BAB X - Dilema

453 89 14
                                    

R-17+ for violence

Tangan mereka bertaut. Sekalipun Taeyong masih harus sedikit terhuyung karena operasi kecil yang baru saja ia lakukan, juga karena matanya harus menyesuaikan dengan visual baru yang sebelumnya belum pernah teregistrasi dalam otaknya, mau tidak mau dia mengikuti Jaehyun. Ia masih pening ketika Jaehyun melucuti busananya dan menggantinya dengan busana petugas keamanan, pun masih diam ketika kepalanya dipasangi oleh topi yang menyembunyikan fitur wajah mereka. Beberapa kali dia berkedip; mencoba mempertahankan kesadaran di belakang langkah pelan Jaehyun yang penuh dengan kehati-hatian.

Tidak ada yang curiga, mungkin karena petugas keamanan di sini juga memang terlihat sedikit lusuh sehingga para karyawan yang ada tidak memberikan pandangan mata. Semuanya berjalan lancar, setidaknya sampai Donghyuck mengatakan jika akan ada saintis yang keluar dari ruangan 'kandungan'.

Awalnya, Taeyong hendak menarik tangan Jaehyun untuk bersembunyi. Namun, belum sempat tangannya meraih, Jaehyun sudah bertindak terlebih dahulu dengan memukul tengkuk sang saintis yang langsung tersungkur karena sadarnya hilang. Mereka menoleh ke segala arah, lantas mencoba membuka pintu ruang kandungan yang sayangnya hanya bisa dibuka dengan retina.

Awalnya Taeyong berpikir jika Jaehyun akan menghubungi Donghyuck untuk meretas. Namun, siapa sangka Jaehyun akan lebih memilih untuk mengeluarkan pisau kecil dan mencongkel mata orang yang tidak sadarkan diri. Taeyong segera membuang muka, dia tidak sanggup melihat bagaimana darah yang mengucur deras di wajah sang saintis melapisi bola matanya yang dipaksa untuk keluar dari soket dan digenggam oleh Jaehyun.

"Kita tidak memiliki waktu lama." Jaehyun berujar, lantas membersihkan bola mata yang berlumur darah dengan helai bajunya yang kini dihias dengan warna merah. Setelahnya, dia memindai mata sang saintis tadi ke alat sensor di depan pintu dan benar saja, aksesnya diterima dan mereka dengan mudah melangkahkan kaki untuk melihat apa yang berada di baliknya.

Jantung Taeyong berdebar keras seiring dengan matanya yang membeliak. Dia melihat ratusan-kalau tidak ribuan 'embrio' yang tengah dikembangbiakkan. Sungguh, sama sekali tidak ada bedanya dengan budidaya hewan ternak. Mungkin jika ada yang membedakan, maka itu adalah dari segi teknologi dan apa yang ada di dalam setiap 'kandungan'.

Dari yang masih tidak ubahnya seperti kacang, hingga mereka yang tubuhnya sudah terbentuk sempurna dengan organ-organ yang sudah berfungsi layaknya manusia. Dadanya makin berdebar ketika setiap satu dari mereka yang siap untuk 'dilahirkan' disuntikkan sebuah memori masa kecil yang tidak ada ubahnya dengan apa yang ia ingat. Dadanya sesak, harus mengetahui jika seluruh kehidupan masa lalumu adalah sebuah kepalsuan membuatnya sempat terhuyung dan hampir saja terjatuh jika dia tidak segera ditangkap oleh Jaehyun.

"Jika kau tidak ingin mereka bernasib sama sepertimu, kita harus menghentikan ini semua." Ia berbisik.

Lantas, Jaehyun mendudukkan Taeyong ke tempat terdekat dan mencari sumber energi ruangan ini berasal. Tidak perlu lama, ketika Jaehyun mencabut dan merusaknya, seluruh ruangan seketika menjadi gelap dan alat-alat yang memberi kehidupan untuk para embrio langsung mengalami malfungsi.

Efeknya, embrio-embrio yang sudah dewasa dengan organ yang sudah berfungsi mengalami kejang hebat karena kebutuhan oksigen mereka terganggu.

Taeyong awalnya tidak sadar karena masih kalut dengan pikirannya sendiri. Namun, ketika dia mendengar debuman demi debuman dan suara air 'ketuban' yang pecah dan membasahi lantai. Dia baru sadar dengan apa yang dilakukan oleh Jaehyun.

"Jaehyun! Apa yang kau lakukan?!"

"Membunuh mereka,"

Jantung Taeyong rasanya langsung jatuh. Dia tidak bisa melihat di mana Jaehyun, pun tidak bisa melihat bagaimana raut wajah yang ia tampilkan ketika mendengar jika dia sedang melakukan pembantaian massal. Satu-satunya yang bisa ia dengar adalah erangan sesak napas dari 'bayi-bayi' yang belum siap dilahirkan.

Simulasi || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang