BIANGLALA

104 27 0
                                    

Hallo semua, untuk cerpen pertama dari kak BSAristya

Jangan lupa vote dan comentt yaa semuaaa :)


Bianglala adalah sebuah kincir ria yang selalu berputar indah. Selain itu, bianglala adalah pelangi. Itulah makna seorang laki-laki yang bernama Arsenio Rafael Harun atau dipanggil Rafa oleh gadis itu. Luna Naifa Maheswari, seorang gadis yang jujur serta baik hati dan cantik seperti bidadari ini memiliki seorang sahabat laki-laki yang bernama Arsenio Rafael Harun atau Rafa. Bagi Luna, Rafa adalah bianglalanya. Rafa adalah pelangi yang selalu hadir setelah hujan yang datang. Arsenio Rafael Harun adalah seorang laki-laki dermawan yang membawa penerangan bagi sekitarnya.

Kita dilahirkan ke dunia dengan segala takdir yang tidak bisa kita tentukan dengan sendiri, kan? Jika bisa percayalah, Luna ingin sekali meminta kepada Tuhan untuk memiliki sepasang orang tua yang lebih bisa menghargainya, menghargai setiap usaha dan perjuangannya. Luna sadar, sedari kecil memang dirinya sudah menyusahkan. Karena ketika Luna lahir ke dunia, dia dalam kondisi prematur dan harus dirawat di ruang inkubatur. Jelas itu mengeluarkan banyak biaya dan sedari kecil Luna juga lebih dekat dengan neneknya.

"KAMU INI YA, BISANYA CUMA NYUSAHIN AJA. SEMUA BARANG YANG KAMU PAKAI, PASTI RUSAK."

"GILIRAN NANTI SURUH GANTI AJA, NGGAK BISA."

"KALAU DULU TAU SAMPE GEDE NYUSAHIN DOANG, MENDING SEKALIAN AJA MATI PAS KECIL."

"NYESEL GUE PERNAH NGELAHIRIN ANAK NYUSAHIN KAYAK LU."

"NGGAK GUNA, NGGAK MENGHASILKAN."

Luna memejam sejenak, air matanya turun kembali membasahi pipinya. Suara-suara bundanya jelas sekali berdengung di telinganya, semua terasa sesak dan tidak tahu apakah dirinya mampu bertahan dengan segala ujian yang akan datang nantinya? Karena selama ini, dirinya hanya bertahan demi Rafa. Rafa yang selalu meyakinkan dirinya untuk terus berjalan dengan segala ujian yang datang.

Hidup Seperti Mati

Jika kita bisa memilih untuk pergi, jelas sekali ingin aku pergi...
Pergi jauh tanpa harus kembali...
Pergi untuk merasa bahagia yang abadi...
Yang tidak ada satu orang pun yang mampu menyakiti...

Kalau Tuhan menciptakan hamba-Nya tidak untuk berguna...
Lantas untuk apa aku diciptakan?
Apakah kehadiran seorang anak hanya akan menjadi malapetaka orang tuanya?
Jika benar, lalu untuk apa adanya seorang anak di antara pasangan suami-istri?

Tuhan...
Ingin rasanya aku berteriak kepada mereka...
Aku tidak pernah memilih untuk dilahirkan ke dunia...
Aku hanya titipan-Mu yang memiliki banyak dosa...

Jika mereka sebagai orang tua tidak mampu menyayangi...
Lantas aku harus mengadu kepada siapa?
Siapa lagi tempatku menumpahkan segala lara?
Siapa lagi yang akan memberiku rasa bahagia?

Bahkan sampai hari ini...
Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya dibanggakan?
Bagaimana rasanya diapresiasi dan dihargai?
Apakah semua kelebihanku hanya akan tertutupi oleh kekuranganku?

Jika iya, lantas untuk apa aku hidup tetapi dalam kematian?
Untuk apa aku terus bernapas dalam duri yang terus melukai hati?

Kertas diari yang selalu menjadi saksi Luna menuangkan rasa sakitnya itu basah oleh air matanya. "Raf? Lu di mana? Gue mau cerita, gue capek, Raf. Gue capek buat hidup dalam neraka yang tidak ada ujungnya," ucap Luna.

Keenan Abian Mahendra

Luna Naifa Maheswari : [sent a photo]

Luna Naifa Maheswari : Assalamualaikum, Saya Luna Naifa Maheswari. Apakah benar sedang open donation buku tidak terpakai lagi?

WITS Short Story EvenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang