas. "Gimana? Kalo lo maksa lagi, mending gue panggil taksi sekarang, deal?"
Cepat-cepat aku mengangguk sebelum ia benar-benar memanggil taksi. "Oke, deal!"

 "Oke, deal!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sambil menunggu pesanan, aku memulai percakapan.
"Dari tadi kita belom kenalan baik-baik" ku hirup nafas dalam"Jadi, nama gue Rhea," Ku ulurkan tangan.
Leo yang sedang memainkan ponsel melirik sekilas"Gak nanya," Katanya datar tanpa menyambur uluran tanganku.
"Cuma ngasih tau, kan kita ini ceritanya lagi kenalan,"
"Gak butuh,"
Oke, aku tahu aku salah sudah memuat mood nya hancur tapi...  "Lo ramah dikit kek!" Jangan lupa Moodku juga hancur karena dia.
"Sorry aja ya, dari dulu gue emang kayak gini," Diletakkannya ponsel di meja. Aku pun mencoba mengontrol emosiku agak tidak melempar  orang yang tidak punya sopan santun di depanku ke pantai selatan. Biar sekalian dikutuk sama Ratu pantai selatan jadi kepiting kalo bisa sampai jadi bulu babi saja.
"Ehm!" Aku berdehem membuat Leo menatapku lurus padaku sekaligus menghilang kan pikiran anehku. "Langsung to the point aja lah,"
"Emang udah seharusnya,"
Aku tidak mengubris "Lo tau Ray Adamar?" Tanyaku tanpa basa basi lagi. Ekspresi wajah Leo tampak terkejut tapi sepertinya ia berusaha menyembunyikannya.
"... Taulah, kasusnya udah viral. Semua orang juga tau. Lo tanya ke pengemis di perempatan jalan juga dia bakal jawab," Balasnya cuek. Aku menghela napas kesal, tapi benar juga apa yang dia katakan.
"Bukan itu yang gue maksud, jujur aja lo tau kasus Ray secara lebih rinci, kan?" Tanyaku menginterogasi.
"Emang lo siapa? Kepo banget, dah"
"Gue Rhea sahabatnya Shelly, Shelly kakak dari Ray," Jelasku.
"Oh," Jawabnya singkat.
Belum sempat aku mengumpat akibat sikapnya yang pura-pura tidak tahu datang seorang pelayan membawa pesanan kami.
"Permisi, ini pesanannya," Ucap pelayan itu sambil melelahkan pesanan di meja. "Selamat menikmati," Lalu tersenyum dan berlalu pergi.
"Kabarnya Ray di temukan mati di rumah lo. Jadi pertanyaannya
waktu kejadian itu lo di mana?"
"Gue sibuk," Diraihnya secangkir gelas lalu meminumnya.
"Gue tanya lo di mana? Bukan lo ngapain!"
"Hmm... Gue di bumi,"
"Iya, gue juga tau kalo itu,"
"Ya udah, gak usah tanya lagi," Katanya datar. 
Hampir saja aku hendak menumpahkan minumanku ke kepalanya tapi untungnya aku ingat pesan seseorang bahwa jika ingin menggali informasi harus pandai mengelola emosi, pandai juga mengerti lawan bicara. Maka dari itu demi menjaga sikap profesional aku memilih untuk bersabar.
"Bumi bagian mana? Lo tau kan bumi itu luas," Kupamerkan senyuman paling manis yang kupunya.
"Di bumi bagian selatan, benua Asia. Asia tenggara, Negara Indonesia," Jelasnya.

Aku yang sudah serius hendak mencatat mendadak menggebrak meh membuat seluruh kepala tertoleh ke meja kami. Benar-benar lupa untuk bersikap profesional. "Bisa gak sih jawab yang bener?!"
Leo tampakknya sama sekali tidak terganggu dengan sikapku "Intinya gue sibuk dan gak ada di rumah,"
"Hah... Okey. Apa hubungan lo sama Ray?"
"Saudara seiman,"
"Bukannya lo sepupu Ray?"
"Kalau lo tau ngapain nanya?"
"Cuman mastiin aja. Pertanyaan selanj-"
"Waktu udah abis. Minum gue juga udah abis. Gue pergi dulu," Selanya sambil melirik jam tanganmu. Leo pun beranjak pergi Meninggalkan ku yang terduduk syok. Aku hanya bisa menyaksikannya keluar dari kafe.
"ARGH!" Aku mengacak rambutku frustasi, kesal dengan orang bernama LEO!!
"Permisi kak, ini nota pembelian nya," Seorang pelayan memberikan tagihan kepada. Aku hanya tersenyum kecut lalu berjalan ke arah kasir untuk membayar.
Ke luar dari kafe aku mengedarkan pandangan mencoba mencari sosoknya. Namun nihil, Leo sudah pergi. Ku mencoba meneleponnya namun berapa kali pun aku mencoba 'panggilan ditolak' juga selalu tampil di layar ponsel.
"Halo,"  Akhirnya ia menjawab.
"Leo-"
"Gue sibuk," Potongnya. Sambung langsung diputus. Aku menyerah. Langit pun sudah menunjukan senja nya, masih ada hari esok untuk mengurus kasus ini. Aku memutuskan untuk pulang.

 Aku memutuskan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang