BAB III - Gelang dari Giok Biru

519 117 15
                                    

Satu minggu terlewat dalam satu kedipan pejam mata yang tengah dirundung gelisah. Tiap malam, Taeyong selalu melihat apakah pesan dari orang yang ditunggunya akan muncul dan membawa kabar. Hari pertama, dia berpikir jika mungkin Jaehyun sibuk mengurusi bencana. Hari kedua, ia masih memikirkan kemungkinan yang sama. Namun, ketika hari ketujuh datang menyapa, hatinya mulai tidak tenang. Apakah Jaehyun baik-baik saja?

Tetapi kini ia memiliki pelipur hati. Kelinci yang ia temukan di Lepus tempo hari begitu jinak dan begitu manja. Setidaknya ada yang membuat pikirannya terdistraksi sembari menunggu Jaehyun.

Malam ini tidak ubahnya seperti malam lain, ia yang membuka situs tempat komunikasinya dengan Jaehyun sembari mengunyah makanan dan ditemani oleh kelinci yang belum ia beri nama. Ia hampir melompat ketika melihat notifikasi dari situs tersebut berbunyi. Segera, ia meletakkan mangkuknya untuk membuka pesan dari Jaehyun.

[Jaehyun]: Hai, Taeyong. Maaf aku menghilang. Ada gangguan internet dan listrik yang terjadi selama seminggu di sini. Ada kabel putus dan otoritas baru bisa membetulkannya.

Taeyong mengernyitkan kepala. Bukan karena terheran dengan apa yang Jaehyun balaskan kepadanya. Namun karena dia merasa sangat aneh. Rasa ganjil di hati yang tidak bisa ia tahan akhirnya ia ungkapkan lewat balasannya kepada Jaehyun.

[Taeyong]: Hai, Jaehyun. Syukurlah kalau tidak ada masalah serius. Tetapi kenapa bisa kebetulan sekali, ya?

[Jaehyun]: Apanya yang kebetulan?

[Taeyong]: Salah satu sudut kota Roseus juga mengalami gangguan internet selama satu minggu. Alasannya juga karena kabel yang putus.

[Jaehyun]: Benarkah?

[Taeyong]: Iya. Apa kau tidak merasa ganjil?

[Jaehyun]: Apanya yang ganjil? Gangguan internet hal yang umum dan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Memang daerah mana yang terkena hal tersebut?

Taeyong tidak segera menjawab. Dia mencerna jawaban Jaehyun dan memikirkannya cukup lama. Memang benar, tetapi kemiripan antara waktu dan penyebab akan masalah yang terjadi masih tidak bisa ia pungkiri. Seolah-olah, mereka ada di tempat yang sama, pada waktu yang sama namun mereka hidup di dunia yang sama sekali berbeda. Apakah yang baru saja ia pikirkan itu masuk akal? Taeyong sendiri tidak dapat menjawab.

Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mengindahkan apa yang bersemayam di pikir paling dalam dan membalas pertanyaan Jaehyun.

[Taeyong]: Area Erimite. Itu sekitar tiga puluh kilometer arah tenggara dari pusat Kota Roseus. Mungkin butuh waktu setengah jam ke sana. Dekat danau Continor.

[Jaehyun]: Danau Continor? Rupanya danau itu masih ada di masa depan,ya? Tetapi nama daerahnya sudah diganti. Di tahun 2022, namanya bukan Erimite, tetapi Amot.

[Taeyong]: Amot?

[Jaehyun]: Benar. Tetapi kalau dipikir-pikir lucu juga. Kebetulan Amot memang pusat gangguan internetnya selama satu minggu kemarin.

[Taeyong]: Haha. Memang kebetulan yang lucu.

Keduanya diam selama beberapa saat. Taeyong melanjutkan makan yang ia anggurkan dan mengambil mangkuknya sebelum Jaehyun kembali mengiriminya pesan.

[Jaehyun]: Di tahunku, Danau Continor memiliki pohon ek yang berusia ratusan tahun. Aku jadi penasaran, apakah di tahunmu pohon ek itu masih ada?

[Taeyong]: Jika yang kau maksud adalah pohon ek yang ada di tengah danau, pohon itu masih kokoh berdiri. Kenapa memang?

[Jaehyun]: Benarkah? Bagus kalau begitu. Bagaimana kalau aku menguburkan satu kotak di sana dan memberikan sebuah hadiah untuk kau temukan? Aku akan menguburkannya di tanah yang lurus dengan plakat namanya. Semoga plakat namanya tidak diubah selama delapan dekade ke depan. Haha.

[Taeyong]: Haha. Memangnya kau ingin memberikanku apa?

[Jaehyun]: Lihat saja sendiri. Tidak akan menjadi kejutan jika aku mengatakan kepadamu lebih dulu.

Taeyong baru sempat pergi ke Erimite tiga hari setelah percakapannya dengan Jaehyun. Dia cukup sibuk, pekerjaannya cukup memaksa dia untuk tidak melakukan hal lain.

Ketika dia akhirnya sudah mencapai tempat tujuan, dia langsung menuju plakat nama dan melihat ada tanah yang sedikit berbeda dengan yang lain. Tidak keras dan malah terkesan gembur. Terlihat jika ada orang yang tidak lama menggalinya. Alis Taeyong terangkat naik, tanpa berpikir panjang, dia menggali tempat tersebut dan menemukan sebuah kotak yang terlihat baru. Ada ukiran inisial nama Jaehyun di situ dan lagi-lagi, Taeyong langsung membukanya tanpa berpikir panjang.

Mata Taeyong berbinar. Ada sebuah gelang berwarna biru di sana. Bentuknya begitu indah dengan ukiran bunga yang menghias. Taeyong mengangkat gelang itu ke atas, memantulkannya ke arah matahari untuk mengapresiasi indahnya. Ketika ia menyadari jika gelang tersebut tembus oleh cahaya, Taeyong tahu jika apa yang ada di tangannya adalah sebuah gelang yang ditempa dari giok murni.

Bersambung.

Consider supporting me through trakteer.id/claertesquieu!

Simulasi || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang