3. Forget Him

835 124 61
                                    

"Turunkan aku di sini." Sebuah mobil hitam mewah berhenti di pinggir jalan.

"Aku akan memanggilmu kalau urusanku selesai."

"Saya mengerti tuan muda."

Taehyung membuka pintu mobil, dan berjalan menuju Cafe. Membuka pintu udah masuk ke dalamnya.

Siang itu Cafe tampak sepi. Membuatnya leluasa memilih tempat duduk yang menurutnya paling nyaman.

"Mau pesan apa, Tuan?" tanya seorang pelayan yang mendekat.

"Apa saja," jawab Taehyung tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel di tangannya.

Pergerakan jarinya di layar terhenti saat ponselnya berdering.

"Apa kalian menemukannya?" tanya Taehyung tanpa basa-basi.

"Maaf tuan muda. Kami masih belum mendapatkan informasi mengenai Jeon Wonwoo. Seperti yang Tuan muda perintahkan, kami sudah mencarinya bahkan sampai ke pelosok desa. Tapi nama Jeon Wonwoo atau nama yang hampir sama tidak terdaftar di manapun. Bahkan kami sudah menyelidiki seluruh catatan kepindahan siswa." Mendengarnya kabar yang tidak diinginkan itu, Taehyung terdiam beberapa saat.

"Cari semua data penerbangan ke luar negeri selama 7 bulan terakhir."

"Tapi tuan muda, tidak mudah menerobos bandara yang seluruh informasinya dijaga ketat oleh pemerintah. Kita membutuhkan banyak biaya untuk membayar seseorang yang mungkin bisa-"

"Kau pikir aku peduli dengan berapa banyak biaya yang harus aku keluarkan? Kau hanya perlu mencarinya, katakan pada Minjae berapapun uang yang kalian butuhkan." Taehyung langsung memotong kalimat lawan bicaranya. Menegaskan untuk tidak pernah mengkhawatirkan soal uang.

"Baik tuan muda. Saya mengerti!"

Saat sambungan itu terputus, Taehyung meletakkan ponselnya dengan kasar ke atas meja. Mengejutkan pelayan yang hendak meletakkan segelas minuman.

"Won-ie ... dimana Won-ie sebenarnya?" Taehyung memijat dahinya. Mencoba terus berpikir meski berulang kali mendapat jalan buntu.

"Apa aku melewatkan sesuatu yang penting sampai tidak bisa menemukan keberadaan Wonwoo?" batinnya.

"Sepertinya aku harus memikirkan cara lain."

☆゚.*・。゚☆゚.*・。゚☆

"Hari ini appa harus bertemu client penting. Kalau membutuhkan sesuatu, hubungi Lee ahjussi untuk menjemputmu."

"Appa hati-hatilah. Sepertinya aku akan menghabiskan waktuku lebih lama di sini. Appa tidak perlu khawatir. Tidak ada seorangpun bisa menyakitiku," ucap Jeonghan tersenyum sembari membuka pintu mobil.

Jeonghan tidak langsung melangkahkan kakinya. Diam sejenak memandang tempat mereka berlima berlatih taekwondo. Tempat yang menjadi saksi perubahan di hidupnya.

"Tidak banyak berubah," batinnya.

"Mereka tampak bersemangat." Jeonghan tersenyum melihat anak-anak berlari dengan seragam taekwondo. Tanpa sadar hatinya merindukan saat-saat dirinya masih memakai sabuk putih.

Jeonghan masuk ke salah satu ruangan yang tertutup. Hatinya berdesir meyadari ruangan itu sama seperti 10 tahun lalu. Coretan tangan mereka masih tertinggal di sana.

"Di antara kita berempat, yang masih berdiri sampai akhir yang akan menjadi ketuanya."

"Setuju. Dengan syarat jangan menangis dan konsekuensi di marah orang tua menjadi tanggung jawab masing-masing."

"Kau tenang saja. Kebetulan aku memiliki orang tua yang hanya peduli tentang uang."

"Appa dan eomma pasti akan bertanya setelah ini. Tapi aku bisa mengatasinya."

TPB Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang