Happy reading teuman!
Jangan lupa komen komen
Vote juga teumann__
Pagi itu, di rumah Ziya. Dari halaman belakang terdengar suarang bising yang sudah Ziya pastikan adalah Rivar, sepupu satu-satunya yang ia punya.
DUARR!
Suara ledakan itu terdengar berulang kali membuat Ziya mengelus dada, terkaget dibuatnya.
"ASTAGFIRULLAH RIVAR! Berapa balon yang udah lo letusin? Udah-udah nanti tetangga pada jantungan. Kasian"
"Bentar lagi kak. Satu lagi deh" Pinta Rivar menego.
Ziya menggeleng tak setuju. "Gak, gak, gak, berhenti atau gue ambil balonnya" Ucap Ziya mengancam. Rivar menghembuskan nafas kesal. Ia menyudahi quality time with balonnya dan pergi meninggalkan Ziya dengan muka yang ditekuk.
"Gaya doang macho, mainnya mah balon" Sindir Ziya pada sepupunya. Ziya pun membersihkan kekacauan yang dibuat Rivar with balon-balonnya itu. Beberapa menit berselang, Ziya menyadari bahwa bocah itu tak berada di rumah. "Ni bocah kemana lagi sih? Kok ngilang" Ziya pun memutuskan untuk menghubungi Rivar.
📞BOCIL JAHANNAM^
Dimana?<
>TEMPAT BIASA
gausa teriak bisa?<
>Rame kak
Ngapain kesana?<
>Beli balon
RIVAR! PULANG SEKARANG!<
Terdengar dari seberang telpon, sepertinya Ziya sedang dilanda amarah. Bagaimana tidak? Baru saja ia membersihkan sisa-sisa balon meledak yang diciptakan Rivar. Namun, Rivar malah membeli balon-balonan lagi? Yang benar saja. Rivar menjauhkan HPnya dari telinga setelah mendengar perintah Ziya yang menyuruhnya untuk pulang.
"AWH! cantim doang, suara mah kayak toa masjid"
"Siapa var?" Tanya seseorang dari arah belakang. Rivar menoleh lalu menggeleng. "Ngga, kakak gua" Orang itu mengangguk paham. Pandangannya beralih pada tangan Rivar yang dihiasi sebuah kresek hitam.
"Apaan tuh?" Tanyanya. Pandangan Rivar mengikuti pandangan orang itu "Oh..ini? Balon" Jawab Rivar sekenanya. Orang itu terkekeh mendengar penuturan Rivar.
"Dari dulu balon mulu. Gak kebanyakan itu balonnya?" Rivar menghitung jumlah balon yang ada didalam kresek "Kurang malahan, pasti nanti bakal banyak yang meledak lagi. Tapi gapapa, kalau gue butuh lagi, kan ada lo. Ya gak ken?" Ucapnya menaik-naikkan kedua alisnya.
"Udah deh, mending lo anterin gue pulang, itung-itung beramal" Kenzi yang mendengar itu menggeleng ogah.
"Gak. Gue gak mau, noh suruh Bagas aja. Gue cape" Rivar menatap Bagas sekilas, lalu kembali menatap Kenzi penuh mohon.
"Yahh Kenzi..Bagas mah lagi galau. Ntar gue bisa kecelakaan kalau diantar Bagas. Pikirannya aja gatau sekarang ada dimana. Lo aja deh, ya?" Pintanya membujuk. Kenzi tak mengidahkan ucapan Rivar, ia lebih memilih menulikan pendengarannya. Kenzi tetap bersikukuh tak mau mengantar Rivar pulang. Rivar berdecak kesal. Menyerah membujuk Kenzi. Akhirnya mau tak mau, ia meminta Bagas untuk mengantarnya pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainther || ongoing
Teen Fiction"Pertemuan kita entah akan berujung apa, takdir atau hanya sekedar hadir" "Kita tidak salah, kita hanya berbeda. Tapi beda itu yang mempersalahkan kita, bahkan menentangnya" __ "Calon jodoh" Celetuk Bagas "Lo udah mau nikah?" Tanya Rivar dengan suar...