10

1.6K 241 61
                                    

Entah kenapa akhir-akhir ini Nathan merasa kengen kepada orang rumah, karena itu pemuda september itu memutuskan untuk pulang ke rumah hari ini.

Berbekal wajah kusutnya, Nathan memasuki rumah yang sudah tiga bulan ini tak pernah Ia datangi. Aroma masakan mengaur masuk ke indera pemciuamannya. Tak mau berlama-lama, Nathan segera melangkah menuju dapur dan menemukan Mama-nya tengah berkutat dengan alat masak.

"Ma..." panggil Nathan, membuat wanita yang tengah memasak itu menoleh dan terkejut mendapati putra keduanya pulang.

"Nathan? Ya, Tuhan. Kamu pulang ndak bilang-bilang, sini duduk Mama buatin minum dulu sebentar," Mama Nathan mengecilkan api pada kompor, menghampiri putranya dan menyuruhnya untuk duduk.

Nathan duduk setelah Mama-nya menggeser salah satu kursi, Ia lantas menahan tangan sang Mama saat wanita itu hendak membuka kulkas.

"Ndak usah, Ma. Nathan, bisa ambil minum sendiri kok kalo haus," pemuda itu bangkit dan mengecup sekilas pipi Mama-nya.

Mama Nathan tersenyum, wanita itu mengusap surai Nathan. Dia merasa jika ada sesuatu yang menganggu anak keduanya hingga memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Sebentar, Mama selesaiin dulu masaknya. Nanti kita ngobrol di taman belakang," Mama Nathan berujar seraya kembali melanjutkan aktivitas nya yang tertunda.

Nathan mengangguk, Ia menggolerkan kepalanya ke atas meja makan dan memejamkan matanya sejenak. "Ma, Nathan kangen sama Bunda," gumamnya tanpa sadar.

▪▪▪

"Kenapa lagi Bulan?" Gibran menghela nafas lelah, merasa terabaikan oleh kekasihnya hang malah sibuk mengaduk-aduk makanannya.

Bulan, gadis di hadapannya telihat tengah badmood  dan terkesan melampiaskan nya kepada Gibran. Ia jelas tak suka saat Bulan bersikap seperti anak kecil, menurutnya Bulan semakin banyak tingkah setelah dirinya mengatakan akan melamar gadis itu.

"Rembulan, aku tanya sekali lagi, kamu kenapa?" terkesan biasa saja, namun apa yang diucapkan Gibran tersirat ketegasan.

Bulan menunduk dalam, gadis itu meremat kuat ujung sendoknya, "Aku mau pertunangan kita di percepat, Gib." cicitnya nyaris tak terdengar.

Suasana warung makan yang sepi, membuat cicitan Bulan terdengar ke telinga Gibran. Lelaki itu menghela nafas pelan, mengusap wajahnya menahan setengah mati emosinya yang siap meledak kapan saja.

"Kita udah bicarain hal ini berkali-kali, Bulan. Dan ya, kedua keluarga juga setuju, aku nggak mau ribut cuma karena masalah sepele, tolong ngertiin aku juga," ucap Gibran diikuti helaan nafas di akhir.

Bulan kembali meremat sendok ditangannua, dengan berani Ia menatap tepat ke arah manik setajam elang milik Gibran. "Sepele? Masalah sepele kata kamu? Gibran, kamu anggap apa rencana kita sampai kamu bilang itu sepele?!" ucap gadis itu sedikit berteriak.

"Stop, Bulan... stop bertingkah layaknya anak kecil. Kita semua udah setuju, kalo kamu masih ngeyel ganti tanggal... maaf, mending kita batalin aja pertunangannya."

Mata Bulan melotot terkejut, sebelum kembali seperti semula dengan tatapan berkaca-kaca. Mungkin jika memaksa berbicara, air mata itu akan meluncur bebas dari manik indah milik gadis itu.

"Ja-jahat kamu Gib, kamu nggak mikirin aku?" benar saja air mata Bulan lolos begitu saja.

Gibran mengusak rambutnya kasar, Ia menatap melas ke arah kekasihnya, "Plis, Lan, plis... aku mohon ngertiin aku bisa? Minta izin buat ngelamar kamu aja aku harus ribut dulu sama keluarga aku. Jadi plis, jangan manfaatin izin itu dengan ngerubah waktu acara seenaknya," lelaki itu terdengar putus asa.

Iya, memang benar apa yang dikatakan Gibran. Saat Ia akan meminta izin untuk melamar Bulan, keluarga langsung menolak, namun karena usahanya akhirnya mereka mengizinkan. Namun, dengan syarat setelah tunangan Gibran dilarang tinggal di rumahnya lagi. Dengan kata kasar Gibran di usir.

Tanpa membalas  ucapan Gibran, Bulan langsung menarik tasnya dan beranjak dari sana dengan air mata yang mengalir deras. Apa yang di lakukan Gibran? Ia hanya diam menatap punggung kekasihnya yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Apa aku salah lebih milih Bulan ketimbang  Nathan dulu?" tanyanya pada angin lalu.

🐺

Nathan merebahkan dirinya di atas kasur, Ia menatap langit-langit kamar nya sejenak. Dalam otaknya berputar kejadian saat Gibran, Bulan datang menemui nya, jujur saja ucapan kedua sejoli itu membuatnya kepikiran.

"Apakah benar Nathan terlalu egois?"

"Apakah benar Nathan tak memikirkan perasaan orang lain?"

"Apakah benar Nathan mengecewakan semua orang?"

"Apakah benar Nathan menyakiti hati orang terdekatnya?"

"Siapa yang salah dan siapa yang benar di sini?"

Nathan bingung sungguh. Ia sadar kalau dirinya memang salah, tapi... apakah harus Gibran dan Bulan yang datang dan mengutarakan kesalahannya? Tidak.

Justru dengan kehadiran kedua orang itu, kini membuat nya semakin di hantui rasa prustasi. Nathan tahu betul kesalahannya sendiri, Nathan tahu sendiri bagaimana keadaannya saat ini.

Nathan tengah menata kembali hidupnya agar seperti sedia kala, namun sekarang rasanya semua yang Ia lakukan sia-sia.

Menghela nafas kasar, Nathan memilih bangkit, Ia melangkah menuju cermin fullbody yang Ia letakan di pojok kamar. Ia tersenyum mengejek menatap dirinya di pantulan cermin, terlihat sangat menyedihkan. Ya memang semenyedihkan itu Nathan karena tak mau bangkit dari keterpurukan.

"You lost, Nathan," ucapnya pada diri sendiri.

Kemudian dengan gerak cepat,  kepalan tangan kanannya menghantam kuat cermin itu hingga pecah tak beraturan.

Prang!

Bersamaan dengan darah yang mengalir di tangannya, pekikan dari arah pintu membuat Nathan menoleh dan...

"Mas!" teriak May yang baru saja pulang sekolah.

"Stttt, jangan bilang Mama," ucap Nathan lirih, mendadak penglihatannya memburam, masih diiringi teriakan panik May. Tubuh Nathan ambruk di antara pecahan cermin yang berserakan.





































Yang hujat Nathan!  Tak sengget gulu mu!

Kurang puas? Puas-puasin sendiri, saya nya lagi tumbang jadi agak gimana buat ngetik🙏

Pembaca gelap ihtu, canda!

Sel, 5 Juli 2022
20:27

Vomment jusseyo, kalo tetep mau lanjut🗿

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Ex 》HJW《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang