O4

1.3K 250 38
                                    

"Semakin kamu berusaha untuk menghidari seseorang, maka semakin sering pula kamu denger kabar atau ketemu langsung sama orang itu."

-Nathan pengen move on-

___

Nathan duduk cemberut di kursi ruang makan, Mama yang lagi buat minuman menatap anak tengah nya heran.

"Kamu kenapa Mas, kok cemberut gitu?" tanya Mama.

"Mama ngapain sih nyuruh mereka mampir, harus nya kan ndak usah."

"Loh, memang nya kenapa. Kan mereka tetangga baru kita ndak salah kalo Mama nyuruh mampir dulu dong."

Nathan mendengus mendengar jawaban Mamanya, ini Mama ndak tau apa gimana sih kalo Nathan itu lagi berusaha move on. Eh, ini malah nyuruh Bulan sama Gibran mampir dulu.

"Udah ndak usah manyun gitu, nih bantuin Mama bawa cemilan buat mereka."


Dengan wajah kesal nya Nathan menerima nampan berisi cemilan, membawa nya ke ruang tamu dengan bibir yang tak henti komat-kamit.

Begitu sampai di ruang tamu Nathan langsung meletakan nampan itu dengan kasar, memebuat Bulan sama Gibran terlonjak kaget. Mana setelah itu Nathan langsung pergi gitu aja lagi.

"Aduh maafin Nathan ya, dia emang lagi kurang mood hari ini. Silahkan di minum nak Gibran, nak Bulan." Ucap Mama Nathan meletakan nampan berisi es teh di atas meja.

"Eh, iya tante ndak apa-apa maaf ngerepotin." Sahut Bulan tak enak hati.

Gibran cuma tersenyum kikuk, jujur dia kaget waktu tau kalo ternyata Bulan pindah ke komplek yang sama dengan Nathan. Udah gitu tetanggaan lagi tambah kaget pula dia.

Ngeliat respon Nathan tadi, Gibran jadi tertawa miris dalam hati. Dia jadi ngerasa bersalah soalnya gara-gara dia Nathan jadi berubah sekarang.

Sedangkan Bulan, gadis itu mengusap ujung matanya yang sedikit basah. Iya, Bulan nangis ngeliat sikap Nathan yang terkesan cuek dan menghindari dirinya dan Gibran.

"Tante maafin kita ya, gara-gara kita Nathan sekarang berubah." Ucap Bulan penuh sesal.

Mama Nathan tersenyum ke arah Bulan, menggeleng pelan dan mengusak surai Bulan. Mama Nathan tahu kok permasalahan mereka.

"Bukan salah kalian, Nathan cuma belum bisa berdamai sama masa lalunya. Kalian ndak usah merasa bersalah gitu, lebih baik kalian fokus sama hubungan kalian biar bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius."

Gibran tak bisa untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya, bahkan Bulan kini memeluk Mama Nathan erat seraya berulang kali menggumam kan kata maaf.

Sedangkan dari lantai atas Nathan memperhatikan keduanya dengan pandangan yang sulit di artikan.

____

Gibran meregangkan tangannya yang terasa pegal, kelasnya baru selesai lima belas menit yang lalu dan sekarang Gibran masih memiliki urusan yang tidak bisa di tunda.

Dengan langkah lebar Gibran membawa kaki panjangnya menuju cafetaria kampus, disana Ia akan menemui seseorang dan juga menunggu Bulan yang masih ada kelas.

"Gibran!"

Gibran mengedarkan pandangan mencari dari mana sumber suara itu, ah ternyata dari arah bangku paling pojok. Segera, Gibran mendekat ke orang yang memanggilnya.

"Udah lama, Bang?" Tanya Gibran mendudukan dirinya di bangku kosong yang tersedia.

"Belum terlalu lama sih, cuma ya buat ukuran orang yang buru-buru bisa di bilang lama."

"Omongan lo, dah macam orang sibuk aja." Sahut Gibran membuat orang itu terkekeh.

"Iya, kan gue harus nganter undangan ke yang lain juga, ini aja gue sekalian mau jemput Nathan makanya mau nungguin lo."

Mendengar nama mantannya di sebut Gibran jadi mengusap tengkuk nya yang tak gatal, mana yang ngomong Jevan lagi. Yang noteban nya kakak kandung dari mantannya itu.

"Nggak usah ngerasa canggung gitu Gib, nih undangannya. Jangan lupa dateng ajak pacar lo sekalian, siapa tau cepet nyusul kan." Jevan menyodorkan undangan ke arah Gibran.

Gibran menerimanya lantas menatap undangan itu dengan hela nafas panjang.

"Sorry ya Bang, gue nggak bisa jaga Nathan sesuai dengan permintaan lo." Ujar Gibran tanpa mengalihkan pandangan dari undangan itu.

Jevan ikut menghela nafas, Ia menepuk pundak Gibran. "Jujur Gib, sebenernya gue mau marah sama lo. Tapi, lo masih temen gue dan juga perasaan orang nggak ada yang tau kan. Nathan udah selesai, Gue duluan." Ucap Jevan dan berlalu pergi meninggalkan Gibran dengan segala pikirannya.

____

"Setelah Mas Jevan nikah, aku nau nge kos."

Ucapan Nathan memecah keheningan di ruang tamu, mereka lagi nonton tv bareng dengan posisi Nathan duduk agak berjauhan.

"Tiba-tiba?" Tanya Mama.

Nathan mengangguk.

"Kok? Emang kenapa, bukannya kamu ndak bisa tinggal sendiri." Ujar Jevan, menatap adik nya heran.

"Iya, karena itu. Nathan mau coba hidup mandiri, boleh kan?"

Mama diam, Mas Jevan juga diam. May menatap penuh curiga ke arah Nathan, kayaknya ada sesuatu yang Nathan sembunyiin.

"Mas Nathan ngekos karena mau mandiri atau karena mau ngehindarin mbak Bulan sama Mas Gibran?" Tanya May penuh selidik.

Mama menatap Nathan dengan tatapan tanya, membuat Nathan menghentikan makannya.

"Emang mau nge kos kok, sebenernya dari awal masuk kuliah pengen nge kos tapi belum berani bilang."

Mama menghela nafas begitu juga dengan Jevan, May cuma ngangguk di tau kok alesan Mas Nathan mau ngekos tuh karena apa.

"Emang kamu mau ngekos dimana, Mas?" Tanya Mama.

"Di tempat nya Pak Chandra, Ma. Perumahan NCT belakang kampus, boleh kan?"

"Nanti tanya Papa kamu dulu, kalo Papa izinin ya udah nanti Mama izinin juga. Tapi bener kan kamu ngekos karena keinginan kamu?"

Nathan mengangguk yakin, toh memang dari awal dia sudah pengen ngekos. Dan juga mungkin dengan cara Nathan ngekos bisa ngebuat dia cepet ngelupain mantannya.

"Kalo Mas Nathan ngekos, May sama siapa dong?" Ucap May cemberut.

"Sama Mas Jevan dong, kan nanti ada Kak Eksa juga." Sahut Mas Jevan.

May melirik Jevan dengan wajah cemberut. "Tapi kan beda, nanti ndak ada yang nemenin May tidur. Huaaaa Mas Nathan jangan ngekos." Rengek May memeluk Nathan yang tengah mencuci piring.

Mama terkekeh melihat kelakuan putri nya, May sudah terbiasa bareng Nathan makanya dia suka uring-uringan kalo Nathan pergi jauh.

"Huss, jangan gitu May. Kan Mas Nathan pengen mandiri, atau kamu ikut ngekos juga?" Tawas Mama membuat May menggeleng ribut.

"Awas aja, May mau bilang ke papa biar Mas Nathan ndak di izinin ngekos." sungut May membuat Nathan, Jevan, dan Mama terbahak.

Padahal May bukan anak bungsu tapi manja nya ngalahin adek nya yang di asrama. Kalo gini kan Nathan jadi bingung mau ngekos atau tidak.

___

Mr. Ex 》HJW《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang