Chapter X

410 45 0
                                    

Dua Hari Kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua Hari Kemudian

Kang Yo Han Pov

Perjalanan dengan kereta terasa berbeda pagi ini. Setiap kali ia bergoyang, terhuyung atau berbelok, aku disergap ingatan-ingatan mengerikan yang kabur. Dalam fantasiku, kubayangkan aku menyeret dan membenturkan kepala pemuda favoritku ke lantai. Dia memekik ketakutan disertai kemarahan. Aku mengerjap, menggoyangkan kepala. Kuusir bayangan itu dari dalam pikiran, aku bahkan tidak bisa membedakan mana ingatan yang sesungguhnya dan mana yang fantasiku saja.

Klinik Kesehatan Jiwa Blessed

"Ini hari pertamaku," aku menatap kosong pada seorang pria paruh baya berkacamata, seorang psikolog yang direkomendasikan Eliyah padaku.

"Aku datang kemari karena -- "

Jeda sejenak, aku berpikir apakah harus membuka bagian terburuk. Tapi ini keputusanku untuk terapi. Tidak seharusnya aku gugup. Psikolog itu menunggu dengan sabar.

"Karena saat aku terbangun, aku sudah bersimbah darah dan lenganku penuh dengan bekas lebam."

Kuremas jemariku, merasakan sakit saat kutekan dengan keras. Aku butuh rasa sakit lain untuk pengalihan.

"Biasanya ketika aku terjatuh, ada orang yang membantuku bangun. Namun hari itu, mantan asisten yang membenciku memberitahuku apa yang kulakukan. Aku belajar jika kau terbangun setelah mengalami blackout, kau cukup mengatakan maaf, dan kau harus memaafkan dirimu dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Tapi--"

Kulirik psikolog itu sekilas, ingin tahu seperti apa reaksinya. Dia masih nampak tenang.

"Tapi aku melakukannya, lagi dan lagi. Dalam proses itu, ada waktu dan ingatan yang hilang. Aku harus mengingatnya kembali.."

Kutarik nafasku dalam dan panjang. Menunggu ceramah dari psikolog di hadapanku yang bicara seolah dia bijaksana dan penuh empati demi seratus dollar perjam.

Satu jam kemudian aku keluar dari klinik tanpa merasa lebih baik. Hanya kosong. Kembali berada dalam kereta dengan tujuan Cheodamdong.

Setelah matahari terbenam, aku kembali berjalan di jalanan utama Cheodamdong.

Suasana muram seperti biasanya, dan ada aura tegang yang sulit dilukiskan. Ketika aku membuka pintu, Eliyah terlihat menghambur ke arahku dan berbisik.

"Yo Han, syukurlah kau datang."

"Eliyah, ada apa?" Aku bersyukur pada diriku karena tidak mabuk seperti hari-hari kemarin. Mungkin bicara pada psikolog mengendurkan kecanduanku untuk beberapa waktu.

"Polisi mencarimu," ia mendesah, sangat gelisah.

"Polisi??"

Aku melangkah masuk, kulihat dua orang pria bermantel serba hitam berdiri di samping rak buku. Kentara sekali mereka sengaja menunggu kedatanganku.

𝐓𝐇𝐄 𝐓𝐑𝐀𝐈𝐍 (𝐓𝐡𝐞 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐉𝐮𝐝𝐠𝐞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang