Lesson Forty:
"Terkadang masalah yang terlihat rumit bisa terselesaikan dengan cara yang sederhana!"
•
•
°
°
Sekitar kurang-lebih sebulan setelah hari turnamen yang Daren ikuti berakhir. Seminggu lagi dia kan pergi ke ibu kota untuk mengikuti turnamen tingkat nasional yang telah dia peroleh tiketnya pada kejuaraan tingkat provinsi hari itu.
Sebelum itu di sekolah dia dan semua siswa lainnya akan mengikuti penilaian tengah semester dua tahun ajaran ini.
"Lo enggak belajar Ren? Senin kan udah mulai PTS-nya," tegur Kenzie yang tidak sengaja melihat Daren tengah sibuk menyetrika dan melipat baju bersama seorang anak buah ayahnya di ruang laundry yang pintunya terbuka.
"Iya, Dek, belajar aja sana. Biar saya yang beresin ini, biasanya juga saya kok sebelum kamu di sini," sahut anak buah itu pada Daren.
"Males ah, gue enggak suka belajar, bikin pusing," tolak Daren mentah-mentah tanpa menghentikan kegiatannya.
Kenzie yang merasa tidak puas pun menghampiri Daren.
"Belajar yuk! Atau kalau enggak temenin gue aja, ayo!" paksanya sambil menarik-narik kaos bagian bahu kanan yang Daren kenakan.
"Dih?! Iya-iya!" sahut Daren akhirnya hanya bisa pasrah.
Dia menghentakkan bahunya sampai tangan Kenzie terlepas dari bajunya.
Beranjak dari posisinya lalu berjalan keluar terlebih dahulu.
"Ke kamar gue, kita belajar di sana aja," ucap Kenzie sambil mengiringi langkah Daren menuju kamarnya.
Sampai di dalam kamar, Kenzie langsung menutup pintu lalu diam-diam menguncinya.
Daren yang tidak sadar akan hal janggal itu pun hanya terus berjalan sampai sofa yang berada di dekat jendela besar kamar Kenzie lalu duduk di sana.
"Daren ...," panggil Kenzie sembari mendekati Daren.
"Hm?" sahut Daren seadanya.
"Umur lo udah 17 tahun apa belum?" tanya Kenzie lalu dia mengambil tempat duduk di samping kanan Daren dengan tanpa memberi jarak.
"Kenapa emangnya? Jangan mepet-mepet dong, duduk ke sana dikit kan bisa," sahut Daren memasang ekspresi risih.
Dia mencoba untuk menjaga jarak dengan Kenzie, tapi sepertinya Kenzie tidak mau membiarkan hal itu terjadi.
"Sebentar aja sih, biarin gue mau apa juga," ucap Kenzie santai, tapi tangannya langsung memeluk pinggang Daren dengan erat.
Dahi Daren mengkerut bingung dengan ulah Kenzie sekarang ini.
"Katanya mau belajar? Mana buku lo?" serunya masih dengan upaya melepaskan diri dari Kenzie.
"Gue enggak butuh belajar, gue udah pinter biarpun nggak belajar, lagian masih juga hari sabtu, belajar besok malam juga udah cukup," sahut Kenzie santai setengah menyepelekan.
Daren mencibir, dia tidak tahu seberapa pintar Kenzie sebenarnya, tapi siapa tahu Kenzie memang benar-benar sepintar itu.
"Lo enggak suka olahraga ya?" tanya Daren tiba-tiba.
Kenzie menghentikan pergerakan tubuhnya yang tidak tenang sedari tadi menggelayuti tubuh Daren lalu menatap mata Daren dengan tatapan aneh.
"Dulu enggak, bukannya enggak suka sih, tapi dulu gue kan emang enggak bisa lakuin aktivitas yang berat," jawab Kenzie dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK [Yaoi/BL (15+), Selesai]
Novela JuvenilDemi pencitraan di sekolah barunya, Kenzie membuang sisi buruknya sampai rela di-bully habis-habisan oleh sekelompok murid yang dipimpin oleh seorang siswa berkepribadian sangat buruk di kelasnya, Daren. Namun, saat kesempatan untuk balas dendam itu...