first

20 18 28
                                    

Langsung aja, selamat membaca...

*

"Saya mohon, berikan saya waktu lagi untuk mencicil hutang-hutang saya."

Seorang pria paruh baya yang sudah tidak berdaya itu meminta ampun.

"Sampai kapan, aku akan memberimu waktu? Kau sudah menunggaknya cukup lama, dan sekarang ini hari terakhir!"

Lelaki muda berwajah menyeramkan dan juga sangat di takuti itu menepis tangan sang pria paruh baya itu, karena menahan lengannya. Yang sebentar lagi akan menyuruh anak buahnya itu untuk mengangkut barang-barang berharga yang berada di dalam rumah itu.

"Jangan...ku mohon tuan." Tuturnya, uraian air mata berjatuhan dari pelupuk mata pria yang sudah cukup tua itu. Ia memohon agar semua barangnya tidak di sita.

"Kau sudah lihat? Semua ini juga perbuatan dirimu sendiri tuan, sekarang kau harus pergi dari rumah ini! Karena sekarang rumah ini telah berpindah hak menjadi milik saya."

Setelah para pesuruhnya telah mengkosongkan rumah itu, lelaki dengan wajah puasnya itu tersenyum miring.

"Tuan, kita sudah membereskan semuanya! Bagaimana? Apa yang harus selanjutnya aku lakukan?"

Tiba-tiba salah seorang pria berwajah kaukasia datang dan bertanya pada tuannya. "Sekarang, kau usir dia dari hadapanku!"

Selaku anak buahnya mencengkram lengan si pria tua, lelaki berwajah simetris, tampan, dan juga kejam itu tersenyum puas melihat keadaan pria tua itu sekarang.

"Oh ya... Kau pukuli dia hingga dia tak berdaya! Aku belum puas jika dia belum menderita..." Suruh si bos terhadap anak buahnya itu.

"J-jangan, ampun ku mohon, j-...." tak butuh waktu lama, 'blaaam!' para pesuruh itu melayangkan tinjuan di perut pria tua itu. Dan kondisi pria tua itu sudah linglung tersungkur ke bawah.

"Sudah cukup." Lelaki yang menjadi bos mereka itu menyuruh mereka berhenti memukuli pria tua itu, dan mereka pun berhenti memukuli pria itu.

"Biar aku saja yang membunuhnya..." Serunya dengan wajah yang berseri-seri dan senyum yang menerawang kesenangannya.

Pria tua yang menjadi korban itu bersujud kepada lelaki yang akan membunuhnya itu, tetapi saat sedang memohon untuk tidak di bunuh. Lelaki muda itu malah menendang sang pria tua, lalu mengeluarkan pistol dari saku jasnya.

"Jika kau ingin selamat, tidak ada lagi alasan yang harus ku berikan padamu, bukan?"

"Ampun tuan, s-saya mohon jangan bunuh saya."

Ia, pria tua itu terus mengeluarkan tetesan air matanya dan meminta agar tidak di bunuh oleh orang kejam itu.

"Saya sudah bilang, tidak ada alasan lagi untuk membiarkan orang sepertimu hidup di dunia."

Pria itu membungkuk lalu berjongkok mendekatkan sisi badannya pada pria tua yang kini tergeletak di lantai. Ia mengarahkan pistol pada telinga sang lelaki tua itu dan bersiap untuk menembaknya. Lelaki yang akan di tembak itu semakin panas dingin dan makin panik, entah apa yang harus dia lakukan sekarang.

Lelaki itu sudah bersiap menembak si korban, tetapi tiba-tiba...

Tok

Tok

Tok

Ya! pintu yang kini tertutup rapat-rapat itu kini bersuara ketukan, pria yang akan menembakan peluru tepat di telinga pria tua itu, menoleh ke arah pintu, lalu menunda untuk melakukan pembunuhan karena suara ketukan pintu itu.

UNTITLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang