BAB IX - Ladang Mawar Putih, Melepaskan Jerat

532 95 6
                                    

Merencanakan penyergapan ke Vivus tidaklah semudah membuka bungkus permen yang kau sukai. Perlu kalkulasi matang, butuh informasi yang tidak akan menyeret mereka ke dalam jerat jebakan. Jaehyun mengumpulkan orang-orang terbaiknya dalam misi kali ini; dia sangat berhati-hati karena dia tahu, setitik kesalahan kecil saja, hidupnya mungkin tidak akan pernah terdengar lagi.

Taeyong turut serta. Bagaimanapun, dia adalah simulan yang menjadi kunci untuk membongkar kebusukan Marcius Vin yang masih belum terendus oleh pemimpin negeri. Dia lantas mengenalkan Taeyong dengan Donghyuck, peretas handal dari grup pemberontak yang selama ini berada di bawah supervisi Jaehyun. Dulu, Donghyuck pernah dijaring untuk menjadi staf khusus di salah satu laboratorium Marcius Vin; dia bahkan sempat mengikuti pelatihan. Tetapi, di ujung hari, dia lebih memilih untuk memperjuangkan hidup manusia-manusia di kanan kiri.

Berbekal dengan pengalaman yang dia miliki dan juga informasi yang terus diberikan oleh Taeyong, tidak butuh lama baginya untuk menemukan di mana lokasi pasti laboratorium pembuatan para simulan di Vivus. Donghyuck mengatakan jika laboratorium tersebut di sembunyikan di bawah tanah, lebih tepatnya di bawah ladang mawar putih yang ada di sana.

Setelah mendapatkan informasi, mereka semua lantas menyusun dan merencanakan kapan mereka akan bergerak.

Taeyong lagi-lagi turut serta, dia mengajukan cuti selama dua minggu yang ia sesuaikan dengan rencana penyerangan yang akan dilakukan oleh Jaehyun dan tim mereka. Sayang, rencana memang tinggal rencana. Beberapa orang yang memiliki otoritas dan mengikuti pergerakannya selama ini rupanya curiga. Selama beberapa bulan terakhir, tingkah abnormal Taeyong telah tercium oleh radar. Sekalipun mereka masih belum bisa menyimpulkan, tetapi penyekapan Taeyong adalah hal yang sudah tidak bisa terhindar.

Jaehyun mendengar tentang penyekapan Taeyong dan murka. Namun dia tetaplah harus berpikir jernih. Beruntung, ketika dia menawan Taeyong, dia sempat memasang chip pelacak di tengkuk Taeyong dan dia meminta Donghyuck untuk melacak keberadaannya.

Entah ini adalah sebuah keberuntungan atau jebakan, Taeyong rupanya disekap di Vivus. Tepat di lokasi di mana mereka akan melakukan penyerangan. Rencana sedikit berubah, mereka akan menyelamatkan Taeyong terlebih dahulu sebelum kemudian melaksanakan rencana mereka sesuai dengan rencana awal.

—-

Jaehyun berencana memberikan Donghyuck bonus jika mereka berhasil menumbangkan laboratorium ini sesuai dengan rencana awal. Kartu identitas yang dipalsukannya rupanya bisa membuatnya dengan mudah memasuki laboratorium tanpa ada yang curiga. Jaehyun bersama Kun; seorang dokter yang memiliki nasib sama seperti Donghyuck dan berhasil menembus keamanan laboratorium dengan penyamaran mereka.

Berbekal dengan pelantang suara kecil yang terpasang di telinga yang hampir tidak terlihat, keduanya berhasil menemukan lokasi Taeyong dengan bimbingan Donghyuck yang jauh berada di dalam markas.

Katakanlah keadaan Taeyong sama sekali tidak baik. Sudut bibirnya memar dengan mata sayu dengan ujung kening yang berwarna abu-abu. Mudah untuk menyimpulkan jika Taeyong telah mendapatkan perlakuan buruk dan menyebabkan tubuhnya lemas. Dengan segera Jaehyun dan Kun mengganti busana Taeyong dan membersihkan wajahnya, membuatnya memiliki penyamaran yang tidak ada bedanya dengan mereka.

Mereka berusaha membopong Taeyong untuk kabur, namun rupanya keadaan Taeyong lebih buruk dari pada yang mereka kira. Dia terus meracau, mengeluhkan kenapa pandangan matanya kabur dan berubah-ubah. Satu detik dia melangkah di lorong, satu detik dia berjalan di ladang mawar putih.

Jaehyun dan Kun saling berpandangan.

"Sepertinya Taeyong mengalami benturan keras dan chipnya mengalami gangguan. Jika kita membiarkannya seperti ini lebih lama, akan sangat mungkin jika ini akan berpengaruh ke neuron dan otaknya. Kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi adalah otaknya akan mengalami pemutusan dan kematian paksa. Pun sangat mungkin jika dia akan terbangun cacat setelahnya."

Jaehyun yang masih membopong Taeyong menghentikan langkah dan menatap Kun dengan raut khawatir yang tidak bisa disembunyikan. "Lalu bagaimana? Kau punya rencana untuk menyelamatkannya? Dia memiliki informasi yang sangat berharga untuk keberhasilan rencana kita, Kun. Kita tidak bisa membiarkannya mati sekarang."

Hela napas Kun terdengar panjang, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, lantas menemukan salah satu ruangan terbengkalai. Dia menunjuk ruangan tersebut yang diikuti oleh arah mata Jaehyun. "Bawa dia ke sana, aku akan mencoba melakukan operasi kecil dan mencabut chipnya. Semoga saja dia akan baik-baik saja."

Tidak perlu dua kali Kun mengatakan untuk Jaehyun menggendong tubuh Taeyong dengan satu tangan di punggung dan satu tangan di bawah lutut. Dia segera membawa Taeyong ke tempat yang dimaksud dan membaringkannya di lantai.

Lagi-lagi Kun menghela napas panjang, dia mengeluarkan beberapa peralatan yang ia siapkan di kantong dan membalikkan tubuh Taeyong sehingga wajahnya yang menghadap lantai. "Taeyong, maafkan aku. Aku tidak membawa anestesi, jadi kau mungkin akan merasakan sakitnya tubuh terbelah dan dalam keadaan sadar."

Jaehyun, di sisi lain, mengerutkan kening. "Memangnya dia bisa merasakan sakit? Bukannya dia hanya seorang simulan?"

Kun memicingkan mata begitu telinganya mendengar apa yang baru saja diucapkan Jaehyun. "Ada baiknya kau memikirkan ucapanmu itu."

Jaehyun tidak tahu bagaimana dia harus menganggapi kalimat Kun. Bukannya dia benar? Taeyong hanyalah simulan, manusia buatan, dirinya berbeda dengan manusia yang benar-benar manusia sepertinya. Sangat mungkin bagi Taeyong untuk tidak merasakan sakit, bukan? Lalu, apa yang salah? Kenapa juga Kun terlihat marah?

Memilih diam, dia lantas mengalihkan perhatiannya melihat Kun yang membedah tengkuk Taeyong dan melihat bagaimana kening Taeyong mengerut dan meringik. Dia melihat bagaimana chip simulan Taeyong dikeluarkan yang sempat membuat Taeyong hampir menjerit jika saja dia tidak sigap menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Keringat Kun bercucuran begitu dia berhasil menjahit tengkuk Taeyong dan melihat Taeyong yang setengah tidak sadar.

Setelah menyuntikkan cairan yang tidak dipahami oleh Jaehyun, Jaehyun perlahan-lahan bisa melihat Taeyong yang membuka mata dengan kening yang masih mengerut. Dia sempat mengerutkan kening ketika melihat tempat yang begitu asing. Tetapi, dia segera tersenyum begitu dia melihat Jaehyun dan Kun.

Kun memberinya sebuah senyuman hangat.

"Selamat melihat dunia yang sebenarnya, Taeyong."

Senyum Taeyong langsung menghilang. Bukan karena apa, tetapi karena dia tahu, setelah ini matanya akan melihat dunia yang berada di ambang kehancuran.

Bersambung

Halo! Maaf mengunggu lama dan kembali dengan terusan cerita yang begitu singkat (tapi berita baiknya, fiksi ini hanya tinggal dua bab!). Itu karena tiba-tiba saya dipenuhi banyak pekerjaan dan disambangi oleh COVID-19. Haha. Semoga pembaca sekalian sehat-sehat, ya! Jangan lupa memakai masker dan patuhi protokol kesehatan!

Consider supporting me through trakteer.id/claertesquieu

Simulasi || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang