"Kehadiran seseorang adalah berkat untuk sebuah akhir. Namun kepergian seseorang adalah khianat untuk sebuah awal."
💍💍💍
"Coklat atau strawberry?"
"Coklat,"
"Hitam atau putih?"
"Hitam,"
"Sky diving atau snorkling?"
"Sky diving boleh dicoba,"
"Gunung atau laut?"
"Laut,"
Alla mendengus sebal usai mendengar jawaban terakhir dari Leon untuk pertanyaan terakhir yang ia berikan. "Nggak asik banget jawabannya sama semua kayak punya gue!" gerutunya.
Leon yang duduk di ranjangnya terkekeh. "Seriously?" tanyanya dengan suara sedikit serak.
Alla yang duduk di kursi rodanya mengangguk. Lantas menyodorkan kertas persegi berisi beberapa pertanyaan pilihan ganda yang sudah ia isi sebelumnya tadi di kamarnya, pada Leon.
"Kok bisa?" Leon menatap serius Alla usai membaca deret pertanyaan yang Alla buat di kertas persegi itu.
"Nggak asik. Harusnya beda. Supaya bisa saling cerita satu sama lain." ujar Alla.
"Bukannya lebih bagus sama? Jadi bisa dilakukan bareng." komentar Leon dengan senyum tipis.
"Kalau beda kita bisa saling menghargai." sanggah Alla dengan senyum kecut.
"Gitu ya?" sahut Leon.
"Ah, nggak asik. Harusnya lo mendebat gue, Leon." tandas Alla dengan wajah merengut sebal. "Ngobrol sama lo malah bikin gue makin bosen!" decihnya.
"Ya udah sana balik ke kamar lo," usir Leon dengan nada tenang seperti biasanya.
Alla merotasikan bola matanya sebal mendengar ucapan Leon. "Kali ini masih sakit seperti biasanya?" ia tiba-tiba mengubah topik pembicaraannya ketika melihat wajah Leon yang semakin memucat itu. Dua jam lalu Leon telah menyelesaikan kemoterapi keduanya. Bersamaan dengan dirinya.
"Lebih parah," sahut Leon tersenyum kecut.
"Sama sih," Alla ikut tersenyum kecut.
Leon tertawa kecil mendengar pengakuan gadis yang duduk di kursi roda di hadapannya itu. Ia sungguh telah melihat banyak perubahan dalam diri Alla selama hampir tiga bulan terakhir ini. Tubuh indah yang semakin terkikis. Wajah sempurna yang semakin menyedihkan. Kondisi Alla tak jauh berbeda dengan dirinya. Rusak secara perlahan. Berubah secara pasti meski dengan tempo tak terlalu cepat.
"Padahal baru yang kedua. Belum yang ketiga, keempat dan selanjutnya." Alla mengurai tawa kecil yang bagi Leon terdengar memilukan.
"Jangan nyerah," ujar Leon. "Lo yang meminta gue berjuang. Jangan nyerah lebih dulu sebelum semuanya selesai." katanya berusaha mengingatkan Alla tentang janji yang telah mereka sepakati beberapa bulan lalu untuk tetap berjuang.
"Gue nggak nyerah. Cuma kaget aja kalau rasanya ternyata semenyakitkan ini." Alla menggedikkan bahunya.
Leon mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Alla. "You did well," katanya sembari tersenyum.
"So proud. Leon yang tadinya nggak pernah tahu caranya menghibur orang lain, sekarang udah tahu." Alla menyeringai.
"Should I say thank you?" tanya Leon.
"To me?" Alla menunjuk dirinya sendiri.
"Nggak jadi kalau gitu." Leon lantas menarik kembali tangannya dari kepala Alla.
KAMU SEDANG MEMBACA
OASES | Jeno x Karina
FanfictionTidak segala hal mesti rampung ketika harus ditinggalkan. Tidak segala hal mesti selesai ketika harus ditenggelamkan. Tidak segalanya harus berakhir ketika harus dimusnahkan. Bagi Alla, Leon adalah kisah yang tak harus selesai meski raganya tak lag...