👗🏀

839 59 1
                                    

"Jika pertemuan adalah berkah. Perpisahan adalah petaka. Maka kesempatan adalah sebuah keajaiban."

🏀🏀🏀

"Sejak kapan, Al?" pertanyaan itu datang dari seorang pria paruhbaya bersneli putih yang duduk di hadapan seorang gadis berambut panjang hitam kala itu.

"Sekitar dua bulan yang lalu, tapi Alla nggak pernah menganggap itu serius. Selalu kembali baik setelah diberi pereda nyeri." sahut gadis berambut panjang bernama Alla itu.

"Kamu selalu menganggap semuanya sepele dan bisa kamu atasi sendiri. Bagaimana bisa?" pria dengan stetoskop menggantung di leher itu bertanya dengan ekspresi wajah serius.

Dahi Alla berkerut heran. Ia tak pernah melihat dokter pribadinya itu tampak sangat serius seperti ini. Ada apa?

"Tapi nyatanya Alla memang bisa mengatasi semuanya sendiri. Dokter tahu soal itu." gadis bersurai indah itu menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis.

"Kali ini bisa?" tanya pria berjubah putih itu.

"Kenapa sih?" alih-alih menjawab, Alla malah bertanya dengan nada sengit. "Alla baik-baik aja." katanya yakin.

"Saya tahu kamu manusia yang hebat dan kuat. Tapi kali ini harus lebih kuat. Ok?" Dokter itu bertambah serius menatap gadis di hadapannya.

"Ok,"

Alla tak pernah tahu kalau ternyata hari itu adalah awal mula kehancuran hidupnya. Kehancuran semua mimpinya. Kehancuran semua hal yang telah ia bangun dengan penuh keyakinan dan keserasian sesuai keinginannya. Takdir benar-benar sedang membuatnya terkejut level tinggi.

🌹🌹🌹

"Oh, shit!" Leon tak sengaja menabrak seseorang di lorong rumah sakit yang tampak sepi itu. Membuat seseorang yang di tabraknya itu jatuh terduduk di lantai dingin lorong tersebut.

"Shit?" seseorang yang ditabrak Leon mendongakkan wajahnya dan menatap Leon sengit. Sorot matanya penuh amarah. Bukankah harusnya ia yang marah?

"Ah.... Sorry harusnya bukan gue yang marah," Leon mengulurkan tangannya hendak membantu seseorang yang ditabraknya yang ternyata adalah seorang gadis.

Gadis itu menepis kasar uluran tangan Leon kemudian berusaha berdiri sendiri. Memungut asal amplop coklat berisi hasil pemeriksaannya yang sempat terjatuh ketika bertabrakan tadi.

Leon berdesis sebelum akhirnya ikut memungut amplop miliknya yang juga sempat terjatuh saat tak sengaja menabrak gadis di hadapannya. "Kalau ada yang luka gue bisa tanggungjawab," katanya.

"Lucu banget," gerutu gadis itu.

"Apa yang lucu?" Leon mengerutkan dahinya mendengar gerutuan gadis yang ia tabrak itu.

"Mana ada ketabrak gitu aja bisa luka. Lucu banget. Oh, bukan lucu harusnya. Tapi aneh banget." sahut gadis itu sinis.

Leon kembali mengerutkan dahinya. "Itu beneran nggak sengaja." katanya. Ia sungguh tak ingin mendebat siapapun hari ini.

"I know," sahut gadis itu datar.

Leon tak pernah menyangka kalau pertemuannya dengan gadis berambut panjang indah itu akan mengantarkannya pada takdir yang tak pernah ia duga. Ia tak pernah memprediksi apapun tentang hari itu. Hari dimana ia bertemu seseorang yang akan mengantarkannya pada rasa sakit tak tertahankan. Rasa sakit yang ternyata pelan-pelan akan menghancurkannya berkeping-keping. Rasa sakit yang mengajarkannya bahwa takdir Tuhan tak akan pernah mampu ia tebak.

Dan hari dimana hidupnya telah di prediksi akan segera hancur lebur. Gadis itu saksinya. Gadis itu tahu segalanya.

🌹🌹🌹

OASES | Jeno x Karina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang