Kang Yo Han Pov
Aku mengikuti pemuda itu sejak dua hari yang lalu dan mendapati bahwa dia kini bekerja pada sebuah galeri besar berisi ratusan koleksi indah. Aku memiliki kesempatan siang ini mengunjungi tempat itu, tetapi aku tak bisa melihatnya di sana. Mungkin dia berada dalam satu ruangan tertentu yang tak bisa kudatangi. K meneleponku dalam satu panggilan tergesa-gesa memprovokasiku untuk kembali pada Angel & Sons. Ada satu peluang emas di sana, demikian K berkata. Kepala biro sedang bahagia merayakan keberhasilan putranya dan peluang ia akan menerimaku kembali setelah kekacauan perkara hukum terakhir cukup besar.
"Kau hanya perlu menghentikan kebiasaan minum-minuman keras. Penyalahagunaan alkohol tidak akan ditoleransi oleh boss. Kau tahu itu dengan baik," itu yang dikatakan K dengan semangat menggebu.
"Aku tidak tahu, aku tidak merasa siap kembali ke sana, mau pun melepaskan alkohol."
"Oh, ayolah Yo Han. Ini kesempatan bagus."
"Akan kupertimbangkan."
Itu pembicaraan singkat tadi siang sewaktu aku berada dalam galeri. Setelah itu pikiranku gelap dan aku membutuhkan alkohol untuk menenangkanku. Di dalam minimarket aku menyadari bahwa dompetku telah hilang entah kemana. Mungkin seorang kriminal cilik mencurinya tanpa kusadari, mungkin benda itu terjatuh di satu tempat.
Ada sisa lima puluhan dollar dalam tasku yang kugunakan membayar beberapa kaleng bir, kemudian aku duduk santai di bangku tepi taman di bawah naungan pohon hingga ketiduran.
Ketika aku terbangun, hari sudah senja. Dunia bergerak di sekitarku namun aku terdiam. Aku mendengar gemuruh kereta di jarak ratusan meter. Aku belum mengisi saldo kartu kereta, tidak tahu bagaimana caranya untuk pulang ke rumah.
Kubuka satu kaleng bir yang tersisa dan mengalirkannya ke dalam tenggorokanku yang kering. Dalam jam seperti ini Eliyah pasti sudah berada di rumah. Dia orang pertama yang kupikirkan untuk membantuku keluar dari situasi sulit ini. Kuambil ponselku dan menghubunginya, mengatakan semua kesuliatanku.
"Yo Han! Apa-apaan kau?" suara Eliyah menggerutu di seberang sambungan telepon. Aku menggeser posisi duduk di bangku bawah pohon tidak jauh dari sebuah bundaran dengan hiasan kolam dan air mancur.
"Aku serius. Jemput aku di dekat taman Rosewood Avenue."
Aku menggoyangkan satu kaleng bir dingin yang kubeli di minimarket dengan sisa uang yang bisa kutemukan di tas. Beberapa ekor semut merayapi betisku, aku menepuk-nepuk dan menyingkirkan mereka dengan gusar.
"Kenapa kau tidak bisa pulang sendiri? Aku sedang bersama kawan-kawanku. Sebentar lagi ada kuliah tambahan," Eliyah memprotes. Bisa kubayangkan wajah merengutnya yang tanpa ampun.
"Cobalah mengerti. Aku kehilangan dompet dan uangku entah di mana. Kepalaku terlalu pusing untuk menyisir semua jalan yang kulewati. Jadi, lupakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐓𝐑𝐀𝐈𝐍 (𝐓𝐡𝐞 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐉𝐮𝐝𝐠𝐞)
FanfictionSetiap hari, Kang Yo Han yang berprofesi sebagai pengacara menaiki commuter untuk bekerja di kantornya di pusat Seoul dan setiap hari ia melewati rumah yang pernah dia huni dan meninggalkan jejak kenangan buruk. Selagi dia berjuang menepis emosi set...