04

7 2 0
                                    

Happy reading teuman!
Jangan lupa komen komen
Vote juga teumann

__

Waktu tak terasa, mereka pun tiba di hunian Rivar. Mungkin, saking bersemangatnya, Rivar melompat dari motor Bagas, bagai miper turun dari kayangan.

"Yeay, nyampe deh!" serunya membuat Bagas terperanjat kaget

"EH MUJIDIN JUALAN BAKSO!"
Sepertinya Bagas harus lebih terbiasa dengan tingkah absurd Rivar

"Bukannya Mujidin jualan bubur?" Tanya Rivar dengan polosnya. Bagas menghembuskan napas terakhir, eh innalillah dong

"Udah deh lo masuk sana" usirnya.

"ASTAGFIRULLAH! Om gay" pekik Ziya saat melihat Rivar sedang bergelayut manja dilengan Bagas

Bagas yang mendengar itu, berusaha melepaskan pelukan Rivar melalui jurus Saringgan milik Naruto

"Kak jiya ngapain disitu?"
Andai kalian tahu, Ziya sedang mengantisipasi dengan memegang selang ditangan kirinya, siap untuk menyemprot pasangan gay itu

"Kok lo bisa pulang bareng om gay sih?"
Rivar langsung saja melepaskan tawanya
"Om? Kakak manggil dia om? Om gay pula" Rivar tak bisa menghentikan tawanya. Bagas tak terima dirinya dikatai gay pun bersuara. Suara hati rakyat kah maniez

"Enak aja, gue gak gay" ucapnya cemberut

"Oh iya, kak ini Bagas. Gas, ini kakak gue"

"Kakak? Kandung?"

"Sepupu, cailah lu. Lo kan tau gue tunggal" jawab Rivar menjitak jidat Bagas

"Sebenarnya kita cuma beda 10 hari, tapi karena gue pengen punya kakak, yaudah gue manggil kakak" sambungnya, membuat Bagas tak percaya mendengar penuturan Rivar barusan

"Bisa kayak gitu ya? Kenapa lo gak manggil gue kakak juga? Secara kan gue 2 tahun diatas lo" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya

"Lo? Jadi abang gue? Hahaha gak bisa sayy" jawab Rivar dengan gaya likesnya

"Mending lo pulang aja, makasih tumpangannya maskyuhh" ucapnya seraya memberikan kiss bye manja pada Bagas dan berjalan mendekati Ziya. Bagas mendelik

"Udah numpang, dibilang gay, gatau berterima kasih nih bocah" dengusnya

"Gue balik, dah calon jodoh"
Melihat Bagas melambaikan tangannya, Ziya malah dibuat ngeri. Tapi ia mengalihkan pandangannya pada kresek hitam digenggaman Rivar

"Apa ini? Balon lagi?"
Rivar terkekeh, lalu mengangguk

"Iya dong, habisnya yang tadi pagi udah pada meledak semua"

"Makanya otaknya dipakai dikit. Gimana gak meledak, kamunya aja pompa dibawah sinar matahari"  Ziya menggelengkan kepalanya, sepertinya modal tampang saja tidak cukup, otak juga harus diukur porsinya. Tidak seperti Rivar. Ganteng doang. Goblok, bego, polosnya beda dikit
__

📞....Ni...Nu...Ni...Nu...
Suara dering panggilan terdengar dari hp milik Rivar

"Yo! Itu hp lu dering mulu daritadi, angkat dulu, jangan sok sibuk" bukannya mau sok sibuk, ia memang sengaja tak ingin mengangkat panggilan itu, sebab, ia tak mau saja. Mau tak mau, ia pun menjawab panggilan itu

"Halo?"
"..."
"Apaan?"
"..."
Rivar menghela nafas pelan
"Nanti"
Rivar mematikan panggilan sepihak. Ia sudah tau mengapa Bagas menelfonnya. Pasti menanyakan tentang Ziya, bukannya tak merestui Bagas tapi kapan dia berhenti menjadi mak comblang pada hubungan teman temannya, ayolah dirinya juga mau. Bukan itu saja, ia tahu, Ziya masih dalam bayang bayang masa lalunya yang Rivar tidak tahu siapa orangnya

To septian:
zllcn_

__

Tengtong...
Notifikasi pesan dari hp milik Bagas. Bagas dengan segera membuka pesan itu. Wajahnya terlihat sumringah. Senang setengan hidup

"Hayo, ngapain senyam senyum begitu?"
Kedatangan Cyra, maminya, membuat Bagas kaget

"Astaga mi, ngagetin ih. Gapapa mi. Gak kenapa napa"

"Masa sih? Pacar baru ya?" Goda Cyra pada anak semata wayangnya itu

"Pacar baru gimana? Bagas aja belum pernah pacaran" ngambeknya.  jomblo dari lahir ya? Sama aku juga

"Sok ngambek, sana lanjutin. Gausah ngambek, nanti gebetannya kabur" godanya lagi sambil mencolek dagu Bagas di balkon seorang diri
__

(Salam dari Binjai)





Gimanaa?
Jangan lupa vote, komen komen
Ya teumann

The Rainther || ongoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang