941010 vs 030624
I Like Me Better by Lauv
...
Sore hari di antara senja dan temaramnya langit, menjadi waktu perpulangan terakhir bagi sebagian insan. Walau harus menerobos lautan penghuni lalu lintas, takkan menjadi balada sedikit pun bagi mereka. Ya, mau bagaimana lagi? Bisa tak bisa ataupun mau tak mau, hanya pada jam-jam tersebut mereka baru bisa menyudahi salah satu kewajiban untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, hal tersebut tentulah tak sama bagi sebagian orang yang terlahir dari keluarga sendok emas. Mereka bisa melakukan apa pun yang dimau. Tanpa memandang waktu maupun aktivitasnya. Bahkan untuk sekedar membuang waktu bersenang-senang mereka takkan ambil pusing perihal apa pun persiapannya dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang terpenting hanyalah keinginannya dapat tercapai saat itu juga.
Layaknya seorang wanita dengan setelan kemeja dan jeans gaya retronya, nampak amat menikmati aktivitas solonya membaca buku di sebuah cafe. Teramat menghayati hingga tidak menyadari beberapa pelayan yang sudah maju dan mundur beberapa kali hanya demi tak ingin mendeskriminasi pelanggan tapi tak ingin juga memberi ketidaknyamanan. Alhasil, ada satu pelayan lelaki, maju sebagai yang ketujuh dan memutuskan untuk setia menetap tanpa memundurkan kakinya barang satu langkah pun.
Tak hanya itu. Senyum cerah nan terbaik pun masih betah ia ukirkan, seperti sudah menjadi kebiasaan. Coba saja ada yang berani bertaruh, pasti senyumnya akan tetap tercetak jelas di wajah lelaki itu walau ia tak berniat sedikit pun. Bahkan terbesit sedikit pun amarah takkan melunturkan garis wajah terbaiknya itu.
"Selamat sore, nona! Ada yang bisa saya bantu? Apakah nona masih menunggu seseorang?" Sapa pelayan lelaki itu pada akhirnya dengan senyum yang masih merekah. Sejujurnya, sang wanita yang disapa, tanpa sang pelayan sadari, telah merespons dengan satu lirikan dan satu tarikan... pada ujung bibirnya. Wanita tersebut kemudian menghela nafas besar sebelum melepas kacamata minusnya dan bersedekap. Setelahnya, jemari mungil seputih susunya ia sempatkan 'tuk menyisir rambut belahnya.
Keempat pelayan yang kebetulan lelaki dan masih singgah di sana sontak terpana tanpa bisa mengontrol raut mukanya. Mulut dan kedua mata mereka sama-sama membulat maksimal menyaksikan keindahan pahatan di depannya walau hanya sebatas wajah asia.
"Hm. Aku menunggumu." Tutur sang wanita melemparkan tatapan intensnya. Pelayan yang menyapa tadi sontak mengatupkan bibirnya rapat diiringi detak jantungnya yang perlahan bertambah tempo. Ia merutuki dirinya dalam diam karena tatapan yang biasanya normal bagi dirinya kini terasa berbeda. Apa mungkin ini kali pertamanya dari perempuan asia? Rasanya 180 derajat berbanding terbalik dari perempuan barat yang sudah berlangganan genit padanya. Ia bahkan berulang kali mengatur nafas diam-diam sebelum mengeluarkan tanggapan terbaik selanjutnya.
To be young and in love in New York City (in New York City)
"Noo...noona... me...nunggu...ku?" Cicit pelayan lelaki yang sama tanpa sadar. Wanita di depannya reflek tergelak tanpa suara.
YOU ARE READING
ONE:DITION
FanficOneshot story of all male characters I like with Suzy as the female one. It may be inspired by songs/ its lyrics. It also contains crackpairs😉